#9

9.9K 1.3K 107
                                    

"Jadi hubungan kalian sudah berakhir?"

Hyoyeon bertanya, memandang anaknya yang tengah mempertahankan posisinya agar tetap berdiri tegak.

"Hm."

Jaemin menggumam, enggan menjawab menggunakan perkataan yang benar. Memandang ke arah lain dengan posisi kedua tangannya memegangi telinga dan kaki diangkat satu.

Jaemin mengumpat dalam hati, kenapa ibunya tega menghukumnya layaknya anak kecil.

Hyoyeon mengalihkan pandangannya ke arah Donghyuck. Meneliti keadaannya, terlihat dengan jelas leher itu dihiasi oleh warna merah-- bekas cekikan.

Hyoyeon menghela napasnya kasar. Apa yang harus ia katakan pada ibu Donghyuck? Anaknya hampir saja dibunuh oleh Jaemin, putra brengseknya yang sayangnya tampan?

Tangan lembutnya menyentuh puncak kepala Donghyuck, mengusapnya lembut. Lantas tersenyum manis, karena ia sangat menyukai Donghyuck.

Sedangkan Donghyuck menundukkan kepalanya, tak berani menatap wanita yang duduk di sampingnya. Meskipun sorot mata itu menatap teduh ke arahnya.

"Donghyuckie, apa benar hubungan kalian sudah berakhir?" tanya Hyeyeon dengan nada lembut.

"Eomma! Aku sudah bilang jika hubungan kami sudah berakhir, aku muak dengan semua ini."

"Jaemin pabo! Eomma tidak sedang bicara denganmu! Lagi pula kau hanya bergumam saat eomma bertanya dan itu tidak berguna,"

Tuhkan, bahkan ibunya sendiri mengatai dirinya bodoh demi membela pemuda sialan itu.

Jaemin mendecih ketika kedua matanya tak sengaja bertemu dengan mata coklat yang dulu pernah menjeratnya. Dulu ya.. dulu.

"Donghyuckie,"

Donghyuck mengangguk sebagai jawaban, mulutnya terlalu kelu mengucapkan satu kata pun.

"Tapi kenapa? Apa kau sudah tidak mencintai Jaemin lagi?"

Ada nada kekecewaan di sana, Donghyuck tahu itu. Ibu sangat menyayanginya dan juga sebaliknya, ia sudah menganggap ibu Jaemin sebagai ibu kandungnya sendiri.

"Tentu saja, dia berselingkuh dengan Mark. Aku yakin jalang ini sudah menyerahkan tubuhnya,"

Jaemin menyahut dengan nada sarkasme. Kembali meremat hati dan perasaan si pemuda manis.

"Jaemin! Jaga mulu mulutmu! Kau tak pantas men--"

"Terus saja eomma bela jalang itu. Jika seperti ini, rasanya aku ingin mata saja."

Jaemin kembali ke posisi normal, alisnya menukik tajam-- setajam samurai. Seakan menebas wajah pemuda pengkhianat yang memandangnya dengan tatapan sedih dan tersakiti.

Hell! Ada apa dengan tatapan itu? Bukankah dia yang menjadi penyebab semua kekacauan ini.

Napas Jaemin memburu, menggeram dengan penuh bahaya.

"Puas kau Lee? Sekarang semua orang berpihak padamu! Kau puas? Dasar jalang!"

Jaemin pergi dengan amarah yang menguasainya-- menyisakan rasa pedih yang mendalam. Jika boleh jujur, dia tak ingin hal ini terjadi. Di dalam hatinya, masih ada rasa untuk sang mantan pacar.

Tapi kekecewaan terlalu mendominasi-- merenggut pikirannya. Hanya egonyalah yang memenangkan semua ini.

Sejatinya Jaemin tak mengetahui kebenaran yang terjadi. Karena sifatnya yang tak pernah peduli, membuat semua ini semakin rumit.

Hyoyeon menghela napasnya untuk yang ke sekian kali. Beralih memandang Donghyuck, meraih tangan pemuda Lee itu dan menggenggamnya.

"Eomma tahu Donghyuckie punya alasan untuk mengakhiri hubungan ini. Eomma tidak memaksa, lain waktu saja Donghyuckie bisa bercerita pada eomma."

Liar || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang