Bonus Chapter I

833 103 7
                                    

Butuh waktu beberapa menit bagi Mikasa untuk mencerna pesan dari Levi. Antara percaya dan tidak, ia berusaha mengumpulkan memori tentang percakapan mereka melalui sticky note beberapa waktu belakangan.

Ia menghela nafas, ahh.. Ternyata L itu memang Levi. Ia bingung- mematung.

Sedetik, Mikasa tersadar.

"Erwin!!"

Anak itu menoleh. "Ya?"

"Benar Levi yang memberikan ini untukku?"

"Iya, lalu siapa lagi?" Erwin memperhatikan raut wajah Mikasa, "Apa aku terlihat seperti ingin menipumu??" ia kembali melemparkan pertanyaan.

"A- bukan begitu, maksudku-" Mikasa bingung dengan ucapannya.

"Jika kau ingin bertanya dimana Levi, anak itu sekarang sedang menuju bandara. Ia akan pergi ke Amerika." ucap Erwin.

"Amerika?"

Erwin menggaruk kepalanya, bicara dengan Mikasa membuatnya sedikit kesal. "Begini ya, Mikasa.. Aku tidak tahu ada hubungan apa antara kau dan Levi. Jika kau ingin tahu kenapa Levi pergi ke Amerika, kau dengar tadi saat ia berpidato? Disela-sela itu Levi bilang akan melanjutkan studinya kesana."

Mikasa kembali mematung.

Erwin menghela nafas panjang. "Kau ingin mengejar Levi? Sekarang ia menuju bandara Haneda."

"U-uh, terimakasih Erwin."

Erwin pergi meninggalkan Mikasa, sementara gadis itu nampak menimbang-nimbang apa ia harus mengejar Levi atau tidak.

Kakinya perlahan melangkah keluar. Ia berlari mencari taksi setelah mendapatkannya, ia meminta sang supir bergerak cepat menuju bandara Haneda.

Mobil melaju cepat sesuai permintaan Mikasa. Tapi ditengah jalan, malah terkena macet panjang.

"Ohh, ayolah.."Ia harap-harap cemas.
Mikasa yang tidak sabaran memilih keluar dari taksi.

Ia berlari sekencang mungkin. Didalam hati berharap pesawat yang ditumpangi Levi belum berangkat.

"Kumohon.."

Sampai didalam, Mikasa melihat sekeliling. Mencari keberadaan lelaki yang selama beberapa bulan ini berkirim pesan dengannya.

"Kau dimana sih?"

Ia bersusah payah mencari Levi, namun tidak kunjung menemukannya. Kemudian mata Mikasa menangkap sesuatu di papan informasi penerbangan.

Disana tertera bahwa pesawat menuju Amerika sedang dalam penerbangan. Itu artinya Levi sudah meninggalkan Jepang.

Kakinya lemas. Air mata Mikasa luruh begitu saja. Dengan pikiran kosong, ia membalik tubuh- melangkah gontai keluar bandara.

Satu hal yang Mikasa sadari, selama beberapa bulan bertukar pesan dengan Levi, tanpa sadar ia telah menaruh perasaan pada lelaki itu.

***

Mikasa sampai dirumahnya pukul 7 malam. Keadaannya kacau, ia basah kuyup akibat kehujanan dan matanya sembab.

"Mikasa, kau kenapa nak?" Naomi menyambut kedatangan anaknya cemas.

Mikasa tidak menjawab pertanyaan sang ibu. Ia berdiri diambang pintu, menunduk dalam. Air matanya kembali turun membasahi pipi bundar.

Naomi memeluk Mikasa, kemudian menuntun anaknya masuk kedalam.

Didalam, ayah dan kakaknya ikut terkejut melihat kondisi Mikasa. Mereka terlihat ingin bertanya namun segera di cegah oleh sang ibu. Ia meminta agat membiarkan Mikasa menenangkan dirinya.

***

Beberapa hari berlalu. Setiap malam ia selalu menagis, hatinya sakit. Andai saja waktu bisa diputar, Mikasa akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk membuat kenangan yang berkesan dengan Levi.

Namun, yang membuatnya sangat sedih, laki-laki itu menyatakan perasaan padanya.

'Aku menyukaimu Mikasa. Sangat menyukaimu. Ahh, jangan dipikirkan. Selamat tinggal Mikasa.'

Mikasa kembali menagis, "Kau sungguh jahat. Bisa-bisanya menyatakan perasaan padaku tapi kau bilang tidak usah dipikirkan.."

Bagaimana bisa ia tidak memikirkannya. Mikasa tidak mampu menahan isakan. Ia menggeser tubuh, meringkuk menyelimuti dirinya diatas petiduran.

***

Beberapa bulan berlalu. Masih jelas diingatan Mikasa saat ia menangisi kepergian Levi. Jika bertanya apakah ia masih sedih. Benar, ia masih sangat sedih. Bahkan Mikasa mengurungkan niatnya melanjutkan kuliah meski orang tuanya selalu membujuk agar tetap kuliah. Tidak menyerah, sang ayah menawarkan pada Mikasa untuk melanjutkan studi sekolah mode di Prancis.

Selama beberapa waktu ia memikirkan tawaran Grisha, akhirnya ia menerima untuk melanjutkan studinya disana. Barangkali dengan memilih pergi ke Prancis ia bisa melupakan kenangan menyakitkan tentang Levi.





_____________

Satu bonchap lagi tamat ya. Sabar okey. Jangan marah2 🤣

Sticky Notes [ √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang