Chapter 1: Begins

628 196 12
                                    

Konnichiwa, Mina-san! Selamat datang di sekolah baru kalian!”

Sasuke Uchiha. Pemuda lima belas tahunan, dia merasa bosan atas keadaan kelas yang baru dimulai lima menit lalu. Bukan apa, ucapan seorang pria bermasker dengan rambut abu-abu melawan gravitasi yang menjadi penyebabnya.

Pemuda yang memiliki nama kecil Sasuke itu sudah mendengar tentang guru-guru yang ada di sekolah ini. Yang di sana, namanya Kakashi bermarga Hatake. Seorang guru Sejarah yang masih lajang. Kabar beredar, ayahnya dulu adalah seorang anggota militer yang tewas bunuh diri karena suatu masalah.

Kakashi adalah pria yang selalu membawa novel dewasa karya penulis ternama, Jiraiya. Selalu memakai masker ke mana pun dia pergi. Banyak yang berpikir dia bisa selalu siaga terhadap suatu virus mematikan dengan topengnya tersebut.

“Baiklah! Kita akan memperkenalkan diri masing-masing. Kau yang duduk paling depan, silakan perkenalkan dirimu terlebih dahulu. Selanjutnya akan disusul yang lain,” ujar Kakashi kemudian. Di balik maskernya, dia tersenyum.

Sasuke tak mengindahkan apa yang terjadi di kelasnya. Dia menulikan pendengarannya saat ini. Baginya, perkenalan di kelas adalah sesuatu yang menjengkelkan.

Dia mengakui bahwa seseorang di sebelahnya bukanlah sahabatnya. Ingatlah satu fakta, si jabrik kuning itu adalah seseorang yang sebenarnya tidak ingin dia akui. Sahabat kuning yang dimaksud adalah sosok yang bisa dibilang paling ceria.

Oh, lihatlah! Seseorang yang melintas seenaknya di kepala Sasuke itu sedang memperkenalkan diri dengan semangatnya. Bahkan mungkin tetangga sebelah, maksudnya, kelas sebelah akan mendengar suara cemprengnya.

“Aku paling suka Ramen Ichiraku dan wanita cantik, dattebayo!”

Hai, Hai, Naruto. Sudah selesai waktumu memperkenalkan diri, sekarang giliran di sampingmu,” potong Kakashi.

Obsidian Sasuke mengikuti arah pandang sang guru yang akan menjadi wali kelasnya ini. Dia mendapati seorang gadis berambut keungunan gelap berdiri. Tempat duduknya tepat berada di samping Naruto. Ah, ya! Sasuke yang duduk di pojok kelas paling belakang tentu saja bisa leluasa mengamati kelas yang tidak tenteram ini.

Ha-hajimemashite,” ucap gadis itu dengan malu-malu, “Watashi wa ... Hyu-Hyuuga Hinata desu. Yo-yoroshiku ... onegaishimasu.”

Sasuke memutar bola matanya bosan. Suara gadis tersebut terdengar kian ciut di akhir kalimatnya. Perkenalan terus berlanjut setelahnya, lalu Sasuke mulai mendengarkan. Dia hanya sekilas mengingat suara dan nama yang disebutkan. Beberapa belas menit, dia membuka perlahan kedua netranya. Tepat saat itulah, gilirannya memperkenalkan diri.

“Hei, kau yang punya rambut seperti ayam!” seru Kakashi. Di kelas itu, hanya dua anak yang menyadari ucapan Kakashi. Para murid lelaki sibuk dengan urusannya sendiri, sedangkan gadis-gadisnya menatap takjub pada pemuda yang Kakashi maksud.

“Pfftt!”

Sasuke mampu mendengar seseorang menahan tawa, tepat di samping kanannya. Siapa lagi kalau bukan Naruto. Manik hitamnya memejam kembali.

“Kakashi Sensei, kurasa semua orang sudah tahu siapa dia,” celetuk Naruto.

“Ah! Souka. Yare-yare!” Kakashi menggaruk tengkuknya, kemudian mengangguk pelan, “Baiklah, selanjutnya yang duduk di depan Sasuke.”

Benar yang dikatakan oleh Naruto, bukan? Semua sudah mengenal Sasuke, mungkin.

Pemuda tadi kembali mengabaikan keadaan kelas. Dia menatap ke arah jendela yang ada di sisi kirinya, melihat pemandangan sekolah yang ada di bawahnya. Mengamati sekelompok kelas yang sedang bermain kasti di lapangan, mereka mengenakan seragam putih dengan garis biru di beberapa bagiannya. Dia tahu, seragam itu melambangkan murid kelas dua.

S C A RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang