🔒Di Atas Langit Masih Ada Langit🔒
Jangan pernah sombong ataupun congkak dengan keadaanmu yang sempurna saat ini. Karena sesungguhnya itu hanya sesaat.🛠🛠🛠
Semenjak Keana pindah ke rumah kakeknya ada hal yang selalu dipikirkan olehnya. Mengapa banyak pasangan di desa tersebut yang tidak seimbang, misalnya si suami tampan dan si istri nampak buruk rupa atau mungkin sebaliknya.
Sudah dua minggu Keana pindah ke sekolah desa kakeknya, nama Keana Risti Wilatika selalu menjadi buah bibir. Semua siswa di SMA 2 Puharjo tak ada yang tidak kenal nama Keana. Mungkin hal itu tidak terjadi jika yang pindah ke sekolah tersebut adalah murid kebanyakan, bukan murid yang berasal dari kota besar. Keana adalah pindahan dari Jakarta, awalnya ia tinggal bersama kedua orang tuanya namun setelah ibunya meninggal ia memilih untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa Puharjo.
Sepulang sekolah, Keana mampir ke rumah Rindi. Rindi adalah sahabat barunya. Jarak tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Mereka berdua duduk di serambi rumah sambil memakan cemilan yang disuguhkan oleh Riris, Ibu Rindi.
"Rindi aku mau tanya boleh ngga?"
Rindi mengangkat sebelah alisnya. "Kamu mau tanya apa ta? Sepertinya penting sekali." jawab Rindi dengan campuran logat jawa.
"Selama aku pindah kesini aku heran banget sama pasutri disini." Keana memelankan suaranya. "Kenapa banyak sekali pasutri yang engga seimbang?"
Rindi juga heran dibuatnya. "Pasutri? Opo iku, Na?"
"Kamu engga tau pasutri?" Tanya Keana dan dibalas gelengan kecil oleh Rindi."Pasutri itu, pasangan suami istri." terang Keana.
"Oh. Kenapa memangnya? Ada yang salah dengan mereka?"
"Gini loh, banyak orang yang tampan menikahi gadis yang engga cantik. Terus ada juga yang cantik tapi malah dapet yang jelek." Tutur Keana tanpa ada rasa salah sedikitpun.
"Ya kalau itu sih, percaya tak percaya mereka punya rahasia agar bisa mendapat jodoh yang mereka inginkan."
"Rahasia?" Keana mengerutkan dahinya.
Rindi menengok ke kanan dan ke kiri, lalu menatap Keana dengan raut was-was. "Iya, disini masih ada yang percaya dengan jimat pengasihan atau susuk."
"Apa maksudmu?" tanya Keana tak percaya.
"Sudah lah, itu tidak penting. Yang penting mereka hidup bahagia dengan pasangan masing-masing." jawab Rindi apa adanya.
* * *
"Kenapa ya, anak dari kota cantik-cantik?" Aris bermonolog di parkiran sekolah tempat ia dan teman-temannya menongkrong. Menongkrong di parkiran sekolah merupakan rutinitas anak-anak yang bisa dibilang keren oleh anak desa lainnya.
Tanpa disengaja Nur menghampirinya. "Maksudmu Keana?"
Aris menganggukkan kepala sambil mencari-cari Keana dalam rombongannya. Aris menyipitkan matanya, menatap satu persath siswi yang berjalan sambil bergurau itu.
Akhirnya Aris menemukan Keana, karena merasa paling keren di SMA 2 Puharjo memberanikan diri menghampiri Keana dan menegur sapa.
"Hai Keana, Selamat Siang." sapa Aris ketika Keana telah sampai di depannya.
Keana membuang muka dan pura-pura tak mendengar.
Aris belum putus asa, ia kembali menyapa Keana. "Keana mau pulang ya?"
Keana masih fokus dengan gurauannya dengan teman lainnya. Aris kembali berucap. "Keana pulang sama aku saja." pinta Aris.
Aris sangat senang ketika Keana membalasnya. "Lo..." Keana tak melanjutkan ucapannya, ia malah mengendus-enduskan hidungnya di udara.
"Kamu kenapa?" tanya Aris sedikit grogi.
"Ngaca dong lo! Tampang ga seberapa, bau, jelek, kulit item, kumal lagi. Lo seriusan mau bawa gue Keana Risti Wilatika? Hah? Serius?" Keana berteriak dengan sombongnya.
Semua orang yang berlalu lalang berhenti menatap Keana dan Aris bergantian. Mereka tertegun, mengapa Keana menolak Aris yang lumayan keren di desanya.
Aris merasa sedih, ia tak kuasa harga dirinya diinjak-injak oleh seorang siswi dan itupun anak baru.
Rindi yang baru saja datang langsung menghampiri Keana. "Sudah Na, sabar Na. Aris cuma mau berteman sam-" ucapan Rindi tak bisa diteruskan, Keana mulai menyambar lagi dengan cacian yang menyakiti hati Aris.
"Lo punya apa mau berteman sama gue? Hah?" Keana menunjuk-nunjuk wajah Aris dengan kemarahan. Aris hanya tertunduk mendengarkan apa saja cacian yang dilemparkan Keana.
Rasa marahnya memuncak ke ubun-ubun, Aris mulai naik darah. "Oke! Iya! Siap! Aku hanya orang miskin, aku tidak pantas berteman denganmu. Tapi tolong jangan menghina fisik dan keadaan!" Aris sedikit membentak. Semuanya kembali menoleh ke arah Aris, mereka tak menyangka jika Aris bisa semarah ini padahal setiap saat ia terkenal sebagai orang yang dingin dan penyabar.
"Puas lo! Hah! Si kumal!" Ucap Keana kembali.
"Tunggu pembalasanku!" Aris melenggang pergi dan mengajak Nur pulang bersamanya.
' ' '
Hari ini Keana pulang sekolah dengan jalan kaki, kemarin motornya mogok dan masih mondok di bengkel. Udara siang ini lumayan panas, ia memutuskan untuk mampir ke kedai es buah kecil di pinggir jalan.
Keana duduk sambil mengibaskan tangannya. "Huhhh... Panas banget." keluhnya.
Entah dari kapan, Aris telah duduk di sampingya. "Ini buat kamu." ucap Aris sambil memberikan sapu tangan kuning.
"Gue udah bilang, jangan ngikutin gue!" ucap Keana, lalu ia meneruskan kalimatnya sambil menunjuk wajah Aris. "Lo! Lo udah gue bilangin berkali-kali, gue ngga mau temenan sama lo!" Keana meludah kesamping.
Aris terdiam sejenak. "Aku tidak mengikuti kamu, karena warung ini milikku." Aris beranjak, ia berdiri.
Keana terkesiap, ia menyesal telah mampir ke kedai ini. Tak lama ia langsung menyemprotkan sebuah hand sanitizer ke meja dan kursi.
Anehnya Aris tidak marah sedikitpun. Ia mengeluarkan kembali sapu tangannya, lalu menghampiri bekas ludah yang masih tampak. Lalu ia meraup ludah dan tanah disekitarnya, lalu dibungkusnya.
Keana si anak kota pun kebingungan dan mulai gelisah, jangan-jangan bekas ludahnya itu akan dibawa ke seorang dukun dan diberi guna-guna agar Keana mau berteman dengan Aris.
"Eh Aris! Lo gila ya!" Keana berdiri dan hendak mengejar Aris yang sudah berjalan cepat.
"Aris! Tunggu gue!" Ucap Keana.
Aris berhenti, ia menoleh pelan lalu tertawa. Keana semakin takut dibuatnya. "Tolong lo jangan main-main, mainan dukun itu dosa dilarang agama."
Aris kembali tertawa. "Haha! Kamu percaya begituan, awalnya aku tak mau pergi ke dukun namun melihat kamu yang ketakutan niatku berubah. Akhirnya aku akan pergi ke dukun."
"Oke! Gue ngaku salah, gue punya salah besar sama lo! Sory, gue takut."
"Sory?"
Keana mulai menggigil. "Maaf Ris, maafin gue." ucapnya lirih.
"Nih buat kamu saja!" balas Aris sambil menyodorkan sapu tangan itu, lalu pergi.
' ' '
KAMU SEDANG MEMBACA
Lathi #javannesseversion✔
Random→→→Ajining Dhiri Saka Ing Lathi←←← Pepatah Jawa mengingatkan bahwa ''Harga Diri Seseorang Sesuai Dengan Lidahnya, Ucapannya, Perkataannya.'' Ini bukanlah novel romantisme remaja yang mampu membuat baper sesaat, karena ini kumpulan cerpen tentang kes...