#3

12.5K 1.5K 217
                                    

"Donghyuck-ah!"

Sebuah seruan yang tertuju kepada seorang pemuda manis, membuat sang empunya menolehkan kepalanya. Senyum manis terpatri pada bibirnya melihat orang yang baru saja memanggilnya.

"Kemarilah!" seru Donghyuck. Melambaikan tangannya sebagai isyarat agar orang itu untuk mendekat padanya.

Mark menghampiri Donghyuck, lalu mendudukkan tubuhnya di samping Donghyuck. Ia menghela napas sebentar. Matanya memandang lurus ke arah siswa-siswi yang berlalu lalang. Mereka sedang duduk di salah satu bangku yang ada di taman sekolah.

Hening di antara keduanya, tak ada yang ingin memulai pembicaraan. Setelah menit kelima, barulah Donghyuck mengeluarkan suaranya.

"Maafkan aku," ucap Donghyuck lirih, ia menundukkan kepalanya seraya menautkan kedua tangannya. Dia merasa bersalah pada Mark, karena dia harus menerima amarah dari Jaemin.

"Berhenti minta maaf, Hyuck! Kau tidak salah," sahut Mark dengan mata masih memandang lurus ke depan.

"Tapi Jaemin-- dia memukulmu dan kudengar hubungan kalian menjadi rus-"

"Ayolah Hyuck! Apa kau akan terus membahas hal membosankan seperti itu?" potong Mark. Ia memandang Donghyuck dengan wajah yang sedikit kesal. Tapi bukan berarti dia kesal dengan Donghyuck. Ia hanya tak mau membahas tentang Jaemin.

"Tapi semua ini salah-" ucapan Donghyuck terpotong ketika Mark menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya.

"Sstt, diam. Mari kita bicarakan yang lain," Mark melepaskan jari telunjuknya dari bibir Donghyuck.

Lalu ia mengeluarkan candaan untuk menghibur Donghyuck, ia tahu jika pemuda manis ini tengah terpuruk. Lagipula ini sudah tugasnya untuk menjaga Donghyuck.

Dan sudah berapa kali ia bilang kepada Donghyuck untuk tidak mengungkit hal itu. Tapi Donghyuck selalu membahasnya, bahkan kepalanya terasa berdenyut jika harus mengingat kejadian itu.










"Dasar pengkhianat! Jadi ini alasanmu mengakhiri hubungan kita, Hyuck. Karena kau ingin bersama Mark."

Jaemin tersenyum miris melihat bagaimana dekatnya Mark dengan Donghyuck. Dia tahu Mark selalu berusaha untuk dekat dengan Donghyuck, karena pemuda itu menyukainya kan?

"Kau menyakitiku, Hyuck."

Tatapan Jaemin menyendu, persekon kemudian matanya menajam diikuti dengan seringaian tipis yang ada pada bibir tipisnya.

"Dan lihat bagaimana aku akan membalas rasa sakit ini."

•••

Donghyuck berjalan melewati koridor dengan sedikit berlari. Tangannya penuh dengan berkas-berkas yang harus ia serahkan pada wali kelasnya. Ia tak terlalu fokus pada jalannya. Hingga tubuhnya menabrak sesuatu.

Bruk!

Donghyuck segera mengambil kertas yang tercecer di lantai, memunguti satu persatu dan mengumpulkannya. Bahkan ia tak memandang orang yang ditabraknya.

Orang itu memandang Donghyuck bosan, tak berniat membantunya sedikit pun. Ia tetap berdiri dengan angkuhnya. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Meskipun di dalam hati ia tertawa kecil melihat orang yang berjongkok di bawahnya masih ceroboh seperti biasanya.

Donghyuck berdiri setelah selesai mengumpulkan kertas-kertas itu. Ia mendongakkan kepalanya dan kedua mata itu saling bertatapan.

Donghyuck sedikit terkejut dengan seseorang yang ada di hadapannya. Namun ditutupi dengan sangat apik oleh raut datarnya.

"Maafkan aku, Na Jaemin-ssi."

Donghyuck membungkukkan badannya, kemudian berlalu meninggalkan Jaemin yang masih diam.

Jaemin mendecih. "Jaemin-sii? Kau memanggilku dengan embel-embel ssi, apa kita sudah menjadi orang asing Hyuck?"

Jaemin menggeram, kepalanya ia tengadahkan. Rasa sakit itu terus saja menyayat hatinya. Ia mencintai pemuda manis yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun. Dan Hell! Tidak mudah untuk melupakan dalam sekejap mata.

Tapi Jaemin merasa dikhianati oleh Donghyuck, semudah itukah Donghyuck melupakannya? Sedangkan dirinya harus berjuang melawan rasa sakit ini.

•••

Setelah memberikan berkas-berkas kepada wali kelasnya, Donghyuck berjalan menuju toilet untuk sekedar membasuh muka. Pikirannya terlalu kacau. Dia tidak bisa terus berpikir tentang Na Jaemin. Bahkan ketika dia tidak sengaja menabrak Jaemin, jantungnya masih berdegup kencang.

Donghyuck memasuki toilet yang nampak sepi. Ia membasuh mukanya dengan air yang mengucur dari kran westafel. Ia menghela napas sejenak, memorinya mengingat bagaimana Jaemin menatapnya datar-- acuh tak acuh padanya. Rasanya benar-benar menyakitkan.

Tanpa sadar setetes liquid bening menuruni pipi tembamnya. Jika boleh jujur, ia sedikit banyak menyesal telah mengakhiri hubungannya dengan Jaemin. Hanya saja waktu itu ia terlalu emosi dengan keegoisan Jaemin, hingga kalimat itu meluncur dari bibirnya.

Donghyuck menggelengkan kepalanya. "Tidak, Donghyuck! Kau tidak boleh menyesalinya. Ini semua sudah terjadi, jika Jaemin tidak bisa merubah sifatnya maka dia bukan jodohmu!" monolog Donghyuck berusaha menguatkan dirinya. Ia mengusap sisa air matanya.

Kemudian Donghyuck melangkah keluar toilet. Baru mendapatkan beberapa langkah, Donghyuck dikejutkan oleh pemandangan yang tak jauh darinya-- hanya lima meter dari tempat Donghyuck berdiri.

"J-jaeminhh,"

Napas Donghyuck tercekat, respirasinya menyempit. Kepalanya berdenyut sakit.

Di depan sana, Jaemin tengah mencumbu seorang wanita dengan begitu intim. Hingga wanita itu terus mengeluarkan lenguhan yang membuat telinga Donghyuck berdengung.

Donghyuck masih berdiam kaku di tempatnya. Tubuhnya lemas, tapi ia berusaha menjaga keseimbangannya untuk tidak jatuh.

Mata bulatnya menyaksikan bagaimana tangan Jaemin yang mengusap paha bagian dalam wanita itu. Sakit, sangat menyakitkan. Itulah yang Donghyuck rasakan. Ia tahu Jaemin brengsek, tapi dia tidak pernah melihat Jaemin menyentuh orang lain seintim itu.

Mulut Donghyuck terasa kelu. Ingin rasanya ia meneriaki Jaemin untuk berhenti menjamah wanita itu. Dalam hati, Donghyuck tertawa miris. Dia bukan siapa-siapa Jaemin lagi, jadi dia tidak berhak mencampuri kehidupan mantannya tersebut.

Karena terlalu hanyut dalam pemikirannya, Donghyuck tidak menyadari jika Jaemin dan wanita itu sudah ada di hadapannya. Donghyuck segera mungkin memasang wajah datarnya, seolah tak peduli dengan dua makhluk yang menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.

"Hai, Lee! Kuharap kau masih baik-baik saja," ucap Jaemin dengan nada meremehkan. Ia memeluk pinggang wanita yang ada di sampingnya, kemudian mencium wanita itu sekilas di hadapan Donghyuck.

Donghyuck mendecih, matanya menatap jengah kedua makhluk yang ada di hadapannya.

"Konyol." ujar Donghyuck lalu melangkah pergi. Tak mempedulikan kejadian barusan, walaupun mati-matian ia harus menahan air matanya.

"Sial!" Jaemin mengumpat melihat reaksi Donghyuck yang begitu tenang.

Oh Jaemin, kau hanya belum tahu saja apa yang baru Donghyuck rasakan.













"Ini bayaranmu dan kuharap kau segera pindah dari sekolah ini." ucap Jaemin malas sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

Wanita itu mengangguk, kemudian dia berlalu setelah menerima bayaran yang telah Jaemin janjikan.

Jaemin mengacak rambutnya frustasi. Kenapa kehidupannya tak pernah berjalan lurus seperti ketika penisnya yang sedang tegang-- oops.

To be continued
.
.

Liar || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang