#12

11.1K 1.2K 175
                                    

Tidak ada yang berubah. Ini sudah tiga hari sejak dia keluar dari rumah sakit. Jaemin layaknya mayat hidup, tak ada gairah dalam hidupnya.

Keluarga dan teman-teman Jaemin hanya memandang prihatin keadaan Jaemin.

Jaemin lebih sering menghabiskan waktunya untuk menyendiri. Tak ada balapan liar, tak ada rokok dan tidak ada lagi Jaemin si berandalan. Semuanya berubah sejak ketiadaan Donghyuck di sisinya.

Jaemin menghela napas, melirik sekilas para siswa yang sedang berbisik-bisik ke arahnya.

Jaemin tak mempedulikannya. Ia melanjutkan langkahnya dengan berat. Namun, langkahnya terhenti ketika seorang gadis berdiri di hadapannya.

Plak!

Lalu menamparnya.

Jaemin memandang gadis itu malas. Dia hanya diam membisu, tak menyuarakan kekesalannya akibat tamparan yang telah gadis itu layangkan.

"Apa sunbae masih bisa bernapas dengan tenang sekarang ini? Setelah apa yang sunbae lakukan pada Donghyuck oppa, bahkan dia berusaha melindungimu."

Nada penuh emosi itu meluncur dengan bebas, menghantam Jaemin dengan kuat. Sehingga pemuda tampan itu harus merasakan hatinya remuk-- lagi.

"Sunbae keterlaluan, sunbae tak pantas hidup di dunia ini lagi."

Gadis itu, Ryujin, melampiaskan amarahnya.

Sedangkan pemuda di sana hanya diam, matanya kosong. Bahkan tamparan yang diterimanya tak dapat ia rasakan. Karena dia lebih merasakan sakit yang luar biasa dari pada itu.

'Ya, tak sepantasnya aku hidup di dunia ini.'

•••

Merentangkan kedua tangannya, membiarkan angin musim menghembus menerpa wajah rupawannya. Surainya bergoyang, menambah kesan tampan pada wajahnya. Namun sayang, wajahnya tak menampakkan sebuah kebahagiaan.

"Donghyuck, apa kau senang di sana? Apa kau puas melihatku menderita di sini?"

Jaemin meracau layaknya orang gila, bersyukurlah dia sekarang berada di atap sekolah yang nampak sepi.

"Aku tahu, aku brengsek, Lee. Tapi argghh--" Jaemin mengacak surainya frustasi.

Tidak, Jaemin tidak bisa jika hidup tanpa Donghyuck. Jika Donghyuck pergi, maka dia harus menyusulnya. Ya, harus.

Jaemin menapakkan kakinya pada pembatas, memandang ke bawah. Bibirnya tertarik ke samping. Mungkin dengan cara inilah dia bisa mendapatkan kebahagiaannya kembali.

Jaemin memejamkan matanya dan berhitung mundur. Bersiap menjatuhkan tubuhnya.





















"BAJINGAN! KAU INGIN MENINGGALKANKU SENDIRIAN, HAH?!"

Jaemin membulatkan matanya, suara ini-- Jaemin mengenalnya dengan jelas. Maka ia membalik badan secepatnya dan jantungnya seakan ingin keluar dari tempatnya ketika mendapati Donghyuck kini berada tak jauh darinya.

Netranya memindai tubuh Donghyuck dari bawah ke atas. Masih utuh dan kakinya juga masih menapak di tanah.

Itu bukan arwah Donghyuck kan?

"Kurang ajar! Kau ingin bunuh diri setelah aku memperjuangkanmu? Dasar tak tahu diri!"

Donghyuck berseru kesal, berjalan ke arah Jaemin dan menarik pemuda itu ke wilayah yang lebih aman. Memberikan pukulan-pukulan yang lumayan kuat pada punggung Jaemin.

Liar || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang