Part 2

27 3 0
                                    

Pagi-pagi sekali Anya bangun dari tidurnya. Ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Padahal jam masih menunjukkan pukul 4.55. Mungkin ia terlalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah hari ini.

Setelah selesai mandi, sekitar pukul 5.30 ia segera memakai seragam sekolahnya. Lalu, ia menuju meja rias untuk memoles wajahnya dengan bedak bayi secara tipis-tipis. Kemudian memberi sedikit lip balm ke bibirnya supaya tidak terlihat pucat. Ia memasangkan bandana kain motif polkadot warna pink di kepalanya. Tak lupa ia menyemprotkan parfum andalannya ke beberapa titik seperti leher, pergelangan tangan, dan di bajunya.

Setelah itu, ia berjalan ke meja belajarnya untuk menyusun buku pelajaran hari ini. Tadi malam ia tidak sempat memasukkannya, sebab matanya sudah terlalu sulit untuk tetap terbuka.

Tepat pukul 6 pagi ia turun ke bawah untuk melakukan sarapan bersama keluarganya. Di sana sudah ada Klara, Randi, Agam, dan satu orang lelaki yang sangat Anya kenali. Lelaki itu menoleh dan tersenyum manis kepada Anya. Sepertinya mereka semua tengah menunggu Anya.

"Loh, Shen. Udah dateng?"

"Iya. Kan semalem aku udah bilang sama kamu," ujar Arshenal.

Anya menarik kursi di sebelah Arshenal dan duduk di sana.

"Ayo, silakan dimakan sarapannya," ucap Klara-mamanya Anya.

Keadaan hening untuk beberapa saat. Semua yang berada di meja makan ini menikmati sarapannya. Anya melirik ke arah kanannya, tepatnya pada Agam. Ia masih kesal dengan kejadian semalam. Ternyata diam-diam Agam juga meliriknya.

"Inget perjanjian semalem. Awas kalo kamu nggak beliin martabak sama thai tea-nya," ujar Anya pelan.

"Iya," ucap Agam terdengar memelas. Mungkin ia tidak rela jika hari ini ia tidak jajan di sekolahnya hanya untuk membelikan makanan untuk kakaknya.

"Kenapa kok bisik-bisik?" Tanya Randi-Papanya Anya sambil menatap ke arah dua anaknya.

"Enggak papa kok, Yah."

☆☆☆☆

Anya turun dari motor besar milik Arshenal setelah mereka sampai di depan gerbang SMA Pelita Jaya, tempat Anya mengenyam pendidikannya. Anya menyerahkan helm yang ia pakai tadi kepada Arshenal.

Beberapa murid yang berlalu lalang di sini mencuri-curi pandang dengan mereka berdua atau lebih tepatnya Arshenal. Mungkin karena seragam sekolahnya yang berbeda, atau mungkin karena mereka terpesona dengan Arshenal.

"Kamu hati-hati ya," ucap Anya sambil tersenyum sangat manis.

"Iya. Aku berangkat ya, bye."

"Bye."

Motor Arshenal pun kini melaju, meninggalkan sekolah Anya. Setelah motor Arshenal benar-benar hilang dari pandangannya, Anya membalikkan badannya. Namun, ia dikejutkan dengan kehadiran Audi yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.

"Astaghfirullah, ngagetin banget sih lo," ucap Anya sambil mengusap dadanya.

"Sorry," ujar Audi sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Cowok tadi siapa?"

"Cowok gue."

"Ohh, yang lo ceritain waktu itu? Siapa sih namanya gue lupa," ucap Audi sambil berusaha mengingat nama pacar Anya.

"Arshenal."

"Nah iya. By the way cowok lo ganteng juga ya."

"Iyalah. Kenapa lo? Naksir?"

OscillateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang