#5

11.4K 1.5K 219
                                    

Karena kusayang kalian dan melihat minat kalian terhadap cerita ini, aku nggak jadi unpub deh...

Gimana seneng nggak?

Kalo nggak ku-unpub beneran nih, nggak canda doang.
.
.

Manik itu terus saja memandangi objek yang tak jauh darinya. Wajahnya datar ketika objek itu terus berlari meskipun dengan langkah terseok-seok.

'Dasar keras kepala.'

Kedua tangannya terlipat di depan dada. Melihat seberapa jauh pemuda itu akan bertahan.

'Tak ingin terlihat lemah tetapi malah menyakiti dirinya sendiri, cih!'

"Kurasa kaki Donghyuck terluka,"

"Ya, kau benar. Tadi pagi pun aku melihatnya berjalan dengan sedikit terpincang,"

"Dia terlalu memaksakan diri,"

"Ya, kau tahu sendiri kan, jika Donghyuck itu keras kepala."

Jaemin mendengus mendengar obrolan para gadis yang ada di belakangnya. Pandangannya tak beralih dari Donghyuck yang terus saja berlari mengitari lapangan.

Dalam hati Jaemin membenarkan ucapan para gadis itu. Jika Donghyuck itu keras kepala minta ampun.

Tapi Jaemin juga merasa bersalah, Donghyuck terluka akibat dirinya. Masih tadi malam, tapi mantan kekasihnya itu terus saja berlari tanpa mempedulikan jika dirinya akan semakin terluka.

Dalam hati Jaemin mengumpat-- kenapa penilaiannya harus dilakukan hari ini.

Ya, hari ini adalah pengambilan nilai untuk olahraga lari. Kelas Jaemin dan Donghyuck mempunyai jam yang sama, dan di sinilah mereka-- di lapangan outdoor sekolah.

Pandangan iba yang diberikan oleh guru dan siswa yang ada di sana tak membuat Donghyuck menghentikan langkahnya-- tidak di depan Jaemin.

Peluh membanjiri wajahnya, kakinya terasa kebas dan perih.

Lima putaran lagi dan semuanya akan selesai.

Donghyuck menghentikan langkahnya-- mengambil napas sejenak. Ekor matanya melirik Jaemin yang memandangnya datar. Mengigit bibirnya ketika rasa sakit itu menghantam ulu hatinya.

Menghela napas berat-- lalu melangkahkan kakinya bersiap untuk berlari.

Sialnya-- ketika memasuki langkah ketiga. Tubuhnya ambruk di atas tanah.

Semua orang yang ada di sana memekik melihatnya-- kecuali Jaemin yang segera menghampiri Donghyuck.

Jaemin berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Donghyuck yang terduduk di atas tanah.

"Bangsat Lee! Apa kau terobsesi untuk menyakiti dirimu sendiri?"

Suara Jaemin meninggi-- semuanya terdiam. Tidak terkecuali Donghyuck.

Netranya memandang Jaemin lekat, wajah tegas itu mengeras antara marah dan khawatir, mungkin.

"Berhenti mencampuri urusanku. Kau bukan siapa-siapaku,"

Mulut bajingan-- Donghyuck merutuk. Bibirnya benar-benar bertolak belakang dengan hatinya.

Jaemin mendengus-- hatinya tertohok. Begitu cepatkah Donghyuck melupakan dirinya? Apa selama ini dia tak cukup berharga di kehidupan Donghyuck-- oh, mungkin tidak sama sekali. Dia berandalan, sedangkan Donghyuck seorang yang teladan.

"Kau benar, mungkin seorang teladan sepertimu malu mempunyai mantan sebajingan diriku,"

Nada Jaemin mengejek namun tersirat kesedihan di sana.

"Jadi kumohon, berhenti berlari dan segeralah pergi ke UKS."

Jaemin memandang Donghyuck dengan sedikit lembut agar pemuda keras kepala itu mau menuruti perintahnya.

"Memang kau siapa berani memerintahku?"

Nada sinis itu keluar dari bibir tipis Donghyuck. Jaemin terperangah mendengarnya, namun tertutupi dengan apik menggunakan wajah datarnya.

Jaemin diam ketika Donghyuck mencoba berdiri, netranya datar melihat betapa keras kepalanya seorang Lee Donghyuck.

Tak tahukah jika dirinya luar biasa khawatir dengan keadaan pemuda manis itu. Jaemin mengerutkan keningnya mendapati wajah Donghyuck yang meringis menahan sakit.

Pemuda itu melanjutkan langkahnya. Tak mendengarkan teriakan gurunya yang memintanya untuk berhenti.

Jaemin mendecih, mengangkat tubuhnya dan berjalan menyusul Donghyuck.

Jaemin berjongkok tepat di depan Donghyuck, menarik kedua tungkai kakinya sehingga tubuh pemuda itu jatuh di atas bahunya.

Donghyuck kaget setangah mati-- jelas. Jantungnya berdegub kencang. Bahkan mulutnya sedikit terbuka juga matanya ikut tidak berkedip.

"Brengsek Na! Turunkan aku!"

Itu adalah kalimat yang Donghyuck lontarkan ketika pikiran rasionalnya kembali.

Memukul kepala Jaemin sedikit keras, agar mantan pacarnya ini mau menurunkannya.

"Nah Lee Donghyuck si tuan keras kepala--"

Jaemin membenarkan posisi Donghyuck yang sedikit merosot karena pemuda itu terus memberontak.

"Kau mengatakan jika aku bukan siapa-siapamu--"

Donghyuck diam-- berhenti memberontak.

Jaemin mengambil napasnya dalam, bersiap untuk mengeluarkan suatu kalimat.

"--jadi sekarang biarkan aku menjadi kedua kakimu untuk menyelesaikan semua ini."

Setelah itu Jaemin berlari-- melanjutkan tugas Donghyuck yang tertunda dengan senyum yang merekah pada bibir tipisnya namun tak disadari oleh Lee Donghyuck.

To be continued
.
.
Sori ya lama, soalnya lagi musim ujian praktek-- yang buat kesetlah, buat pembersih lantailah, menulis kreatiflah, praktek difusi osmosislah...

Nah ini salah satu ujian praktekku menulis kreatif

Nah ini salah satu ujian praktekku menulis kreatif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Liar || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang