Pagi hadir dengan cuaca cerah disertai udara sejuk. Banyak orang yang menghabiskan waktunya berjalan kaki dengan santai seraya berbincang.
Termasuk dua orang yang tengah menapaki jalanan menuju tempat yang dituju yaitu Sapphire Forest, letaknya tak jauh dari apartemen.
Besok adalah weekend dan hari ini akhir pekan. Ramai sekali yang berlalu lalang.
Seraya melangkah, Devlin menghirup udara banyak-banyak kemudian membuangnya pelan. Senyum kecil terbit dibibir merahnya. "Aku tidak pernah merasa setenang ini."
Disebelahnya, Austin menoleh dan ikut tersenyum. "Daerah sini sudah mendekati hutan, udaranya terbawa sejuk dari sana hingga kemari."
Devlin memangut kecil. Ia memperhatikan kesekitar. Banyak kegiatan yang orang-orang lakukan seperti berjalan santai, lari pagi, bersepeda bahkan bermain skuter.
Jika diingat daerah ini, Devlin mengira ini adalah Soho. Daerah di kota New York yang terkenal dengan kenyamanan dan kebersihannya. Tampaknya semua itu benar.
Huft! Devlin berterima kasih pada Austin karena telah membawanya ke apartemen dengan begitu ia bisa bersantai barang sejenak saja sebelum akhirnya 'masalah' akan datang padanya.
"Aku ingat jika Kakakku juga tinggal di Soho." ucap Devlin menarik perhatian Austin.
"Ah? William Millanez?"
"Mm-hm." gumamnya. "Kau pasti mengenalnya."
Kini keduanya menapaki jembatan cembung dengan sisi yang dialiri sungai biru. Sungai itu terhubung ke Sapphire.
Pemandangan didepannya sungguh menakjubkan seharusnya Devlin membangun rumah di sekitar Soho. Tapi kalau dipikir ulang, rasanya juga buruk karena kalau ia tinggal didaerah ini, ada pria bernama Austin yang akan muncul dihadapannya--mungkin setiap hari.
Dan juga Soho adalah daerah tentram. Devlin tak mungkin tinggal disini karena orang-orang yang datang membunuhnya akan mengacaukan Soho.
"Aku kenal," sahut Austin. Mereka berhenti tepat diatas jembatan, menghadap sungai tersebut. "lumayan dekat."
Devlin memegang pembatas jembatan, menelusuri ke bawah dengan netra hazelnya. Air pada sungai itu benar-benar jernih bahkan ia dapat melihat ikan-ikan koi berenang dengan eloknya.
"Apa kau pernah datang kerumah Kakakku? Karena aku belum pernah mengunjunginya selain waktu SMP."
"Yah, beberapa waktu aku pernah kerumahnya untuk membahas proyek kami."
Tidak akan heran jika perusahaan Austin bekerja sama dengan kakaknya. Perusahaan William bergerak di bidang finansial dan manufaktur.
"Membangun restoran baru?" tanya Devlin berupa tebakan.
"Hotel baru."
Austin berjalan menjauh, menghampiri seekor kucing yang tengah melompat-lompat hendak meraih kupu-kupu. Devlin diam ditempatnya kemudian meluruskan pandangannya.
Sungguh pemandangan indah dan suasana tentram. Terakhir kali Devlin merasakannya ketika ia berumur 12 tahun sebelum akhirnya banyak sekali kejadian buruk yang menimpanya.
Enam tahun telah berlalu. Dan dalam enam tahun itu pula ia harus hidup dalam kegelapan. Hangatnya diri sudah hilang tak bersisa. Orang-orang terkasih pergi begitu saja dalam ketidakadilan dan kesengsaraan.
Jika waktu bisa terulang kembali, maka Devlin tak ingin lahir dalam keluarga kaya dan terpandang. Ia ingin hidup dalam keluarga biasa yang harmonis.
Tapi takdir telah menentukan hidupnya. Menjadi orang terpandang, segala gerak-geriknya akan selalu diawasi oleh orang-orang yang ingin menjatuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...