"Mama! Ivi pulang,"
Teriakan gadis kecil itu mampu memenuhi seluruh ruangan di rumah bernuansa shabby chic tersebut. Sesaat Daisy tersenyum lebar ketika Davichi menghampirinya dengan tawanya yang khas.
"Gimana sayang jalan-jalannya?" tanya Daisy begitu mereka berdua telah duduk di sofa ruang tengah.
"Seru. Tapi lebih seru kalau ada Mama," celetuk Davichi.
Daisy tertegun kemudian tersenyum simpul seraya mengelus kepala Davichi. Persetan, pandangannya teralih pada Davian yang baru saja masuk dan sekarang tengah menggulung lengan kemejanya. Pandangan yang mungkin mengisyaratkan sesuatu.
"Tadi Ivi dapet boneka," ujar Davichi seraya memamerkan sebuah boneka kecil dinosaurus berwarna biru kepada Daisy, yang Daisy yakin boneka itu pasti didapat dari permainan capit boneka di Timezone yang tentunya dimenangkan oleh Davian.
Iya seperti dulu. Seperti saat kencan pertama mereka setelah berpisah selama bertahun-tahun, lalu pada saat pasca setelah menikah, ataupun saat Daisy yang tengah mengandung Ivi dulu. Persetan ingatan-ingatan itu muncul di kepala Daisy. Ingatan yang nantinya akan menjadi kenangan sederhana yang sendu dan pilu jika diingat.
Saat itu pasca hamil Daisy, di tengah malam wanita yang tengah berbadan dua tiba-tiba merasa menginginkan permainan boneka capit di Timezone. Padahal saat itu sudah pukul satu malam alhasil Davian harus berkeliling mencari supermarket 24 jam yang didalamnya terdapat Timezone. Davian berhasil memenangkan lima boneka di sana, Davian memang jagonya boneka capit.
"Yaudah habis ini Ivi mandi ya, udah sore soalnya," Daisy tersenyum cerah dan setelah itu Davichi mengangguk dan berlari menuju kamarnya.
Setelah Davichi dipastikan masuk ke dalam kamar, Davian menghampiri Daisy membuat wanita itu menyernyitkan dahi sebentar.
"Kenapa?" tanya Davian datar, tanpa menoleh ke arah Daisy.
Daisy menaikkan sebelah alisnya. "Apanya? Boneka capit?" ujarnya polos, karena memang di pikiran Daisy saat ini adalah ingatan-ingatan tentang boneka capit.
Davian berdecak malas. "Kenapa nggak ikut?"
"Gapapa," ujar Daisy seraya mendengus.
"Bisa nggak kalau ditanya jawabannya selain 'Gapapa'?" nada bicara Davian mulai meninggi membuat Daisy sedikit terkejut.
Emosional, itu adalah sifat Davian setelah menikah, ah bukan, lebih tepatnya setelah kejadian itu.
"Kalau emang itu jawabannya, terus aku harus jawab apa?"
"Capek ya ngomong sama kamu," ujar Davian tersenyum sinis, meletakkan jam tangannya di meja dengan keras.
Daisy berdecak malas. "Mas, emang masalahnya apa sih kalau aku ngga ikut? Bukannya kamu malah seneng dan merasa nyaman kalau nggak ada aku? Kamu nggak perlu lagi sandiwara di depan Ivi. Dan kita memang harus mulai menghindari ini mulai dari sekarang," Daisy berdiri dari duduknya. Mengeluarkan semua isi pikirannya. Tetap diam dan menghindar sepertinya bukanlah solusi yang tepat untuk sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang
General FictionKeadaan ekonomi yang lebih dari cukup, seorang putri cantik berusia empat tahun, dan kesamaan pemikiran tentang kehidupan nyatanya tidak menjajikan keluarga yang harmonis antara Daisy dan Davian. Pernikahan dengan usia yang lagi anget-angetnya malah...