Sekolah SMA CL yang bisa dibilang cukup bergengsi dan ketat dengan aturan juga karakter, akhirnya mamanya memutuskan untuk memindahkannya ke sekolah itu dengan harap sifat dan karakternya yang buruk berubah menjadi lebih baik.
Sudah satu semester, Wilson bersekolah disana dan selalu merengek pada mamanya untuk memindahkannya ke sekolah lamanya, tapi selalu ditolak oleh mamanya. Benar, dia sudah tidak betah dan tidak sanggup dengan banyak aturan juga ketat.
Hanya satu kata yang selalu ia lontarkan setiap mamanya menolak permintaannya, "menyebalkan."
Mamanya sudah biasa mendengar kata itu yang langsung keluar dari mulut anaknya sendiri dan membiarkannya begitu saja. Tapi yang namanya mama tetap seorang mama, di balik pintu kamarnya hanya bisa mengelus dada dan menangis melihat anaknya yang kasar juga pemarah.
Sejak saat kejadian itu, Wilson masuk sekolah dengan bermalas-malasan dan lebih nakal dari sebelumnya dengan harap ia dikeluarkan dari sekolah. Sayangnya itu tidak berhasil dan malah membuat pihak sekolah selalu mengejar Wilson untuk pergi ke ruang bimbingan konseling.
Wilson pulang ke rumahnya jalan kaki dengan emosi campur kesal dan sesekali menendang kaleng kosong dengan kuat layaknya sepak bola.
"Aw!" ringis seorang cewek di depannya karena terkena kaleng terbang yang mengenai dahinya.
Wilson mematung kaku karena kaget dan menghampiri cewek itu yang masih menggosok-gosokkan dahinya yang berwarna merah dengan tangannya.
"Maaf, aku gak sengaja."
"Nggak! Maafmu gak aku terima," gerutunya sambil memanyunkan bibirnya.
"Napa sih kamu tuh? Aku udah minta maaf, memang apa sih susahnya maafin toh itu cuman kena dahimu yang bahkan gak parah lukanya," tuntut Wilson yang merasa tidak terima dengan perkataannya.
Cewek itu menunjuk ke arah bapak es krim yang menonton pembicaraan mereka dari jauh dan duduk persis di bawah pohon rindang. Dengan cepat Wilson menghampiri bapak es krim itu sambil mulutnya sibuk ngedumel.
"Yang rasa coklat!" teriaknya dari kejauhan.
Wilson kembali dengan bungkus es krim rasa coklat dan memberikannya kasar sambil berkata, "udah maafin aku?"
Mendapat anggukan dua kali dari cewek itu dan berniat untuk langsung pergi, tapi tangannya menarik jaket hoodie abu-abu milik Wilson. Dia kembali menoleh ke cewek itu dengan wajah malas.
"Apalagi sih?" tanya Wilson dengan sinis.
Ternyata seorang wanita separuh baya yang berniat mengembalikan uangnya yang jatuh dijalan. Wilson mengambilnya dengan kasar dan melanjutkan perjalanan pulangnya ke rumah dengan wajah masam.
Wilson menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dan menghela nafasnya berat lalu ia bangkit pergi keluar untuk bermain basket di lapangan untuk menghilangkan //stress//. Sebenarnya ia juga tidak ingin hidup seperti ini, hanya saja karena papanya yang menyakiti mamanya terus dan berakhir bercerai. Sejak saat itu membuatnya geram dan selalu melindungi mamanya dari orang-orang yang ingin menyakiti mamanya dengan menjadi seorang cowok yang pintar berkelahi.
Jangan salahkan Wilson, ini karena papanya yang membuat sifat dan karakternya berubah menjadi seperti ini. Padahal dulu ia adalah murid teladan, baik, tidak suka berkelahi, dan selalu mendapat nilai bagus dikelas. Lalu berakhir seperti ini gegara papanya, tidak ada alasan lain. Hanya itu saja.
Seiring perjalanan waktu, Wilson mulai berubah menjadi yang lebih baik walaupun terkadang ia cepat terpancing emosi dengan kelakuan teman-teman yang menggodanya karena berubah menjadi anak baik.