18-BERITA

41 10 0
                                    

"Kiano kan tau kalau zara sukanya sama kiano mangkanya waktu itu zara nembak kiano buat jadi pacar."

kalimat itu terus menggelegar ditelinga kiano, rasanya ada yang aneh. Cewek secantik dia bisa berbicara jujur perasaan nya. Tapi apa yang dibilang Zara ada benarnya, waktu itu memang dia yang nembak, mana mungkin kiano. Lelaki yang kebanyakan malas untuk berpikir sejauh itu.

"Jadi bener no, zara yang nembak lo?" darren yang sudah terbahak bahak tanpa henti

darren, baron, cakra, elitta, carlie dan kiano memang sadang berada disebuah restoran milik keluarga elitta.

"Hm."

baron tertawa kencang seraya menepuk pundak kiano, "Jantan apaan kaya gitu." celetuknya

"Jantan jantanan" sahut cakra dengan terus tertawa

carlie dan elitta masih diam melongo, "Emang belom pernah nembak cewek no?" tanya carlie

kiano hanya menggeleng

"Parah parah," elitta yang menggeleng tak percaya

kiano hanya memanyunkan bibir seraya memutar bola mata malas, "Gue mana bisa nembak cewek kaya gitu, Terlalu ribet."

"Yang ribet cewe apa nembaknya?" tanya carlie sinis

ia menarik napas lalu berdiri, "Cewek." katanya langsung pergi meninggalkan tempat itu.

                ••••••••

Pagi tadi sekolah dihebohkan dengan kedatangan mobil mewah yang didalamnya sudah ada arkana dan yetta. Lelaki itu sangat bersikap manis. Membukakan pintu mobil,  bahkan mengantar yetta sampai ke kelas. Dengan terus menerus bergandengan.

semua murid menatap, bahkan guru guru ikut memperhatikan. membicarakan mereka berdua. Seperti apa yang kemarin audy katakan. Lelaki itu menepatinya untuk mencoba mencintai yetta dengan tulus seperti ia mencintai risa. Dan yang terpenting ia juga melaksanakan keinginan audy untuk menjauhinya.

Satu sekolah masih heboh dengan perlakuan manis arkana pada yetta. Kiano biasa biasa saja tidak ambil pusing masalah ini.

"No, kalo arkana beneran jadian sama yetta gimana?!" baron yang sudah tak karuan sejak tadi

"Biarin lah."

"Kok malah dibiarin. Lo kan tau no, kalo gue udah incer yetta dari kelas sepuluh. Masa arkana tinggal ambil doang. Enak aja. Gue yang usaha dia yang dapet." kesal baron

lelaki itu menyeruput kopinya, "Ambil. Ambil. Lo kira yetta barang?"

"Lagian, arkana nggak mungkin nikung lo. Dia kan sukanya sama
audy." lanjut kiano

"Kalo bener gimana no?" tanya baron dengan wajah panik

"Nasib." katanya lalu pergi meninggalkan baron

"eh. Mau kenapa lo!" teriak baron

"Jemput zara!"

                ••••••••

Seperti yang ia katakan pada baron. Lelaki itu benar benar menjemput zara untuk pulang bareng. Bahkan ia sudah berdiam di depan gerbang sekolah yang bekas musuh itu. Untung sudah bekas musuh jadi tak perli takut datang sendirian kesini.

Sekolah nya sudah sepi, semua murid sudah pulang. Yang belum mungkin yang ikut kegiatan sekolah. Seperti zara.

"Kiano. Maaf ya lama," ucapnya diikuti senyuman manis.

kiano hanya menggeleng lalu menyodorkan helem pada zara. Dengan cepat gadis itu mengambil lalu ia pakai.

Kiano masih diam. Matanya tak lepas dari seseorang yang berdiri menyender pada tembok. Zio terus memperhatikannya dengan zara.

"Buruan naik." ucap kiano, zara hanya menuruti. Tidak tau sebenarnya ada apa dengan kiano.

Lelaki itu melesat membawanya pergi meninggalkan area sekolah bekas musuh.

               ••••••••••

"Rafael kemana, kok nggak keliatan dari kemarin?" tanya alenda.

Ia dan guiza memang sedang makan berdua dikantin. Semua teman temannya sudah pulang duluan. Elitta dengan darren. Carlie dengan cakra. Arkana dengan yetta. Kiano tak ada kabar. Baron yang pulang cepat karena galau dan audy yang tak sekolah karena sakit.

"Rafael keluar negeri, bertemu dengan keluarganya." sahut guiza.

"Lho, kok mendadak?"

guiza mengangguk, "Soalnya dia mau menikah dengan jefina."

Tak banyak yang tau memang soal ini. Hanya kerabat kekuarga dan sahabat sabahat dekat saja.

"Secepat itu?" bingung alenda, "lulus aja, kan belum."

"lebih cepat, lebih baik."

alenda mengangguk paham.

"Kamu juga mau?" tanya guiza sambil mengunyah makanan

"Mau apa?" alenda dengan wajah bingung.

"Menikah."

"Sama siapa?"

"Aku."

            •••••••••

"Jadi maksud lo apa datang kesini?" audy dengan tatapan sinis, dan tak mau basa basi.

Yetta menghela napas, gadis itu. Datang bertamu pada malam hari seperti ini, Tak lupa ia membawa bebuahan.

"Gue denger dari guiza, lo sakit. Mangkanya gue datang dan bawa banyak buah buat lo." ucapnya dengan senyum miring

"Gaperlu. Gue emang orang miskin, tapi itu menurut lo. Dan soal buah gue masih mampu beli. Bahkan lebih dari ini."

yetta kerkekeh, "Lo udah denger berita tadi pagi?"

"Soal lo sama arkana?"

"Hm." yetta mengangguk

Audy berdecak. Lalu berdiri, "Itu bukan urusan gue."

yetta tersenyum tipis lalu ikut berdiri, "Cepat atau lambat arkana akan jadi milik gue selamanya, Dan gue minta lo lupain dia, untuk selamanya."

"Nggak perlu lo suruh, hal itu akan gue lakuin." audy berbalik manatap yetta dan mengulurkan tangannya, "Silahkan keluar. Sudah malam sebaiknya lo pulang." titah audy

yetta tersenyum lalu melangkah pergi, meninggalkan rumah audy.

"Wihhh, buah dari mana nih. Banyak amat." abram yang baru saja keluar dari kamar

Audy menatap kakaknya malas, untung lelaki itu tak melihat yetta.
"Jangan dimakan, kasih orang lain
aja." sahutnya lalu melangkah menaiki tangga menuju kamar.

Abram menyengit, bingung. "Kenapa harus dikasih ke orang lain?" gumamnya

AUDY ARKANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang