Pagi ini, Aurel kini telah siap dengan pakaian sekolah dan tak lupa tas punggungnya. Aurel memang gadis yang sulit dibangunkan di pagi hari namun beda halnya jika itu sudah menyangkut pendidikannya. Yah, hal yang paling Aurel hindari, terlambat. Karena apabila ia terlambat pastinya akan berujung ke ruang Bk tak lupa dengan bonus hukuman. Ia terinspirasi dari beberapa novel yang ia baca dimana masalah dalam cerita itu berawal dari keterlambatan yang menyebabkan Si gadis harus dihukum bersama pria yang terkenal dingin, meskipun Aurel sering baper dengan situasi itu tapi ia tidak yakin jika ia terlambat endingnya akan sama dengan cerita di kebanyakan novel tersebut.
Aurel bergegas menuruni anak tangga, melihat Ayah, Bunda, dan Abangnya yang masih sarapan Aurel melangkahkan kaki menuju teras sambil menunggu Genan menyelesaikan sarapannya. Jangan tanya mengapa ia tak ikut sarapan, karena seluruh anggota keluarganya juga tahu jika ia sarapan pagi maka itu hanya akan sia-sia karena bagaimanapun makanan itu akan ia muntahkan. Sedari Sd ia tidak terbiasa dengan sarapan pagi, bahkan hari seninpun.
"Arell, mau berangkat sekarang?" Tanya Genan dengan tatapan yang masih fokus ke jam yang melinglar ditangannya.
Aurel menoleh dan tersenyum kecil "Iya Ayah, Aurel gak mau telat nih. Ntar gak keburu lagi, udah setengah 7 nih" Desisnya
Setelah memanaskan mobil, Genan kini mengendarai mobilnya santai sesekali melirik kearah putrinya yang tengah sibuk dengan benda pergi panjang ditangannya itu.
"Arell sudahh sampai, belajarr yang bener biar bisa banggain Ayah sama Bunda" Ujar Genan sambil mengacak pelan rambut putrinya
Aurel menatap Ayahnya sumringah "Siapp pak boss, Ayah tenang aja Arell bakal lebih giat lagi belajarnya" Aurel menyalami tangan Ayahnya kemudian bergegas keluar dari mobil Ayahnya.
***
Aurel bersenandung kecil saat berjalan di koridor sekolah yang masih sepi, bukan karena ia yang terlalu cepat datang tapi karena siswa disini yang memang sering datang terlambat. Gak takut dihukum apaa?. Pikirnya.
Aurel tiba dikelasnya dengan keadaan kelas yang masih sunyi. Hanya ada beberapa teman kelasnya yang sudah datang. Ia duduk dikursi nya yang berada di baris keempat paling depan tepat berhadapan dengan meja guru.
Aurel berjalan keluar kelas menuju kantin, ia sedang ingin sesuatu.
"Bu, susu kotak cokelat nya 2 ya bu, seperti biasa" Ucapnya tersenyum manis kepada Ibu kantin_Ibu Hani
"Siap atuh" Bu Hani mengacungkan jempolnya, bergegas kearah kulkas lalu menagmbul dua buah susu kotak cokelat lalu di berikan kepada Aurel.
"Makasihh Bu Haniii" Teriaknya berlalu pergi, Bu Hani menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Aurel.
Aurel kembali ke kelasnya dan memulai pembelajaran hingga bel istirahat terdengar. Seperti biasa ia lebih memilih ke perpustakaan daripda ke kantin untuk sekedar mengisi perut, sudah kenyang. Katanya.
Tak sengaja Aurel melihat siluet laki-laki yang baru saja berstatus sebagai pacarnya, Fauzan Hidayat. Ia bergegas berjalan ke arah kursi yang di duduki Fauzan. Tanpa meminta izin untuk duduk, Aurell kini telah mendudukkan bokongnya disamping Fauzan yang masih sibuk dengan buku di tangannya.
"Woyy kak" Teriak Aurel tepat dihadapan Fauzan sambil mengguncangkan badan laki-laki itu.
"Lo ngapain sih, ganggu tau gak" Ucap Fauzan dengan nada dinginnya, ia tidak senang kedamaiannya terusik.
"Kakak kan udah jadi pacar Aurel sekarang, jadi gapapa dong digangguin sama pacarnya sendiri" Ucap Aurel dengan tampang polosnya
"Lo jadi cewek agresif juga yah" Fauzan tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Endless Love (HIATUS)
Teen FictionMencintai namun tidak dicintai kembali! Mengejar namun selalu diabaikan! Berjuang namun hanya sendirian! Miris, bukan? Alurnya rumit! Membuat siapa saja yang membacanya merasa iba. Tapi, bukan Aurel namanya jika akan menyerah begitu saja. Namun...