Rindu Part 5

208 18 18
                                    

Dan benar saja, Candra benar-benar serius dengan perkataanya. Setelah kami tertidur hampir separuh jalan pulang ke hotel, dia memang tak mengatakan apapun di dalam mobil. Setibanya di parkiran hotel. Dia menyampaikan ungkapan terima kasihnya dan menyelipkan sebuah tips kepada driverku. Dan aku..? dia sengaja mengulur waktu dan membiarkan aku berpamitan dengan supirku dulu untuk menerima gajiku.

"Kalau begitu, aku pulang dulu.." pamitku tak lama setelah mobil yang mengantar kami tadi pergi.

"Kenapa pulang? Sarapan dulu!" ajaknya tenang. Wajahnya masih kelihatan lusuh, effect letih pasca mendaki.

"Mmmm... sepertinya enggak. Terima kasih." tolakku halus.

"Bukankah aku sudah memintamu untuk menemaniku selama disini?" tegasnya

"Mulai hari ini?" tanyaku bimbang.

"Ya....? Kalau bisa."

"Tapi... aku gak bawa baju ganti.."

"Udah... sarapan aja dulu... nanti saja pulangnya setelah sarapan. Kalau kamu masih lelah, kamu bisa istirahat dulu di kamar"

"Eh? Oh... enggak..." aku jadi salah tingkah. "Oke.." akhirnya aku mengiyakan ajakannya.

Kami berjalan menyusuri koridor dalam diam. Aku dengan muka lusuhku dan pakaian yang melekat pasti berbau belerang saat ini, membuatku sedikit tak percaya diri. Sebenarnya Candra tadi mengajakku ke kamar dulu karena dia ingin menaruh jaketnya. Tapi, karena aku bilang lebih baik menunggu di restaurant, akhirnya dia mengurungkan niatnya dan kamipun langsung menuju tempat sarapan.

Disana sudah berjajar menu sarapan dengan berbagai macamnya. Kulihat deretan jus buah segar, makanan yang di tempatkan di loyang metal entah apa saja di dalamnya. Buah-buahan segar, cemilan, kue dan banyak lagi hidangannya. Rasanya ingin sekali aku mengambil semuanya, tapi tampungan perutku kan kecil.

Akhirnya aku berjalan di belakang Candra sambil sesekali mengawasi apa-apa yang dia ambil sebagai menu sarapannya. Dan ternyata, dia hanya mengambil semangkuk sereal dan segelas susu. Bukan type makanan yang akan kuambil. Maka, akupun langsung mengambil piring dan mencomot bihun goreng, sosis, kentang dan ayam kecap atau apapun itu namanya dengan segelas jus jeruk.

"Apa hanya itu menu sarapanmu?" tanyaku yang masih tak percaya dengan apa yang aku lihat di depanku saat ini ketika kami mulai menikmati sarapan kami.

"Kenapa?" jawabnya singkat

"Keyang?" tanyaku balik tak kalah singkat

"Hahaha... nanti..." jawabnya santai "Aku gak terbiasa langsung mengisi perutku dengan makanan berat."

"Oh... baguslah."

"Kenapa?"

"Ya... gak papa... sayang aja... dengan begitu banyaknya makanan dan yang diambil tamu hotel hanya segitu, bukankah mubadzir sisa makanannya?" jawabku karena aku tahu semua hotel pasti punya batas waktu sarapan sekitar pukul sepuluh atau setengah sebelas. Dan kami sampai di hotel sekitar pukul Sembilan, jadi sisa waktunya tak banyak lagi sedangkan makanan yang tersaji bisa dibilang masih utuh.

"It is just a breakfast..." jawabnya sekenanya

"Menurutmu... Bagi orang lain... bukan." Ada banyak orang diluar sana kelaparan dan bingung mendapatkan makanan. Entah kenapa aku tak begitu suka makan di hotel, rasanya aku seolah mengejek mereka yang kesulitan dalam hal rejeki. Dan sering aku penasaran, kemana larinya semua sisa makanan itu setelah semua tamu selesai sarapan? Apakah mereka membuangnya? Bukankah itu sangat sayang namanya. Makanya, menyia-nyiakan apa yang kamu miliki itu sedikit terasa mengejek bagiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang