Bertemu

131 5 2
                                    


       "Selamat pagi bunda"
Aku turun dari kamar karena mencium aroma lezat dari bawah. Itu pasti aroma masakan bunda.
Aku, kakak, dan bunda baru pindah ke Bandung, karena Ayah membelikan kami rumah di sini.
Terpaksa Aku juga harus pindah sekolah dan meninggalkan teman temanku di jakarta.
        "Selamat pagi sayang"
Sepertinya bunda mengerti apa yang aku inginkan hari ini. Dia membawakan nasgor dengan susu hangat yang kelihatannya enak, ah bukan kelihatannya lagi, masakan bunda kan memang juara.
       "Memangnya SMA 1 harapan itu bagus ya Bun?"
Tanya ku sambil memakan nasgor yang agak panas, sudah tahu panas ka, kok langsung dimakan?.
       "Pelan pelan ka itu masih panas."
Bunda menepuk bahuku, ya benar bunda menegurku, aku sih!.
      "Jelas bagus ka, SMA favorit di Bandung kok".
Aku hanya manggut manggut saja, karena jujur aku belum kenal bagaimana seluk beluk kota Bandung ini, bukan masalah bagi ku untuk sekolah. di mana saja yang penting cepat lulus.
      "Hayoo makan apaaa!" Itu suara abangku
abangku, Arziki Davian. Aku sangat geram padanya. Abang satu satunya yang super jahil. Aku selalu mendoakannya untuk cepat menikah agar tidak merepotkanku lagi. Setiap hari aku selalu dijahili ya, target pertama itu selalu aku, baru bunda. Tapi kalau kujahili balik dia selalu marah dan ngambek seminggu lebih, mengunci kamar dan tidak mau menyapaku. Tapi Abang sangat menyayangiku, abanglah yang selalu menjagaku.
       "Ishh, bang sehari aja jangan ganggu aku bisa nggak sih?"
       "kayak nggak tau aku aja ka".
Celetuk bang ziki yang seperti tidak punya salah memakan nasgor yang hampir lending di mulutku, tapi tidak jadi gara gara ulah bang iki.
       "Bang ikiiii. Ini kan nasgorku, nasinya masih banyak di meja. Ambil sendiri kek, kenapa harus nasiku sih. Gak mau tau aku minta lolipop sekarung."
      "Kalo bang ziki ogah beliin?" Bang ziki malah lari kabur meninggalkanku, jelas aku masih sangat kesal tapi mau bagaimana lagi, menghadapi bang ziki itu harus beli stok kesabaran dulu.
Lolipop memang hal yang paling aku sukai.
Kalau sudah marah aku selalu minta lolipop sekarung, se kresek, se truk, bahkan se dunia.

Kalian jangan bertanya tentang ayah ya, soalnya bunda suka sedih kalau bahas masalah ini. Biar aku saja yang jelaskan, jadi Ayah itu bekerja di Amerika sejak aku kelas 5 SD, karena disana ayah banyak dapat peluang untuk berhasil. Ayah pulang kalau ada waktu senggang saja, Kalau tidak ada waktu ya, tidak pulang.
Sudah lebih dari dua tahun ayah tidak pulang, maka dari itu bunda sedih.
aku pernah sangat marah dengan ayah, selaluuu saja tidak punya waktu untuk sekedar berkumpul dengan kami. Bahkan untuk melihat keadaan kami pun sangat jarang. Paling hanya diberi uang, sedikit sedikit uang, sedikit sedikit uang. Entahlah bagaimana pemikiran ayah itu.
      "Bunda?"
      "Bundaa?"
Pantas saja panggilanku tidak digubris, rupanya sedang melamun.
Pasti bunda sedang memikirkan ayah.
Aku berjalan mendekati bunda dan memeluknya, ia menangis. Disinilah titik kelemahanku, bunda. Aku kasian lihat bunda selalu memikirkan ayah yang ayah sendiripun belum tentu memikirkannya, ayah tidak pernah mau mengerti kami. Kami kan hanya ingin ayah ada di tengah tengah kami, bukan dengan cara memberikan harta yang berlimpah namun pergi dan jauh dari kami.
        "Ka, kapan ya ayahmu akan datang?"
       "Nanti ku telfon saja ya Bun"
       "Tidak usah, nanti tidak diangkat"
       "Iya"
       "Ka, Ayahmu pasti akan datang"
aku hanya bisa tersenyum. Bunda adalah segalanya bagiku dan bang ziki. Jadi kami sebisa mungkin akan menjaga bunda.
       "Sudah ka, cepat berangkat. Ini hari pertamamu sekolah di sini. Jangan buat bunda dipanggil karena kamu telat ya"
       "iya iya Bu, yasudah Neska pergi sekolah dulu, assalamualaikum"
Setelah menyalami bunda, aku pergi keluar.
Ternyata bang ziki sudah menunggu sambil sesekali meliriki jam tangan pemberianku. ya memang, sudah jam setengah tujuh lewat aku masih belum keluar. Pasti sedetik lagi aku akan kena marah Abang.
      "Cie, jamnya dipake. Bagusan bang?"
Aku mencoba untuk menahan amarah bang ziki, agar dia tidak memarahiku, nanti bisa bisa satu jam dia mengoceh, alhasil aku tidak jadi sekolah. Tapi sepertinya dia masih marah.
      "Lama banget sih, habis BAB apa?"
      "Hehe maaf ya bang, tadi habis ngomong sebentar sama bunda, jadi agak lama dikit".
Enak saja BAB, bang ziki ini pintar sekali membuatku kesal. Untung aku ini anaknya penyabar jadi menghadapi sikap bang ziki yang kelewat pintar ini sudah jadi kebiasaan.
       "Ayo bang, jangan buat aku telat cuma karena Abang marah ya"
       "iya iya, neskaa bawel banget sih"
Kan bawelnya ikut situ, Abang aja bawel pakai banget, giliran aku yang bawel dimarahin.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang