"Segimanapun gue berjuang, kayaknya nggak akan cukup ya buat gantiin sosok dia buat lo, Jo?" ―Daniel
***
Daniel Cakrawala Yaslin
"Daniel, lo orangnya asik deh jadi temen gue ya."
Adalah tawaran kesekian puluh kali yang gue denger sejak gue melewati masa sebagai mahasiswa baru di semester satu hingga sekarang udah masuk semester tiga. Dan lucunya, rata-rata yang menawarkannya duluan adalah perempuan.
Gue sih nggak masalah untuk berteman sebanyak-banyaknya sama orang baru, baik itu cowok maupun cewek. Tapi terkadang orang sering ngelunjak.
"Pinjem duit Daniel dulu, besok diganti."
Sampai satu bulan berlalu duit gue juga nggak balik.
Kalau kata Joan, gue terlalu baik jadi manusia, makanya sering dimanfaatin orang banyak. Ditambah orang-orang tahu kalau gue anak dari salah satu pengusaha terkaya di Indonesia.
Gue nggak bermaksud sombong, gue cuman bercerita.
Terus lagi pernah di suatu waktu, gue dimintain tolong sama cewek yang gue kenal lewat acara kepanitiaan buat jemput dia. Gue sih nggak masalah karena kala itu gue juga lagi nggak sibuk. Tapi sampai 2 minggu berikutnya permintaan tolong itu malah dijadiin kebiasaan.
Kalau Vino dikenal para cewek sebagai tukang PHP yang gampang bosen sama incarannya, gue malah sering dijuluki fakboi kampus―karena bersikap baik ke semua cewek tanpa pernah memikirkan mereka akan baper atau tidak.
Kadang gue heran, emang berbuat baik ke semua orang itu salah ya?
Joan pernah bilang gini waktu gue, dia dan Vino kumpul bareng buat kerkom waktu semester dua. "Nggak salah berbuat baik ke semua orang, yang salah itu lo juga caper ke semua cewek, semuanya lo chat satu persatu. Walau kata lo itu cuman basa-basi, yang begitu tuh bikin cewek baper tahu!"
Dan dengan songongnya Vino malah mengompori. "Tau dah lo, sok-sokan banget jadi fakboi."
Dia nggak sadar diri kalau dia juga punya julukan jelek dikalangan para cewek. Cuman bedanya, Vino emang jarang bisa lama-lama bareng cewek lain selain Joan. Ibaratkan sehari ada 24 jam, Vino hanya bisa bersama perempuan lain maksimal 3 jam, sisanya dia akan menempel lagi pada Joan. Sedangkan gue kalau dimintain tolong jemput, pulang bareng atau bahkan pergi berdua ya ayok aja asal lagi kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropologi Rasa
FanfictionIni hanya cerita sederhana tentang empat manusia yang satu frekuensi, saling nyaman antar satu sama lain hingga akhirnya mengeratkan ikatan mereka atas nama persahabatan. Seharusnya sahabat tidak pakai cinta, dan mulanya semua itu berhasil terlewati...