#10

10.8K 1.3K 148
                                    

Met buka para pembacaku yang agak-agak tercinta...
.
.

Jaemin menatap nyalang pada orang yang memukulnya, sedikit tak percaya jika orang yang berdiri di hadapannya adalah Huang Renjun.

Sedangkan Donghyuck bisa sedikit bernapas lega, mengusap saliva yang membasahi bibir dan dagunya.

"Jaemin, hentikan semua kegilaan ini. Kau hanya menyakiti orang yang kau sayangi!" Renjun meninggikan suaranya, berharap sahabatnya sadar atas apa yang ia lakukan.

Jaemin mendecih, lagi-lagi berpihak pada Donghyuck. "Renjun, ini bukan urusanmu. Aku dikhianati di sini!" Jaemin berteriak, urat lehernya menonjol. Benar-benar merasa kesal.

"Tidak, Jaemin! Kau salah. Donghyuck hanya ingin melindungimu,"

Donghyuck menoleh ke arah Renjun, bagaimana dia tahu? Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Renjun tidak boleh memberitahukan semua ini kepada Jaemin.

"Kau ingat, di mana kau memukuli seorang paman tua supir bus, dia-"

"Jaemin!"

"Yeji?"

Atensi ketiganya teralihkan pada gadis yang tengah berjalan ke arah mereka.

Jaemin menaikkan kedua alisnya-- bingung. Renjun yang terlihat berapi-api, siap untuk meledak. Dan Donghyuck yang menggigit bibir bawahnya ragu.

"Kenapa kau bisa berada di sini?" Jaemin bertanya, memandang Yeji yang sekarang ada di sampingnya.

Yeji bergelayut manja pada lengan Jaemin, menghiraukan tatapan tak suka yang diberikan Renjun padanya.

"Kau tidak memberiku kabar, itu membuatku sedih."

Jaemin tersenyum, mengusap puncak kepala gadis itu dengan lembut. Sengaja. Ia melakukan itu karena ingin membuat Donghyuck sakit hati. Meskipun tak yakin Donghyuck sakit hati atau tidak, tapi Jaemin hanya ingin melakukan ini.

"Jaemin, jauhi gadis itu! Dia berbahaya!" Renjun berseru. Menarik Jaemin dan membuat pemuda itu berdiri di sampingnya.

Jaemin mengernyitkan alisnya, tak mengerti dengan apa yang terjadi. Jujur, selama dekat dengan Yeji, dia merasa tak ada hal yang aneh dengan gadis itu. Tapi kenapa Renjun bisa berkata demikian.

"Jangan bercanda, Renjun. Dia tidak seburuk yang kau pikirkan. Seharusnya aku menyuruhmu untuk menjauhi dia!" Jari Jaemin menunjuk ke arah Donghyuck yang tengah menundukkan kepalanya.

"Jaemin, kau salah. Donghyuck membelamu. Kau ingat dengan sopir bus yang kau pukuli saat itu, dia adalah ayah Yeji."

"Ops! Tak kusangka permainan ini akan berakhir secepat ini,"

Yeji tersenyum miring, memandang remeh ke arah tiga pemuda bodoh yang ada di hadapannya.

"Lee Donghyuck, aku sudah memberitahumu untuk bertahan selama 14 hari, tapi ternyata permainan ini harus berakhir di sini."

Yeji mendengus, menatap tak suka pada Donghyuck.

Jaemin mengernyitkan dahinya, sungguh ia tak paham dengan semua ini. Apa yang terjadi? Kenapa dirinya dipermainkan seperti orang tolol di sini?

"Lee! Tolong jelaskan semua ini!" perintah Jaemin begitu menuntut. Kepalanya sungguh pening memikirkan semua ini.

Donghyuck belum sempat menjawab tetapi segerombolan orang berbadan besar dan bertato telah menyerbu mereka.

Yeji melangkah mundur, mengambil tempat aman untuk menonton pertunjukan ini.

"Selamat menikmati kehancuran kalian." Gadis itu tertawa dengan kepongahannya. Balas dendam adalah faktor utama ia melakukan ini. Bersyukurlah ia mempunyai kakak seorang gangster.

Liar || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang