Rindu

400 28 2
                                    


 
PREFACE

Saat rindu terlalu menyiksamu, menyerahlah!
Biarkan dia menjalar menggerogoti seluruh sendi dan relung hatimu.
Bertahanlah!
Saat kau sudah terlalu tersakiti dan memejamkan mata dengan air yang mengering di sudut matamu, kau akan tertidur lelap.
Berdoalah!
Semoga esok pagi, hatimu akan membaik dan menyapu semua kenangan pahit bersamanya.
Tak kan bersih, karena kenangan itu akan melekat erat di tiap diding hatimu.
Tapi…
Setidaknya kau bisa berjalan
Dan bernapas lega karena sebagian besar kerak yang menempel disana sudah terkelupas.
Dan….
Tersenyumlah!
Sambutlah harimu dengan kebahagiaan
Karena kau layak bahagia





RINDU

“Pagi, Pak. Sudah lama?” sapaku pada seorang pria paruh baya yang tengah asyik menyeruput kopi hitamnya.
“Oh, iya.” jawabnya sedikit terbata karena aku mengagetkannya. “Duduk mas!” serunya mempersilahkan.
Saat ini, aku ada di front office salah satu hotel terkenal di Banyuwangi, di daerah Ketapang. Dan yang kusapa saat ini adalah Pak Sis, salah satu driver yang sering bekerja satu team denganku.
Oh ya, sampai lupa. Perkenalkan, namaku Anam, orang-orang biasa memanggilku nam, lebih singkat dan mudah katanya. Usiaku saat ini sudah menginjak awal kepala tiga. Usia yang bisa dibilang sangat matang, tapi entah kenapa aku tak pernah merasa matang sekalipun. Karena menurutku, masih banyak hal yang harus aku pelajari, aku selesaikan dan kunikmati. Sebagian besar umurku habis aku gunakan hanya untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Itu artinya, bagaimana caranya agar aku bisa mendulang uang dengan lancar. Bukannya serakah atau apa, tapi financial keluarga yang menuntutku untuk mengais rejeki sekeras mungkin. Istilahnya, tak ada waktu untuk berfoya-foya. Focus sama keluarga dan kesejahteraan mereka.
Secara fisik, tak ada yang menarik dariku. Nyaris tak ada yang menarik sama sekali. Menyedihkan memang, tapi aku tak merasa sedih dengan keadaanku, aku tetap mensyukurinya. Selama aku masih diberi kesehatan dan kemudahan dalam bekerja, aku rasa itu lebih dari cukup. Dengan tinggi 167 cm dan berat badan yang tak pernah kurang atau lebih diantara 51 ampai 54 kg, beberapa orang bilang aku terlalu kurus bagi mereka, apalagi kulitku yang mulai menghitam dikarenakan terlalu rutin terkena paparan sinar matahari, padahal kulit asliku kuning langsat, tapi kulit orang Indonesia kan memang eksotis, mudah putih mudah pula gelap.
Pagi itu, tepatnya pukul 12.35 aku berada di lobi hotel untuk mengantar tourist mancanegara yang datang ke Banyuwangi untuk menikmati panorama alamnya. Dan kali ini, aku harus mengantar mereka mendaki Gunung Ijen yang tersohor berkat Api Birunya.
Mungkin sudah bukan rahasia lagi kalau ijen memililki panorama dan fenomena yang mengagumkan. Api birunya yang menyala keren disaat gelap dan kawah hijau toscanya yang mempesona serta pemandangan alamnya yang menakjubkan, tak heran banyak tourist dalam dan luar negeri yang ingin mengunjunginya.
“Berapa berat belerang yang dipikul penambang itu, mas?” tanya salah seorang tamu perempuan yang beruntungnya aku dapat tamu lokal saat ini.
“Sekitar 70 sampai 90 kilogram mbak. Tergantung seberapa kuat mereka mengangkatnya. Satu penambang bisa mengangkat dua sampai tiga keranjang sehari. Sekarang, mereka sudah lebih mudah karena saat ini mereka sudah bisa menggunakan troly untuk mengangkut belerangnya dari bibir kawah ke post terakhir. Dulu… mereka harus mengangkat belerang tersebut sepanjang jalan dari pusat penambangan sampai post di bawah. Jadi, dalam sehari mereka bisa naik turun lebih dari sepuluh kali.” terangku
“Serius mas?” tanya mereka tak percaya.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil mengiyakan.
Selain menawarkan keindahan alamnya, Ijen juga mengajarkan kita cara untuk mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Dibandingkan dengan  apa yang harus para penambang jalani dalam mengais rejeki, kita harusnya bersyukur dengan pendidikan kita saat ini karena kita masih bisa memilih apa pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita.
Seusai bekerja, biasanya aku nongkrong dengan teman-teman guide ataupun supir untuk sekedar minum kopi atau tiduran di warung sekitar hotel. Rutinitasku selalu seperti ini. Bekerja saat orang tengah terlelap tidur di malam hari dan memejamkan mata saat semua orang tengah sibuk bekerja di siang hari.
Bulan Juni sampai September adalah bulan sibuk di dunia pariwisata. Selain karena itu waktu dimana banyak siswa libur sekolah, bulan tersebut juga menjadi waktu liburan musim panas orang-orang barat.

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang