Semua datang bagaikan badai, menghancurkan dan memporak-porandakan. Andaikan ketika itu aku tak egois, apa yang mungkin akan terjadi? Pada dia?
Dia… dia adalah matahari, jika matahari tak ada apa yang akan terjadi?
Ketika itu… aku, tak sanggup membayangkannya.
.
.
Derap langkah menggema di lorong bercat putih itu, lorong-lorong panjang dengan aroma khasnya yang menyengat di indera penciuman kita.
Mereka berlari membelah udara, menuju satu ruangan bernomor 135, nomor kamar rawat milik seseorang.
Kini langkah mereka berdua terhenti tepat di depan pintu, tangan salah seorang dari mereka bergetar hebat namun dengan susah payah ia meraih knop pintu dan memutarnya. Langkahnya pelan memasuki ruangan itu.
Satu orang yang ia lihat pertama kali. Appa yang tengah terduduk di samping sebuah pembaringan, menghalangi pandangan langsung Donghae pada seseorang yang terbujur itu.
Dengan air mata yang sudah berjatuhan, susah payah Donghae Manahan tangisannya. Langkah lemahnya membawa tubuh itu mendekat pada tempat tidur yang berada di dekat appa.
Melihat kedatangan Donghae, perlahan appa berdiri. Membuka pandangan yang sebelumnya tertutup oleh punggung yang tampak turun itu. Punggung yang semakin melemah karena di makan usia.
Namun seketika itu juga, tubuh Donghae merosot jatuh melihat pemandangan dihadapannya.
Dia… mataharinya…
Dia… Kyuhyun-nya…
Dengan berbagai macam alat yang menempel pada tubuh ringkih itu, perban yang melilit dikepalanya, dan juga sebuah tube yang masuk melalui bibir adik kecilnya yang mengering, yang bahkan membuat wajah tampan sang matahari terhalang hampir setengahnya.
“Kyuhyun-ah… KYUHYUN-AH!!!”
Tidak, ia tak bisa menerimanya.
Ia tak pernah menyangka keadaannya akan menjadi sepeerti ini, ia tak pernah menyangka akan menyaksikan keadaan adik tersayangnya semenyedihkan ini.
Andaikan saja semalam ia tak mengabaikan panggilan dan juga pesan dari eomma dan appa, mungkinkah ia akan dapat melihat manik jernih itu untuk yang terakhir kalinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sun
FanfictionMatahari... Ia seperti matahari. Kulit putihnya yang pucat, rambut tebalnya yang ikal, bola matanya yang sewarna caramel, mulutnya yang mengembung karena mengulum permen lolipop, dan juga tangannya yang berpegang erat pada celana kain hitam milik ap...