Rumpang : [Petrichor]

87 14 1
                                    

Langit kelihatan muram hari ini. Sejak pagi awan kelabu bergelantungan di langit, terlihat sarat muatan dan bisa menumpahkan isinya sewaktu-waktu. Udara dingin, membuat Daisy mengeratkan sweater rajut yang sekarang telah melekat ditubuhnya. Gerimis yang turun membentuk tirai tipis hingga membuat suasana kian lembab. Daisy menatapnya dari balkon kamar di rumah baru itu. Rumah yang sekarang menjadi miliknya dan Davian setelah menikah satu bulan lalu.

Rintikan gerimis kecil sesekali membuat wanita itu tersenyum. Betapa baiknya Tuhan menciptakan keindahan ini. Sesekali juga Daisy menghirup aroma tanah yang sudah mulai tercium akibat terkena gerimis yang kini sudah mulai deras.

Dari belakang, tubuh Daisy dipeluk oleh seseorang yang Daisy yakin pelakunya adalah Davian.

Dua hari terakhir ini mereka baru saja pindah ke rumah ini, yang sebelumnya mereka tinggal di kediaman keluarga Wijaya, yang tak lain merupakan keluarga Davian.

"Mas, geli," sahut Daisy saat kepala Davian berada diantara pundak dan lehernya. Daisy yakin pasti saat ini Davian sambil membungkuk, mengingat tubuh lelaki itu lebih tinggi dari tubuhnya.

Bukannya melepaskan pelukannya, Davian malah semakin mempererat tangannya yang berada di pinggang Daisy. Akhir-akhir ini entah apa yang terjadi, sifat Davian berubah 180° menjadi lebih manja, atau mungkin sangat-sangat manja. Dan mungkin begitulah suasana pengantin baru.

"Mas, lepasin. Kepala kamu nggak pegel apa begitu?" Daisy melirik Davian yang masih berada dipundaknya.

Sesaat kemudian Davian melepaskan pelukannya dan sekarang ikut memandang ke arah turunnya hujan.

"Suka banget kamu sama hujan," ujar Davian setelah melirik sekejap ke arah istrinya.

Daisy tersenyum tanpa balas menoleh ke arah Davian.
"Emang Mas nggak suka sama hujan?"

"Biasa aja. Aku malah lebih suka kamu," jawaban Davian dalam sekejap membuat Daisy membulatkan matanya. Tidak percaya lelaki itu bisa berbicara seperti ini, kerena Davian bukanlah tipe laki-laki yang suka basa-basi seperti itu.

"Sejak kapan jago ngalus gitu?" Daisy menatap Davian dengan sebelah alis yang dinaikkan.

"Sejak kemarin lusa. Diajarin Reynald," jawab Davian sambil tertawa.

"Ati-ati ya kamu. Ntar lama-lama jadi ikutan playboy, aku yang repot,"

Davian meyernyit. "Kok bisa kamu yang repot?"

"Iyalah. Nanti kalo kamu jadi playboy aku harus nyari pengganti kamu, kan repot,"

Setelahnya mereka berdua tertawa.

"Masuk yuk," ajak Davian.

"Nanti ah Mas,"

Davian berdecak. Ia kemudian mendekatkan tubuhnya pada Daisy. Membuat jarak diantara mereka menjadi lebih dekat. Detik kemudian Davian mengecup singkat bibir wanita itu. Daisy tentu saja terkejut atas perlakuan Davian barusan.

"Nggak sekarang juga kali Mas, masih ada Ibu," bisik Daisy membuat lelaki itu tersenyum lebar.

"Emang kenapa kalau ada Ibu? Kan ini juga lagi berusaha buat nyenengin Ibu,"

"Apasih Mas," Daisy terkekeh kemudian mencubit pinggang lelaki itu hingga membuat Davian meringis kesakitan.

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang