Tujuh; Tentang Kamu

3.4K 486 124
                                    


2021

Ada hal-hal yang tidak pernah kamu katakan, yang kamu simpan sendirian
Seperti gores-gores luka yang kamu sembunyikan
atau air mata yang tak kamu keluarkan

Tanpa kamu tahu, mereka merusakmu dari dalam

***

2020

Kalimat Regi berputar-putar di kepala Tera, bersahut-sahutan dengan suara Mama yang sialnya membuat Tera kesal tiap kali mengingatnya. Tera benci diatur, tapi ia lebih benci jika ia harus menjadi penyebab hancurnya hidup seseorang.

Ia benci seperti Papa.

"Lo mikirin Regi?" Pertanyaan Rea lolos begitu saja.

"Nggak. Ngapain?"

Bahu Rea terangkat. "Siapa tahu makan bareng bikin perasaan lo tumbuh lagi?"

"Basi. Apa yang sudah mati nggak akan bisa hidup lagi, begitu pun mimpi-mimpi gue sama dia yang udah gue buang pas dia bilang lebih baik kami udahan."

Rea memutar bola mata saat Tera mengembuskan napas panjang. Gadis itu berusaha menjernihkan pikiran. Perhatian ia pusatkan lagi pada novel yang harus ia cari unsur instrinsiknya. Sayangnya, Tera itu tidak suka membaca, matanya gatal hanya dengan melihat huruf yang berjajar.

"Mata gue sakit banget, Re. Capek!" Gadis itu menggerutu, tak peduli kalau ia ada di perpustakaan yang harusnya tenang.

"Jangan bawel. Ini salah lo, udah tau ulangan, masih aja ntar-ntar pas gue ajak balik ke kelas. Lihat, sekarang gue juga kena."

"Ya ... tapi kan–"

"Gue pindah." Rea menutup novelnya lalu bangkit. "Lo terlalu berisik."

Tera menatap Rea dengan tatapan terluka. "Lo berkhianat sekarang, Re? Lihat aja, nanti malem gue bikin bantal lo ada belatungnya."

Rea tetap melenggang pergi dengan kibasan tangan sebagai tanda tidak peduli. Sekarang Tera tidak memiliki pilihan selain berkonsentrasi.

Gadis itu membaca lagi pengertian unsur intrinsik sebelum akhirnya mengkategorikannya di dalam coretan. Dan yang paling berat adalah, untuk bisa mengisi poin-poin di sana, Tera harus menyelesaikan novelnya.

Tera menyesal karena mengambil buku setebal batu bata. Namun saat Tera berniat mengganti bukunya, geraknya terhenti saat seseorang berdiri di sisinya.

"Tentang Kamu?" Arta menarik kursi dan menempatkan diri di sebrang Tera. "Tugas Bahasa Indonesia?"

Tera mengangguk kikuk dan diam-diam merutuk. Kenapa Arta hadir di saat Tera bahkan belum menentukan untuk berteman atau menjauh? Tera takut. Bagaimana kalau pilihan Tera justru semakin membuat hidup Arta berantakan?

"Gue sering baca buku itu. Mau gue bantu?"

Ah, tapi demi nilai cemerlang, kesempatan ini nggak boleh dilewatkan. Seketika gadis itu mengangguk. Wanita memang dilahirkan untuk egois, jadi persetan dengan menjauh, sekarang tugas Tera lebih penting.

"Unsur intrinsik, lo paham?"

"Iya," sahut Arta tenang dengan senyuman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang