37- TERSENYUM

13 5 1
                                    

Kecelakaan itu membuat arkana hampir saja putus asa.

Ketika matanya melihat, seorang yang ia sayangi tergeletak dipinggir jalan. Dengan mata tertutup, Dan darah yang mengalir dari pelipis kepala.

Hatinya hancur. Bingung mau marah atau tidak, Sekarang ia justru hanya berdiam diri, menatap dari kaca kecil lewat pintu.

kaca yang ia tatap justru ditutup oleh kain atau apa lah, Yang membuatnya justru hampir gila.

Ia meremas rambut dengan jari jarinya, Seluruh badan yang mulai gemetar sampai saat ini.

"Tenang ar, Audy bakal baik baik aja kok." bisikian kiano di telinganya, suara apapun tidak akan ia dengar. ia hanya mau melihat audy bangun dari tidurnya.

"Tadi gue udah hubungi kak abram, bentar lagi dia kesini." Ucap guiza, wajahnya panik. Tapi bukan guiza namanya kalau ketahuan begitu saja.

Lelaki itu sangat pintar bersandiwara.

Di bangku tunggu, sudah ada alenda yang dari awal datang tidak berhenti menangis. Para sahabatnya yang lain juga ikut menguatkan.

Disana juga ada yetta, ikut menemani.

"Gimana keadaan audy?" Tanya abram yang baru saja datang, Mereka ikut menoleh ke arah abram.

"Masih ditangani oleh dokter kak," Sahut rafael

Abram mengangguk.

"Kalau reza? apa dia, baik baik aja?" tanya abram lagi.

"Adik lo belum sadar kak, Malah nanya keadaan orang lain." Kata arkana, sangat jelas kok. Disini arkana yang paling terpukul.

Wajahnya benar benar panik, Bahkan sepertinya ia masih kesal dengan reza
Abram membalas arkana, hanya dengan kekehan kecil.

"Gue ke ruangan reza dulu bentar," Ucap abram lalu pergi begitu saja.

Abram itu manusia yang paling tenang, Dalam keadaan seperti ini ia berusaha untuk tetep tenang.

Dokter keluar dari ruangan itu.

"Gimana keadaan audy dok?" arkana yang langsung bertanya.

"Benturan dikepalanya cukup keras, Tapi gadis itu lebih keras." Kata dokter sambil terkekeh kecil. Yang lain malah menatap bingung, Ini dokter ngelawak atau gimana.

"Dia baik baik saja kok, luka dikepalanya sudah saya obati. Kita tinggal tunggu audy sadar." lanjut sidokter

Para sahabat audy mengelus dada, Sedikit tenang karna ucapan dokter itu.

"Saya boleh masuk dok?" Tanya arkana

"Gercep amat ar," sindir cakra, ia malah mendapat tatapan sinis dari teman temannya.

"Boleh, Kalau gitu saya tinggal sebentar." Pamit dokter.

"Gue masuk duluan yak," abram yang tiba tiba muncul kembali.

"Sorry kak, temen kitakan kekasih audy. Jadi arkana masuk deluan yak." Ucap baron

Abram tersenyum,"Gue kakak audy, Gue lebih berhak." Kata abram sambil menaikan alis meledek pada arkana.

Abram masuk kedalam ruangan itu, arkana terpaksa kembali duduk untuk menunggu abram.

"Hallo audy!"

audy terkekeh saat melihat kakaknya datang, "Hallo kak abram!"

Abram berdecak, "Lagi sakit masih sempet sempetnya ya, Ketawa."

Audy malah tersenyum, "Gimana kepalanya? Masih sakit."

"Enggak kok,"

"Die, nyokap sama bokap kita gak bisa dateng nih." Audy terkekeh geli, "Kalau ayah tahu, masih marah kak abram bicara gitu." Sahut audy

"Ya, jangan sampe tahu. Tapi gapapa kan? Soalnya beliau masih sibuk.diluar kota."

"Gapapa lah, kan ada kak abram yang jagain audy."

"Kak abram apa arkana nih?"

Audy mengerutkan dahinya, "Arkana?"

Abram mengangguk, "Emang arkana tahu kalo audy disini?"

"Dia yang bawa kamu kesini, kak abram aja dikabarin sama iza, Katanya arkana bilang kamu kecelakaan." jelas abram

Audy diam, bayangan itu kembali lagi dikepala audy. Kalau saja reza mau mendengarkan perkataannya pasti semua gak akan terjadi.

"Die," Audy menoleh, "Kamu gak marah sama reza kan?"

Audy hanya tersenyum.

"GUE MAU MASUK AR!"

"LO GAK PANTES KETEMU SAMA AUDY LAGI!"

Teriakan itu membuat abram dan audy menatap pintu, didepan sepertinya sedang ramai.

Teriakan, jeritan mulai memasuki telinga audy.

"Ada apa sih?" gumam audy.

"Kamu tunggu dulu ya," Abram yang membuka pintu lalu keluar.

"Kenapa?" tanya abram, sampai diluar semuanya hanya diam menatap abram.

Abram melihat reza yang sudah didepan pintu, Ia duduk dikursi roda. Dokter bilang tulang kaki reza sebelah kanan ada yang patah. Itu pula yang membuat reza harus duduk dikursi roda.

"Gue mau ketemu audy kak, pliss izinin gue masuk." Reza, sorot matanya yang tulus. Siapapun yang melihat pasti bisa merasakan kalau ia merasa bersalah.

Ibu reza sudah meminta maaf pada abram, Dan abram bilang. "Ini cuma masalah remaja yang kita mungkin gak akan ngerti bu, Saya sudah maafkan."

"Za, harusnya lo sadar. Lo malu, Audy kayak gini itu gara gara lo!" tegas darren.

"Justru gue sadar ren, Gue mau minta maaf."

"Lo itu laki za, Gak pantes bersikap gak ada otak." sahut baron.

"Lain kali pikirin mateng mateng, masalah itu bukan dibawa lari tapi dibicarain baik baik." kata rafael

Reza menunduk, Ia mendekat pada arkana, "Ar, maafin gue, Gue tahu gue salah. Gue minta maaf ar."

"Harusnya dari awal gue gak biarin lo deket sama audy, Gue lindungin dia setengah mati. Tapi lo malah bikin dia celaka."

"Udah, Kita itu sama sama dewasa. Izinin reza masuk, biar dia bicara sama audy langusung." Ucap carlie.

abram mempersilahkan reza masuk, Sebelum ia masuk kiano mendekat lalu berjongkok disampingnya.

"Lepasin audy, Lo gak pantes buat dia. Temen gue, lebih ngerti caranya melindungi cewek." bisik kiano ditelinga reza dengan nada suara menekan. Seperti benar benar perintah.

"Hai za!" sapa audy saat reza baru saja masuk kedalam ruangan itu.

Reza meringis, membodohi dirinya sendiri. Kenapa ia begitu bodoh.

Sekarang audy justru malah tersenyum, seakan akan ia baik baik saja.

Padahal reza tahu, Audy terbentur dengan keras.

"Maaf."

Audy masih tersenyum, Ia memagang tangan reza erat. "Gapapa za, yang penting lo sama gue selamat."

reza mengangguk, "Harusnya gue bisa lindungi lo die, Gue malu. Malu sama diri gue sendiri."

"Zaa, Gapapa. Gue baik baik aja kok. Lo sendiri gimana? Kaki lo kenapa?"

"Dokter bilang, Tulang kaki gue ada yang patah. Maaf ya die, harusnya gue gak egois. Harusnya gue bisa lebih dewasa."

"Ini musibah za, kita gak ada yang tahu. Gue ihklas kok, asal lo jangan ulangi kesalahan yang sama."

reza mengangguk,"Makasih die," ia menggenggam tangan audy yang berada diatas tangannya, "Gue mau kita putus," ucap reza.

AUDY ARKANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang