Puncak Bintang

40 5 4
                                    

Ah biarkan saja. Memang ini kan yang Rey mau, aku pergi dan dia juga pergi. Aku menelungkupkan badan ke meja yang ada didepanku, karena aku belum bisa panggil Bu asih, ia masih repot mengurusi pelanggan pelanggan yang berdatangan. Jadi aku memilih diam dan duduk saja, meminum kopi yang sengaja disiapkan Bu asih katanya supaya aku jadi tenang, sudah hampir lima belas menit aku mencoba untuk melupakan kejadian siang tadi, berusaha untuk tidak peduli dengannya, dan tak ingin tahu keadaannya. Tapi nihil, aku masih memikirkan laki laki dengan senyum indah itu, sungguh mustahil aku bisa benci dengannya, aku jadi tidak tega meninggalkannya di taman tadi, setelah kupikir pikir Rey ada benarnya juga, bahwa kehidupan ini tidak bisa menuruti apa kemauan manusianya, memang manusia siapa bisa mengatur atur hidup.

Sampai aku tidak sadar bahwa tadi aku lari larian sambil membawa boneka lolipop besar dari Rey, aku memandangi boneka itu, 'maaf rey' aku berkecamuk dengan hatiku sendiri, iya kamu salah Neska dengan membiarkan ia berdiri kehujanan disana. Tapi Rey tidak akan sebodoh itu dengan membiarkan dirinya basah kuyup karena hujan kan. Aku memeluk boneka darinya sangat erat sambil menutup mata, kuharap sebuah keajaiban terjadi seperti ini, tiba tiba Rey ada di hadapanku, dan memanggil namaku 'aneska?'. Ah kamu konyol ya, tidak ada kejaiban, kalau kamu pernah baca sesuatu yang memperjelas bahwa keajaiban itu terjadi, salah!. Tidak ada keajaiban hidup di dunia yang fana ini. Kalau sudah terjadi yasudah, tidak ada yang namanya hoki hokian.

Aku tidak sengaja melihat seorang wanita dan laki laki yang sedang berteduh di teras kedai Bu asih, mereka suap suapan cilok, yang perempuannya dibiarkan naik di motor dan si laki laki berdiri di sampingnya, sesekali si laki laki mengecup kening perempuannya begitupun sebaliknya. Ah mimpi apa aku semalam, kenapa sore ini aku di suguhi pemandangan yang membuat mataku lelah. Keromantisan mereka yang membuatku ingat pada pemilik sepatu sporty putih itu, andai kita yang ada disitu, meneduh dan bercanda tawa layaknya sepasang kekasih. Tiba tiba mataku tertuju pada seseorang yang memakai payung berwarna kuning, ia lari menghindari percikan air dari mobil yang sedang melaju kencang, ia menutup payungnya dan menaruhnya di samping pot bunga milik Bu asih. Ia menatapku dan aku pun tak sengaja menatapnya. Aku tidak bisa mengenalinya karena ia pakai jaket yang menutupi kepalanya, berhubung cuaca sedang gelap jadi tidak kelihatan deh mukanya. Memangnya dia siapa? Kenapa aku jadi memperhatikannya sih. Yang jelas sekarang aku hanya butuh istirahat, aku kembali menelungkupkan badanku dan merem sebentar. Lagu yang diputar membuatku semakin mengantuk, lagu milik Dean Lewis yang berjudul Be Alright itu sangat meneduhkan membuat sepasang mataku ini kembali terlelap. Sepertinta belum satu menit aku tidur, tiba tiba aku dikejutkan dengan kehadiran seseorang dan berucap,
       "Aku kira kamu akan mencariku di tengah hujan seperti cerita cerita diluaran sana"
       Aku terkejut dan membuka mata, "Rey?"
       Dia tersenyum lalu mengambil tanganku dan ia genggam, "dingin ya?"

Jangan kalian kira aku akan membalas senyumnya kali ini, tidak! Meskipun aku tidak bisa marah dengannya, setidaknya aku harus pura pura marah padanya, meskipun aku sangat ingin lompat lompat karena ia tadi menggenggam tanganku.
Dingin sih, tapi tidak jadi kan tanganku sudah ia hangatkan, ia meniupi tanganku dengan mulutnya, duh hal sekecil inilah yang membuatku tidak jadi marah. Perempuan macam apa sih kamu ka!.
         Aku menarik tanganku dari genggamannya, tentu hanya pura pura, sebetulnya sih tanganku ingin ia dekap lama lama,"Tidak usah, aku tidak dingin"
         Dia tersenyum, "sudah pesan kopi saja, Tidak ingin pesan kopi untukku?"
         Mau! "Pesannya tidak susah, jadi pesan sendiri saja"
         Kebetulan bu asih lewat didepan meja kami, dan Rey pun memanggil Bu asih, "Bu kopi pahit satu ya"
         Ada apa dengannya hari ini, kok tiba tiba pesan kopi pahit, kopi manis saja dia kadang tidak suka apalagi pahit, "Tumben pesan yang pahit, sudah bosan kopi manis?"
         "Percuma pesan kopi manis kalau si manisnya sedang marah"
         Aku mulai Geer, itu yang dia maksud aku atau boneka lolipop yang sedang kupakai sebagai sandaran?, "Siapa? Boneka lolipop ini?"
         Dia tertawa kecil, "kamu ka"
         Pipiku seketika memerah, "a..aku?"
         "Iya neska, buat apa aku pesan kopi manis kalau si manisnya sedang marah?" Ia memperjelasnya untuk yang kedua kali.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang