2. Dia

70 13 1
                                    

Nara masih menatap tajam pemuda didepannya yang sibuk berceloteh dari tadi. Ia heran spesies vetebrata sepertinya tidak berhenti membual hal omong kosong.

"Eh.. Lo masih ingetkan? dulu kita pernah mandi bareng di Sungai," ucap lelaki itu menggebu-gebu.

"Kita juga pernah nyolong mangga Om Roji sampai ketahuan dan lo ingat apa yang terjadi?" tanya lelaki itu.

Nara tetap diam.

"Kita dilaporin ke Ayah gue terus gue gak dikasih uang jajan dua hari.. untung ada lo yang mau berbagi bekel sama gue." Lelaki itu menepuk dahinya pelan "Waktu itu kita makan berdua.. berarti kita ciu.." Ucapan lelaki itu terhenti tat kala mendengar suara selembut beledu namun tak kalah tajam dengan belati.

"Gue dari tadi diem aja dengerin ocehan lo yang bangunin sisi jahat hidup gue"

"Nara! gue Rendi. Temen SD lo. Masa lo gak inget sih?" Suara Rendi terdengar frustasi

Nara diam.

"Gue punya panggilan kesayangan buat lo dulu Blacky.. nah Blacky lo ingetkan?" Pupil mata Rendi membesar ia yakin kali ini Nara pasti mengenalinya.

"Gue gak peduli! jangan sampai gue kalap terus gue uninstal nyawa lo," ancam Nara

Nara melenggang menjauhi Rendi, Ia terlampau muak dengan bualan yang keluar dari mulutnya. Nara tak menampik bahwa Ia mengenal Rendi tapi tak bisakah dia berhenti mengebutnya dengan 'Blacky'. Ia tak sehitam dulu! Berterima kasihlah Nara pada Agni yang telah memberitahu bahwa Blacky adalah nama Anjing.

Tidak peduli itu nama kesayangan.

Tidak peduli itu pemberian dari temen masa kecilnya

yang ketika mendengarnya Nara Kesal setengah mati. Bisa-bisanya bocah overdosis MSG itu menyebutnya seperti itu. Padahal bila mati lampu ia masih mencari keberadaan induknya.

Mamaaa

Emaakk

Bundaa

Dih Pengecut.

Tapi satu hal yang tidak Nara ketahui bahwa nama itu sangat berpengaruh pada masa depannya.

******

Sesampainya Nara disisi samping lapangan banyak pasang mata yang menatapnya, ada yang menatap sinis, penuh kebencian,dan emm sedikit mesum tentu tatapan seperti itu dari spesies melata yang sialnya satu angkatan dengannya seolah dia berjalan tanpa menggunakan busana.Cih

Nara tidak peduli seandainya ia tidak mempunyai teman dan menjauh adalah salah satu cara untuk menghindari kawanan kaum munafik, pesolek juga bermuka dua belas toh lebih baik seperti itu daripada baik didepan namun menikam dibelakang, aib teman diumbar kemana-mana jadi sebelum itu terjadi ia harus memukul mundur mereka supaya makhluk itu tahu berurusan dengannya adalah hal terakhir yang mereka inginkan di muka bumi.

"Pemberitahuan kepada siswa-siswi Masa Orientasi Siswa SMA Cendrawasih diharap menuju lapangan belakang karena Kegiatan PBB akan segera dimulai." Suara speaker itu terdengar keras dipenjuru lapangan.

Nara berdecak pelan kegiatan inilah yang paling tidak ia sukai, berpanas-panasan, capek, dan membuat wajah gosong. Ia berjalan tanpa minat menuju ketengah lapangan dimana semua orang berkumpul Hey! Jangan salahkan Nara, dia belum makan dari pagi.

Tiba-tiba lengannya dirangkul dari belakang hampir saja Nara menendang pelaku namun niatnya ia urungkan tat kala melihat siapa gerangan.

"Lo mau KDRT sama gue?" Gadis itu menatapnya dengan Puppy eyes yang jika orang lain melihatnya akan terkesan imut namun tidak bagi Nara, Ia malah ingin mencakar wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anila SalaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang