Rumpang : [Prolog]

101 14 2
                                    

Jari lentik Daisy mulai bergerak di atas ponsel yang sekarang sudah digenggamnya. Sekarang ia harus menghubungi Davian untuk menjemput sekolah Davichi—putrinya, oh lebih tepatnya putri mereka yang sekarang duduk di bangku TK A, karena siang ini Daisy harus menghadiri event fashion show di salah satu mall yang terletak di daerah Jakarta Selatan, dan mungkin akan pulang sampai larut malam sehingga tidak akan bisa menjemput Davichi sekolah.

Mas, nanti jemput Ivi bisa? Aku ada event fashion show mendadak hari ini dan mungkin bakal pulang malem.

Setelah menekan tombol send, Daisy kembali meletakan ponselnya kemudian mulai memberesi barang-barang yang akan dibawanya saat event nanti.

Daisy merupakan seorang desainer fashion yang telah mempunyai nama dan telah dikenal di kalangan desainer muda serta di majalah-majalah fashion. Tak hanya itu, Daisy juga telah mempunyai beberapa cabang butik di beberapa daerah yang ia dirikan sendiri sejak masih lajang dulu maupun setelah menikah.

"Mbak Daisy, modelnya udah ada didepan tuh,"

Dari arah luar ruangan Daisy, muncul seorang gadis yang sekarang telah menghampiri Daisy beserta beberapa berkas yang dibawanya.

"Oke bentar lagi aku ke sana," Daisy menerima berkas-berkas tersebut dan mengeceknya sebentar. Setelah itu ia mengambil tas selempang miliknya dan beberapa barang untuk perform nanti yang baru saja dikemasnya tadi.

Namun tak lama kemudian ponselnya berbunyi, tanda pesan masuk yang ia tebak adalah balasan dari Davian. Daisy mendengus setelah membaca balasan yang sangat singkat dari lelaki itu. Seperti biasa.

Dave : Ok.

"Siapa Mbak? Suami ya?" tanya Sita terkekeh. Sita merupakan salah satu asisten Daisy di butik ini. Gadis itu masih lajang dan baru saja lulus kuliah dua bulan lalu.

Daisy mendongak, kemudian mengangguk dan membalas dengan kekehan kecil.

"Pasti Pak Dave perhatian banget ya sama Mbak Isy?" goda Sita yang membuat Daisy tersenyum simpul. Perhatian katanya.

"Enggak kok Ta, aku cuman minta dia buat jemput Ivi sekolah,"

Sita mengangguk mengerti dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya. "Jadi pengen cepet-cepet nikah kalo liat Mbak Isy sama Pak Dave,"

"Lah, apa hubungannya?" sahut Daisy dengan nada bercanda.

"Karena aku kagum banget sama kalian. Menurut aku Mbak Isy sama Pak Dave itu pasangan yang serasi dan aku pengennya kalo nikah besok bisa kayak kalian gitu, gak pernah ngumbar-ngumbar kemesraan di depan publik," jelas Sita seraya tertawa.

Daisy terdiam sejenak kemudian ikut tertawa dan merangkul pundak Sita dan menuju ke luar. "Bisa aja kamu Ta,"

Apa yang harus diumbar kalau emang gak ada yang perlu diumbar?

***

"Loh kok Papa yang jemput? Mama mana?" tanya Davichi begitu Davian menghampiri gadis kecil itu didepan gerbang sebuah Taman Kanak-kanak tempat Davichi belajar.

"Oh jadi Ivi gak suka nih kalau Papa yang jemput?" sindiran halus dari Davian membuat Davichi meringis geli.

"Tapi Mama udah janji sama Ivi mau ngelanjutin cerita dongeng Cinderella waktu mau tidur siang nanti,"

"Mama lagi ada acara fashion show, paling pulangnya malem. Gimana kalo Papa yang ngelanjutin dongengnya?" tawar Davian dengan senyuman lebar.

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang