Satu

140 20 9
                                    

Bunga tidur

Suara menggeram itu terdengar lagi dan suara jeritan tak kalah kencang bunyinya aku hanya bisa berdiam diri di sebuah ruangan yang tak begitu besar nan gelap nampak kegelapan yang mengelilingi pandangan ku.

Aku tak tau harus berbuat apa rasanya ingin berteriak namun bibir ini rasanya kaku untuk mengucapkan beberapa kata saja

Tubuh ini rasanya seperti ada yang mendekap sehingga untuk bernafas saja rasanya tak mudah.

Jeritan itu terdengar lebih kencang dari biasanya, jeritan yang selalu aku dengar setiap malam dari kamar sebelahku.

langkah kaki selalu melangkah di depan kamarku seolah ada suatu makhluk yang ingin mendobrak pintu kamarku.

Tak hanya langkah kaki depan kamar saja ada pula langkah kecil anak bocah yang sedang berlarian di atap rumah ku dan itu sungguh-sungguh terjadi bagaikan kejadian ini begitu nyata bagiku.

Teriakan demi teriakan terdengar dari kamar sebelahku namun aku bisa apa, tubuhku masih terasa kaku dan semua indra ku rasanya tak berfungsi dengan baik.
Entah apa yang sedang menjeratku.
Aku seperti di dekap seseorang dari belakang dan tubuhku juga sangat keram sehingga aku seperti orang stroke, hanya bisa melihat tanpa bergerak dan mengeluarkan suara sedikitpun.

Mata ini seperti buta semuanya gelap gulita tak ada setitik cahaya pun tersisa padahal aku sadar bahwa mataku sungguh terbuka lebar.

Telingaku dipenuhi semua teriakan seseorang entah siapa, teriakannya seperti lelaki yang sedang di siksa dan si cambuk berkali-kali.

Mulutku sudah tak bisa mengeluarkan suara lagi hingga sudah ku anggap bisu, yang hanya bisa digunakan hanyalah hidung namun hidungku juga dipenuhi oleh bau busuk mayat manusia yang bersamaan juga tercium seperti bau gosong.

Seperti ada seseorang yang dibakar hidup-hidup tanpa diberi ampun, entah apa dosanya. Ini seperti neraka bukan lagi dunia, aku berbicara seperti itu karena memang seperti di neraka.

Hawa panasnya mampu membuat tubuhku mulai terbakar sedikit dan rasanya panas ditambah keadaannya yang membuat suasana semakin mencekam seperti aku berada di dinding neraka.

Dep......

Dep......

Dep......

Suara seperti langkah kaki besar mulai terdengar dan sepertinya sebentar lagi giliranku yang disiksa.

Aku mulai meronta agar bisa lebih leluasa namun itu semua sia sia, malah itu memperparah keadaan.

Panas semakin terasa dan bau busuk seperti mayat yang mulai tercium, semakin kuat aromanya tapi tak nampak.

Dan benar saja ku dapati langkah kaki besar mengarah ke pintu kamarku, aku mulai merasa takut dan mulai merasa bahwa ini adalah takdir dari hidupku.

Telinga dan hidunglah yang bisa ku pakai dalam keadaan seperti ini dan mulutku tak bisa teriak dan mengucap.Mataku rasanya gelap gulita yang hanya ada hitam pekat.

Langkah itu semakin terdengar jelas di telinga ku dan hawa panas semakin menjadi jadi.Namun langkah itu berhenti dan suasana menjadi hening tanpa ada suara jeritan atau langkah tadi.

KLIK !

Suara gagang pintu berbunyi seolah ada yang ingin masuk.

GUBBRRRAKKK !!.................

Pintu kamarku terbuka lebar dan terbanting keras. Baru aku bisa menggunakan mata ku untuk melihat dan Aku lirik pintu kamar ku dapati seorang pria dengan di kelilingi badan yang hangus dan tak lama mulai ada api terbakar.

Pria itu sepertinya menatap ku dan siap menyiksa ku seperti di kamar sebelah. Aku tak siap untuk ini, aku belum siap mati (ucapku dalam hati).

Tubuhku memberontak lebih kuat dari sebelumnya namun itu belum bisa membuat tubuh lepas dari dekapan gaib ini.

Sungguh aku mulai ketakutan sekarang dan sampai tak sadar air mata berjatuhan, tapi yang berjatuhan bukan lah air mata biasa yang ku dapati itu adalah genangan darah yang begitu banyak bercucuran dari mataku

Mataku terasa perih sekali sampai mengeluarkan urat"nya sambil menangis darah, debu serta kotoran mulai berjatuhan dari langit langit entah apa ini.


Cek kamar sebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang