#7

281 30 6
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bundaaaa  minhee pulang". Minhee berteriak di depan rumahnya sambil membuka pagar, lalu dia mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Sudah hampir 2 minggu mereka tinggal di kontrakan, minhee mulai terbiasa dengan semuanya.

"Bundaaa! ". Kali ini suaranya naik lebih tinggi.

Hening. Biasanya nya  ibu nya ada di rumah, semenjak ayah nya di tangkap ibunya tidak pernah kemana-mana lagi.

Tidak ada yang membalas panggilan nya, minhee berjalan menuju knop pintu, ternyata pintunya tidak di kunci, pandangan nya tertuju pada kertas yang ada di atas meja. Minhee mengambil kertas itu dan segera membacanya.

Minhee

Maaf bunda ga ngomong langsung ke kamu,ini berat buat bunda. Namun , keputusan bunda sudah bunda pertimbangan kan dengan benar. Bunda akan ikut kenalan yang bekerja di luar negeri, dan bunda harus berangkat pagi ini.

Kita ga bisa hidup begini terus, bunda harus cari kerja supaya kita bisa bertahan hidup. Supaya bisa hidup kaya dulu lagi, biar kita ga hidup susah.

Nanti kalo bunda sudah stabil bunda akan hubungi kamu. Tiap bulan nya bunda akan kirimkan kami uang, Oh iya ada sisa uang yang bunda tinggal. Jangan boros yah.

Hidup bahagia yah nak, sesekali jenguk ayahmu.

Love,

Bunda

Selesai membacanya hati minhee terasa remuk. Surat itu benar-benar meremukan hatinya. Minhee mengambil ponsel berniat menghubungi Ibu nya tapi mendadak teringat Kalau ponsel milik ibunya telah dijual dan belum membeli gantinya sejak itu.

Lalu minhee berlari keluar rumah berharap ibunya masih dekat barangkali belum jalan Terlalu jauh, barangkali masih ada di depan rumah namun sia-sia yang dia lihat hanyalah gang kosong.

Minhee ter duduk di pekarangan rumahnya pesan dari sejeong membuat suasana hatinya runtuh seketika, tadinya dia berusaha untuk menyalahkan keadaan meskipun setiap harinya masih dikuasai oleh tangisan dan penyesalan.

Awalnya minhee berusaha optimis, tapi pesan dari sejeong ibunya, seketika menghancurkan segalannya.

Terkubur dalam kegelapan padahal minhee tidak peduli ada banyak pasang mata mencaci-maki dirinya selama masih ada ibunya yang menguatkan, dia akan bisa bertahan.

Dia tidak keberatan untuk hanya sarapan dengan kerupuk dan tempe selama itu berdua dengan ibunya sarapan itu tetap terasa enak.

Minhee pun tidak masalah pergi ke sekolah naik angkutan umum jajan di kantin hanya minum es teh dan kue kukus selama dia pulang kerumah Lalu ada ibunya menyambut dengan senyum hangat itu sudah berhasil menenangkannya.

Minhee merobek surat pemberian ibunya dan membuang nya ke tempat sampah.

Dia tak akan hancur tak boleh, dia tak akan membiarkan orang-orang yang menghina dan meninggalkannya menang begitu saja.

Pikiran liar yang sempat terbesit di kepala minhee ini muncul lagi. Tidak ada jalan lagi minhee harus segera menjalankan taktik nya semakin cepat semakin baik.

"taktik apa hayohhhh bhakss"- author

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tanpa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang