Setelah selesai sarapan, Vodka segera berpamitan dengan Faudan juga Ana.
"Vodka berangkat!" ujarnya berpamitan.
"IKUT!!!" teriak Vodka dari lantai dua dengan membawa sepatunya dengan kedua tangannya.
"Males, sono berangkat sendiri!" ketus Vodka dan langsung berlari keluar rumah.
"TUNGGUIN WOI!" teriak Zein.
Zein juga berlari mengejar Vodka keluar.
"Pah, berangkat dulu ya!" teriak Zein.
"Tante jangan centil lagi sama suami orang!" lanjutnya.
"ZEIN!" teriak Faudan yang tidak terima.
"Maaf, pah! Takut nya papah di selingkuhin nanti!" teriak Zein.
Faudan hanya menepuk jidatnya, pusing menghadapi sifat usil dan jahil dari Zein.
〃〃〃〃〃〃
Di depan, Vodka dan Zein masih berdebat.
"Lo berangkat sendiri aja," ujar Vodka.
"Kan sekalian, pelit amat!" ketus Zein dan langsung membuka pintu mobil, kemudian ia langsung masuk ke dalam mobil itu.
Vodka hanya bisa menghela nafas dengan kesal, ia segera memutar dan duduk di kursi pengemudi.
"Ngapain lagi?" tanya Zein yang melihat Vodka hanya duduk diam menatapnya lewat pantulan cermin di depan.
"Ngeliatin beban hidup gue yang lagi nyusahin gue," ketus Vodka.
"Gue itu anugerah," jawab Zein.
"Terserah!" kesal Vodka.
Vodka segera menyalakan mesin mobilnya dan memundurkan mobil itu perlahan.
Tiba-tiba Zein membuka kaca mobil sampingnya dan berteriak, "pak Santo! Saya berangkat dulu, ya!"
Vodka membiarkan Zein melakukan hal itu, dia sudah sangat lelah dengan sifat random Zein. Padahal ini masih pagi hari.
"Mau berangkat sekolah aja jadi lama, gara-gara drama bocah ingusan ini!" batin Vodka.
Padahal Zein lebih tua darinya, tapi malah Zein yang di anggap bocah ingusan.
Sampai di rumah Nilam, Vodka langsung memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang.
"Lo diem disini, gausah turun!" tegas Vodka.
"Suka-suka gue dong!" sahut Zein.
"Yaudah, gue tinggal!" ujar Vodka santai seraya turun dari mobil.
"Nyenyenye!" sahut Zein.
Tetapi Zein benar-benar tidak turun dari mobil karena ancaman Vodka itu.
Vodka, ia langsung disambut oleh Nilam dan juga Retha di depan pintu.
"Pagi Tante!" sapa Vodka dengan ramah.
"Pagi anak ganteng!" ujar Retha.
"Pagi-pagi udah di jemput pacar aja ini, romantis banget!" ledek Retha.
"Mamah nih iseng!" kesal Nilam.
Retha hanya tertawa kecil mendengar ucapan putrinya itu.
"Masuk dulu, yuk! Belum telat, kan?" tanya Retha.
"Udah siang mamah, aku langsung berangkat aja," ujar Nilam.
"Aku pamit ya, mah! Bye bye mamah, i love you!" ujar Nilam yang berpamitan sekaligus mengecup kedua pipi Retha.