Joanna
Ini hari minggu dan semua deadline laprak-ku sudah selesai dikerjakan. Yang artinya, aku bebas menggunakan waktu senggangku untuk menonton drama korea.
Sudah 2 pekan lamanya aku tertinggal series The World of Marriage yang akhir-akhir ini sedang ramai-ramainya dibicarakan banyak orang.
Ratingnya tinggi sekali untuk ukuran TV kabel. Dramanya memang bagus sih. Bagus untuk memancing emosi.
Aku sampai terbawa perasaan, jadi terpikirkan apa iya kehidupan pernikahan memang se-mengerikan itu? Kalau iya, lebih baik aku tidak menikah saja selamanya. Aku terkekeh kecil, menghentikan pikiran konyol itu. Jauh sekali membicarakan pernikahan, jika pacar saja aku belum punya.
Tanganku mengarahkan hairdryer secara menyeluruh pada bagian rambutku yang basah, hanya membayangkan bisa menikmati me time seharian dengan menonton drama korea saja sudah berhasil membuat moodku bagus pagi ini. Omong-omong aku sudah mandi setelah sarapan, kebiasaan baik yang selalu aku lakukan jika aku memiliki rencana bersantai seharian.
Alasannya, agar waktu santaiku tidak terganggu. Karna kalau aku belum mandi, pasti Mama yang akan turun tangan untuk memaksaku. Bayangkan kalau saat itu aku sedang menonton scene yang lagi seru-serunya lalu dipaksa menghentikannya sejenak untuk mandi? Pasti akan membuat mood menonton menguap begitu saja.
Aku membuka layar laptop dan menyalakan daya-nya. Di meja belajarku sudah ada beberapa camilan yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Boneka ayamーkado dari Vino juga sudah berada dipelukanku sebagai benda wajib yang sering aku cari kalau aku sedang menonton.
"Oh bagus, udah mandi."
Baru saja aku meng-klik laman google chrome pada mouse laptopku, suara berat yang selalu mengangguku 24/7 itu menggema di ruang minimalis berukuran 3x5, kamarku.
Oh tidak, please jangan lagi.
"Ganti baju gih, temenin gue hunting foto."
Aku berdecak, memutuskan untuk menolak. Pokoknya hari ini aktivitas me time-ku tidak boleh diganggu gugat. Tidak boleh! "Nggak mau ah, gue mau nonton drama. Udah di depan laptop gini juga."
Orang itu malah masuk, dengan lancang mematikan daya laptopku dan menurunkan layarnya hingga tertutup rapat.
"VINOOOOO." Teriakku kesal. "Lo tuh ya bisa nggak sih sehari aja nggak ganggu?!"
Cowok itu malah menjawab santai dengan raut wajah yang dibuat sok polos. "Nggak bisa."
Nyebelin!
"Bodo amat ya, pokoknya gue mau nonton hari ini, udah ketinggalan 4 episode nih." Tegasku sambil mengangkat layar laptop, tapi lagi-lagi Vino dengan cepat menutupnya.
Kali ini Vino membuat mimik wajahnya terlihat menyedihkan. "Gue join kompetisi fotografi Nasional Bel, deadline-nya Rabu." Kata cowok itu. "Kalau nggak sekarang, kapan lagi hunting-nya? Ayo sih, drama bisa ditonton entaran atau kapan-kapan, nggak bakal menyusut juga episodenya kalau udah tayang."
Aku mencebik, lalu menghela nafas panjang. Selalu saja begini, ujung-ujungnya tidak pernah tega untuk menolak. Lemah banget sih Jo.
"Yaudah keluar gih, gue mau ganti baju." Turutku setengah minat. Jelas saja, senyum kotaknya itu langsung terangkat di kedua sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropologi Rasa
FanfictionIni hanya cerita sederhana tentang empat manusia yang satu frekuensi, saling nyaman antar satu sama lain hingga akhirnya mengeratkan ikatan mereka atas nama persahabatan. Seharusnya sahabat tidak pakai cinta, dan mulanya semua itu berhasil terlewati...