4.Say Hai Indonesia

49 11 19
                                    

aku merindukan mu setiap detik, menit, hari, bulan dan juga tahun. Intinya aku merindukan mu setiap waktu, dan aku harap kamu pun begitu.

~Klara Michael Reina

Klara baru saja sampai di bandara internasional Soekarno-Hatta beberapa menit yang lalu, Sejak pertama kali ia menginjakkan kakinya di sini, banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan memuja.

Bagaimana tidak? Klara memiliki wajah yang cantik dengan alis tebal, bibir tipis, kulit putih, dan juga rambut panjang yang indah. Tidak sampai di situ, Klara juga memiliki bentuk badan yang ideal bak seperti seorang model. Bahkan di Jerman, Klara sering mendapatkan tawaran menjadi model majalah remaja, namun papa dan mama nya tidak pernah mengijinkan nya. Ya! kalian pasti tau apa alasannya.

Klara menghirup udara dalam dalam, lalu membuang nya. Ia berjalan sendiri dengan santai sambil menggiring sebuah koper, tanpa memperdulikan tatapan tatapan memuja yang ia dapatkan. Toh mereka punya mata bukan? Ya pasti lah bisa melihat.

"I'm back Indonesia,"ujarnya sambil tersenyum tipis. Lalu memasuki mobil yang akan mengantarnya ke suatu tempat.

Rencana nya hari ini Klara ingin mampir ke sebuah taman yang selalu ia kunjungi dulu, maka dari itu mama dan papa nya sudah pulang terlebih dahulu, dan Klara di temani supir papa nya.

Di sepanjang perjalanan menuju taman, Klara tak henti hentinya tersenyum sambil menatap ke arah luar kaca mobil, memandangi deretan deretan gedung-gedung yang menjulang tinggi. 3 tahun ia meninggalkan negara ini, rupanya sudah banyak perubahan yang terjadi. Salah satunya gedung-gedung yang kini semakin banyak.

Kini mobil yang Klara tumpangi masuk kesebuah jalan sempit namun masih bisa dilewati oleh kendaraan roda empat, jalan itu terlihat sepi, di tambah lagi dengan langit yang awalnya berwarna biru cerah kini terlihat berwarna oranye pertanda hari sudah semakin sore. Semakin membuat jalanan itu terlihat menakutkan.

"Non maaf, bener kan alamat yang akan non datangi sesuai dengan JPS ini?" tanya mang Ali supir keluarga nya.

"Iya tadi udah bener kok mang, emang kenapa?"

"Ini jalanan nya sepi non, mamang kira kita teh salah jalan," ujar mang Ali sedikit canggung.

"Ouh itu, emang jalan nya sepi mang, sengaja tadi aku lewat jalan pintas, nanti di depan juga kita bakal nemu jalan raya. Soalnya udah mau malam, takut mama khawatir. Jadi mamang agak cepetan yah."jawab Klara dengan raut wajah sedikit khawatir.

"Ouh baik non."ucap mang Ali kemudian menaikan laju kendaraan roda empat itu.

Dan benar apa kata Klara, tak lama kemudian mereka menemukan jalan raya yang bising, dan juga si lintasi berbagai kendaraan. Kemudian mereka memasuki kawasan perumahan elite.

"Berhenti mang!" seru Klara tepat di depan sebuah rumah mewah bercat putih. Mang Ali pun menghentikan laju kendaraan itu.

"Mang Ali tunggu di sini ya, cuma sebentar kok."

Setelah mendapat anggukan dari mang Ali ,dengan cepat klara keluar dari mobil dan berjalan meng hampiri satpam yang sedang menjaga rumah itu.

"Pak satpam," panggil Klara pada satpam yang sedang duduk di temani secangkir kopi di pos satpam.

Pak satpam itu pun menghampiri Aurel,"ada apa ya?" tanya nya.

"Loh mang Asep?!" ujar klara kaget.

"Ini teh neng Klara sanes? Anak nya pak Danu sama Bu Rianti?" tanya pak satpam itu sama kagetnya dengan Aurel, dan tidak terluput dari logat Sunda nya yang kental.

"Iya mang, mamang apa kabar?"

"Baik neng, aduh eneng teh ayena mah meni gelis pisan."

"Akh mang Asep mh suka gitu, Klara kan jadi malu."

"Ah si eneng mh bisa wae, eh neng Klara teh mau apa ke sini?"

"Klara ke sini mau ketemu Revi mang, Revi nya ada di dalem?" tanya Klara sambil melirik ke arah rumah bercat putih itu.

"Ouh den Revi? Dia sama keluarga nya udah gak lagi tinggal di sini neng, rumah ini sudah di jual." Jelas mang Asep.

"Hah?! Tapi mang Asep tahu di mana rumah nya sekarang?" Tanya Klara lagi.

"Mang Asep gak tau neng, tapi mang Asep teh suka liat den Revi lewat sini terus masuk taman, tempat yang tiap hari non sama den Revi main waktu kecil itu." Jelas mang Asep, yang memang dulu adalah satpam pribadi keluarga Revi, hingga tau betul bahwa Revi dan Klara sangat dekat.

Tak terasa kedua sudut bibir Klara terangkat membentuk lengkungan senyuman yang indah, membuat rasa hangat mengalir ke seluruh tubuh nya, dirinya senang ketika mendengar  bahwa Revi masih sering pergi ke tempat yang sering mereka datangi dulu, itu artinya Revi sama sekali belum melupakannya.

"Tapi mang, bukan nya taman itu nyambung ya sama rumah Revi?" Tanya Klara lagi.

"Iya, tapi sengaja gak dijual sama den Revi, bahkan sekarang mh mang asep teh gak bisa masuk tempat itu, tempatnya di kunci neng."

Senyuman di wajahnya hilang, itu artinya Klara juga tidak akan bisa memasuki taman itu tanpa sebuah kunci.

"Yaudah mang, makasi ya infonya! Kalo gitu aku pamit pulang udah malem."pamit Klara pada mang Asep pasrah.

"Iya non hati-hati ya!"

Klara mengangguk mengiyakan, lalu berjalan ke arah mobil yang tadi mengantar nya ke sini dengan raut wajah masam.

Tak lama kemudian mobil yang di tumpangi Klara melesat dengan kecepatan yang lumayan tinggi, membelah jalanan ibu kota yang kini terlihat ramai pada malam hari.

👑

Pintu gerbang di depan itu di buka lebar-lebar oleh satpam, ketika mobil yang Klara tumpangi memasuki gerbang sebuah rumah mewah bercat abu-abu. Klara keluar dari mobil dengan senyuman yang terpasang di wajah cantiknya, beda dengan tadi. Mood gadis itu cepat sekali berubah.

"Mama! Papa! Klara pulang!" teriaknya begitu membuka pintu, namun yang ia lihat hanyalah ruangan tamu yang kosong.

Klara berjalan dengan santai sambil sesekali melirik ke arah kanan dan kiri, namun sama sekali tidak ada siapa pun. Tanpa berpikir panjang, Klara langsung saja menaiki tangga menuju kamarnya ketika merasakan kepalanya sedikit pusing, lagi pula  badan nya pun sudah lengket akibat keringat.

Ketika Klara ingin memasuki kamar yang selama ini ia tinggalkan, telinga tajam nya mendengar suara desahan sang ibu di dalam kamarnya, karena memang kamarnya dan kamar orang tuanya itu bersebelahan.

Klara terkekeh geli mendengarnya, lalu masuk dan mengunci kamar nya. Tidak ingin menganggu orang tuanya yang akan membuat generasi penerus selain dirinya, lagi pula bukan nya itu bagus bukan? Agar suatu saat nanti bila ia pergi, orang tuanya tidak akan terpuruk, dan juga ada seseorang yang akan menjaga mereka seperti dirinya.

Ketika ia memasuki kamar nya, yang pertama menarik perhatian nya adalah sebuah vigura yang tergeletak di meja nakas, dengan foto seorang anak laki-laki yang sedang merangkul bahu gadis kecil dengan rambur yang di kucir dua. Sungguh menggemas kan!

Kakinya berjalan melangkah menuju meja nakas, lalu dengan santai mengambil vigura kecil itu dan mengusap nya dengan lembut, matanya berair menahan tangis.

Tes

Setetes air mata nya jatuh mengenai vigura yang ia pegang, kemudian menghempas kan tubuh nya pada kasur king size itu, lalu memeluk vigura itu erat seakan akan ia sedang memeluk orang yang ada di dalam foto itu untuk melepaskan rindu nya.

"Reviandra harith Nandy, gue rindu sama lo." Lirih nya pelan lalu memejamkan matanya.

*

Tinggalkan jejak
Happy reading ❤️

Eternal Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang