Setelah makan malam, Anya kembali ke kamarnya. Ia duduk di meja belajar dan mengambil buku matematika di tasnya. Ia berniat untuk mengerjakan PR yang diberikan oleh gurunya.
Baru mengerjakan lima soal, ia mendengar suara gaduh di luar. Dan saat itulah ia melihat bayangan seseorang di depan jendela kamarnya. Bersamaan dengan kaca jendela yang diketuk berulang kali.
Anya sebenarnya takut, namun perlahan ia berjalan ke arah sana dan membuka jendela itu.
"Shenal?"
Anya terkejut melihat Shenal berdiri di depannya yang masih mengenakan seragam sekolahnya . Tampilan lelaki itu terlihat mengenaskan. Wajahnya dipenuhi dengan luka lebam dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Kamu kenapa, Shen? Kok luka-luka gini?" Tanya Anya khawatir.
Belum sempat Arshenal menjawab, Anya sudah menggiring tubuhnya untuk masuk ke kamarnya.
"Kamu duduk di sini dulu. Aku mau ambil air anget sama kotak obat," ucap Anya, lalu meninggalkan Shenal.
Di dapur, Anya bertemu dengan Klara yang sedang mengambil air putih. Melihat anak perempuannya tergesa-gesa, ia pun segera bertanya.
"Kamu kenapa kok buru-buru gitu?"
"Bun, baskomnya mana? Termosnya mana?" Ujar Anya malah bertanya balik sambil mondar-mandir mencari benda yang ia butuhkan.
"Jawab dulu pertanyaan Bunda."
"Shenal, Bun."
"Dia kenapa?"
"Aku harus ngobatin dia. Dia dateng ke sini, tapi mukanya luka-luka, Bun," ujar Anya sambil menuangkan air dari termos ke baskom dengan tidak santai. Bahkan, airnya sampai tumpah-tumpah ke luar. Setelah air tadi dicampur dengan air dingin, ia pun langsung berjalan cepat menuju kamarnya.
Sampai di kamarnya, ia melihat Shenal sedang meringis pelan sambil menyentuh luka di wajahnya.
Anya segera mengompres luka lebam di pipi Shenal sambil meringis. "Sebenernya kamu kenapa?"
"Aku dikroyok."
Anya menghentikan pergerakannya. "Kok bisa? Sama siapa?"
"Aku nggak tau mereka siapa. Mereka tiba-tiba ngehadang aku pas aku mau jemput kamu tadi. Makanya aku tadi nggak bisa jemput kamu. Maaf ya, Sayang?"
"Iya nggak papa. Yang penting kamu masih selamat."
"Kamu pulangnya bareng siapa?"
"Abi."
☆☆☆☆
Seorang perempuan berjalan bersama temannya menuju rooftop sekolah. Mereka tampak berbincang-bincang ringan sambil sesekali tertawa ketika ada sesuatu yang mereka anggap lucu.
Di ujung koridor, tepatnya di dekat tangga mereka melihat banyak murid yang sepertinya sedang mengerumuni sesuatu.
Mereka berdua segera menyibak kerumunan supaya bisa melihat objek itu secara lebih jelas. Seketika mereka membulatkan mata serta mulutnya.
"Nggak! Ini pasti fitnah!"
Mereka segera keluar dari kerumunan. "Ayo kita cari Abi!"
Mereka berjalan menuju kelas lelaki yang tengah menjadi trending topik di pagi ini. Namun, nihil. Tidak ada siapa-siapa di sini. Mereka segera mencegat salah seorang teman sekelas Abi yang kebetulan melintas di depan mereka.
"Eh, lo liat Abi nggak?"
"Tadi sih gue liat dia jalan ke arah rooftop."
"Oke makasih infonya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Oscillate
ChickLitDi saat dia menjalin hubungan dengan seseorang, tetapi ia tidak memiliki perasaan yang spesial terhadap pasangannya. Hingga pada akhirnya, ia memilih untuk berpaling dengan orang lain. -Oscillate-