Chorus

908 107 2
                                    

Than POV

Dulu aku bermimpi untuk menjadi penyanyi. Duniaku tidak pernah terlepas dari musik, musik, dan musik. Tapi setelah bertemu Dav, impianku sedikit berubah. Aku tidak hanya ingin menjadi penyanyi. Aku ingin bermain musik. Aku ingin bermain musik dengan Dav. Mungkin jauh sebelum aku bertemu dengan Dav aku sudah jatuh cinta padanya, pada musiknya dan suaranya. Dia bisa membuatku terlena saat mendengarkan demo lagunya.

Dan sekarang, bisa melihatnya sebelum aku menutup dan setelah aku membuka mataku rasanya sulit dibayangkan. Aku merasa bahagia dan lengkap.

"Morning" Bisik Dav ketika dia membuka matanya dan dia melihatku menatapnya.

Aku mendekat padanya dan mengecup bibirnya "morning" Bisikku.

Dia tertawa kecil dan menarikku ke dalam pelukannya.

"Kenapa kamu bangun pagi-pagi begini?" Tanyanya sambil menatap mataku lembut.

Tuhan. Pria di depanku bisa membuatku lemah hanya dengan tatapannya, seperti ini.

"Agar aku bisa melihatmu tertidur lebih lama" Jawabku.

Dia tertawa dan mengecup bibirku beberapa kali.

"Ck... Kalau kamu terus mengatakan hal manis seperti ini, aku akan mengurungmu di rumahku dan tidak membiarkanmu pergi kemana pun" Ujarnya sambil mengusap rambutku lembut.

"Aku akan menyimpanmu untukku sendiri"

Aku tertawa kecil mendengar perkataannya "Apa ini semacam lamaran?" Tanyaku.

"Ugh... Right. I need a ring" Ujarnya tiba-tiba. Dia melepaskan pelukannya lalu berjalan turun dari tempat tidurnya. Dia memamerkan tubuh seksinya di depanku dengan santai. 

Dia kembali masuk ke dalam selimut beberapa menit kemudian dan menarik tanganku.

"Look good on you" Ujarnya bangga sambil menatap cincin di tanganku.

OMFG

Ini benar-benar cincin. Aku pikir dia akan bercanda dan membawa semacam tutup botol. But no...

It's a Fakkin RING!!

"Than. Katakan sesuatu" Ujarnya khawatir.

"A-aku ehm... Ini...." Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku memandang cincin di tanganku dan wajah Dav bergantian.

"Kenapa? Tidak suka?" Tanyanya khawatir.

Aku tertawa "kamu bercanda!!" Teriakku sambil mendorong Dav ke tempat tidur. Aku menatap wajahnya.

"I Fakkin Love it!!"

Dav berdecak mendengar jawabanku. Aku tidak peduli tatapan tidak sukanya pada kata makianku. Aku meraih bibirnya dan menciumnya dalam. Dav otomatis membalas ciumanku dan melingkarkan tangannya di tubuhku. Aku bisa menciumnya seharian seperti ini. Tapi tentu saja Dav tidak akan tahan. Dia membalik tubuh kami.

"Aku ingin hadiahku" Ujarnya sebelum dia kembali menciumku dalam dan perlahan masuk ke dalam tubuhku.

Aku menutup mataku dan mencoba menahan desahanku saat dia mulai bergerak di atas tubuhku.

"Aku mencintaimu Than" Bisiknya sambil bergerak lebih cepat. Aku ingin membalas pernyataan cintanya tapi aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku hanya bisa menarik wajahnya ke arahku dan mencium bibirnya.

*****

Selain musik, Dav sangat pandai memasak. Duh. Apa sih yang dia tidak bisa lakukan? Aku mendesah setelah merasakan pancake buatannya.

Our MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang