Im Yoora?

14 4 0
                                    


Hidup dalam kondisi keluarga yang tak utuh merupakan mimpi buruk bagi semua orang. Kau bisa berpikir bahwa kehilangan salah satu dari anggota keluarga mu rasanya seperti kehilangan salah satu anggota tubuhmu, di mana setiap hari kau terbiasa dengan keberadaannya. Perpisahan itu memang sesuatu yang paling menyesakkan dalam hidup. Tapi tak ada yang bisa menolak, semuanya sudah diatur sedemikian rupa oleh yang kuasa. Dan sebagai mahluk, manusia hanya bisa pasrah, menunggu hal itu menghampiri. Yang paling sulit adalah, ketika kau pergi meninggalkan orang-orang yang menyayangimu sedangkan mereka belum siap akan hal itu.

Taehyung tidak pernah mengira, sosok seorang ayah yang selalu menjadi panutannya akan pergi secepat itu meninggalkan dirinya. Semua memang sudah diatur, tapi apa Taehyung tak bisa diberi sedikit kesempatan lagi untuk melihat wajah itu. Setidaknya sampai Taehyung benar-benar bisa mengerti keadaan. Taehyung kehilangan, padahal ia belum siap ditinggalkan. Bahkan umurnya belum genap tujuh belas tahun saat itu.

Taehyung dipaksa berdiri di atas kakinya sendiri. Ia harus tertawa bahagia, padahal hatinya menangis perih. Ia hanya bisa merasa cukup, padahal kebutuhannya lebih dari pada apa yang ia dapatkan. Tapi, Taehyung sudah tidak peduli. Rasa sakit yang membeku di hatinya sudah ia anggap sebagai teman. Tawanya, ia anggap topeng penutup kesedihannya. Tidak akan ada yang tahu bahwa seorang Kim Taehyung memiliki hidup yang menyedihkan.

Taehyung hanya akan tertawa, agar kesedihannya tak bisa tergambar. Yah, setidaknya itu yang harus dia lakukan sebelum waktu mengizinkannya bertemu dengan ayahnya.

Tapi Taehyung tak akan melupakan, bahwa ia masih memiliki seorang malaikat tanpa sayap. Taehyung tak ingin mati dulu sebelum ia bisa membantu ibunya keluar dari penderitaan. Meski ia tak cukup yakin dengan mimpinya itu.

Cleck..

Namja itu membuka ruangan dimana ada seorang wanita paruh baya yang sedang tertidur pulas di ranjangnya. Wanita itu sudah tampak berumur, wajah cantiknya mulai menampakkan kerutan karena ditelan oleh usia. Taehyung berjalan mendekat, mengusap lembut rambut hitam yang sudah memiliki sedikit uban dibeberapa bagian.

Sungguh, Taehyung selalu ingin menangis setiap kali melihat wajah pulas ini. Wajah yang sudah menemani Taehyung dalam menjalani kehidupannya.

Taehyung masih ingat. Wajah ini yang selalu membangunkannya di pagi hari. Menggandeng tangannya ke sekolah taman kanak-kanak dulu. Wajah ini yang selalu menerbitkan sejuta kebahagiaan untuknya. Membuatkan sarapan pagi yang pasti selalu Taehyung habiskan hanya dengan lima kali suapan, karena Taehyung tak pernah tahan untuk tidak segera menghabiskan makanan buatan sang bunda. Ibu yang selalu mengusap punggung kecil Taehyung tatkala ia menangis, membelikan es krim kesukaannya, atau lolipop warna warni hanya untuk melihat senyum terbit di bibir Taehyung. Dan jangan lupakan pelukan hangat yang selalu berhasil membawa Taehyung dalam ketenangan.

Tapi itu semua sudah berlalu. Sekarang semuanya sudah berbeda. Nyatanya keadaan yang membahagiakan secepat itu berbalik menghantamnya. Taehyung hanya punya satu cahaya hidup, yang berpendar redup. Sementara dunianya gelap. Makanya Taehyung akan berusaha sekuat mungkin untuk mengembalikan cahaya terang itu pada ibunya.

Tutt....tutt....tutt....

Taehyung memeriksa ponselnya. Pagi-pagi begini entah siapa yang mengiriminya pesan.

Jeon: aku ada di depan rumah mu, kita akan berangkat ke sekolah bersama.

Ternyata itu pesan dari Jungkook, anak itu selalu saja mengajak Taehyung berangkat bersama, meski sudah beberapa kali Taehyung mengacuhkannya

Sekali lagi Taehyung menengok ibunya, memastikan beliau masih tertidur dengan tenang. Taehyung lalu keluar dari kamar itu, berpapasan dengan seorang maid yang telah bekerja beberapa tahun belakangan di rumahnya.

You're My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang