Setelah perbincangan yang menguras banyak tenaga, akhirnya Fauzan bersedia mengantar Aurel ke toko buku di dekat persimpangan jalan.
"Kakak suka baca buku gak?" Tanya Aurel yang masih fokus dengan buku-buku yang ada di rak depannya itu.
"Gak" jawabnya pelan.
"Kenapa?" Aurel mengerjitkan keningnya.
"Kepo lo" Balasnya ketus.
"Ih Aurel kan cuman nanya, apa salahnya sih!" Aurel mencebik kesal, lalu meninggalkan Fauzan yang masih setia bersandar di rak buku dengan kedua tangan yang ia selipkan kedalan kantong celana abu-abunya.
Setelah dari toko buku Aurel dan Fauzan memilih untuk langsung pulang, meskipun terpaksa karena sedari tadi gadis itu ingin mampir ke warung untuk mengisi perutnya. Namun, melihat raut wajah Fauzan, membuat nyalinya ciut dan memilih pulang.
Fauzan mengantar gadis itu tepat di depan rumah. Ia bisa saja menurunkan gadis itu ditengah jalan karena sedari tadi Aurel tak henti-hentinya mengoceh membuat telinganya sakit.
"Mau mampir dulu gak kak?" Aurel turun dari motor seraya membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Titip salam aja sama abang lo" Fauzan menatap gadis di depannya itu tanpa ekspresi.
"Yaudah kalo gitu, hm Aurel masuk dulu yah kak. Byee jangan rinduu" Aurel berlari kedalam rumahnya sambil cekikikan sendiri, malu dengan ucapannya barusan. Maybe.
Fauzan memacu motornya meninggalkan komplek perumahan Aurel.
***
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Aurel bergegas melaksanakan kewajibannya sebagai umat islam. Beberapa hari yang lalu ia tidak sholat di karenakan berhalangan, dan ia bersyukur halangannya bulan ini tidak terlalu menyulitkan dirinya.Selepas menunaikan sholat Isya, Aurel memutuskan untuk mengerjakan tugasnya. Kadang ia bergumam pelan, mengerjitkan alisnya bingung, cekikikan sendiri dan masih banyak ekspresi yang ia keluarkan. Jika saja Fauzan ada disini sudah pasti ia akan dikatai gila. Tapi Aurel tidak peduli, toh hidup dibawa santai aja.
Setelah sejam lebih Aurel bergelut dengan tugasnya, akhirnya ia bisa bernafas lega. Ia merapikan buku tugasnya dan menyusun buku pelajarannya untuk besok.
Aurel berjalan keluar kamar lalu menuruni anak tangga menuju dapur. Tujuan utamanya ialah chiki dan susu. Lalu ia kembali kekamarnya dengan nampan ditangannya.
"Huaaa Kim Shin, Aurell come back" Pekiknya heboh seraya merentangkan tangannya keatas.
Jam sudah menunjukkan pukul 00:50. Akhirnya Aurel memutuskan untuk mengistirahatkan diri. Ia ingat besok akan bangun lebih awal maka ia segera memasang alarm di ponsel miliknya.
Seperti biasa Aurel terlelap dengan ponsel yang berada ditangannya. Sudah menjadi kebiasaannya setiap kali ia akan tidur ia pasti akan membaca novel pada aplikasi orange diponselnya.
***
Bunyi nyaring alarm yang berasal dari ponsel itu membuat Aurel terbangun. Setelah mengumpulkan nyawa ia bergegas ke kamar mandi untuk mandi tak lupa berwudhu lalu menunaikan sholat subuh.Aurel segera ke dapur menyiapkan beberapa bahan yang ia perlukan untuk membuat nasi goreng. Yah hari ini ia memutuskan untuk membuat nasi goreng untuk Fauzan, sebagai balas budi karen sudah bersedia mengantarkan gadis itu ke toko buku kemarin. Meskipun dengan sedikit paksaan tapi setidaknya itu sudah membuat Aurel senang bukan main, terlebih lagi laki-laki itu yang membayarkan semua tagihan novel yang ia beli. Aurel mengulum senyum mengingat itu.
Flashback On
Aurel dan Fauzan berjalan ke kasir untuk membayar novel yang Aurel beli.
"Totalnya 286 ribu mbak" ujar sang kasir tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Endless Love (HIATUS)
Teen FictionMencintai namun tidak dicintai kembali! Mengejar namun selalu diabaikan! Berjuang namun hanya sendirian! Miris, bukan? Alurnya rumit! Membuat siapa saja yang membacanya merasa iba. Tapi, bukan Aurel namanya jika akan menyerah begitu saja. Namun...