Sasuke berjalan santai memasuki kelasnya. Suasana tetap seramai kemarin, dia disambut oleh pekikan gadis-gadis. Mengabaikan tatapan sinis dari para murid lelaki, dia berniat langsung duduk ke bangkunya.
“Oi!” seorang teman sekelas bermodel rambut tegak seperti nanas tiba-tiba memanggil, “Bisa kau menjinakkan gorila kuning ini? Dia terus menggangguku sejak tadi.”
“Aku bukan pawangnya.”
“Tapi, kau teman sebangkunya.”
Sasuke menghela napas sejenak melihat keisengan saudara jauh Minions itu. Dengan sekali tarikan, dia menghempaskan Naruto dan mereka pun duduk di bangku masing-masing.
“Ini masih terlalu pagi, jadi tidak usah membuat onar.”
“Aku hanya mau berkenalan dengannya, dattebayo!” Naruto malah beralih menggoda sahabatnya tersebut, “Atau, kau cemburu padaku?”
Sasuke sontak mengernyitkan alisnya risi, “Apa maksudmu?”
“Kau takut aku mengabaikanmu karena aku mendapatkan lebih banyak teman nanti,” jawab Naruto sambil memasang tampang menyebalkan yang minta ditonjok.
“Dalam mimpimu,” elak Sasuke memilih membuang muka ke jendela di samping kirinya.
Naruto yang balik tidak diacuhkan mulai mendekati teman sekelas yang sempat diganggunya tadi, entah mengapa dia jadi tertarik dengan Shikamaru berkat rambut nanasnya.
Berselang beberapa saat, Sasuke merasa ada sesuatu yang mengganjal. Dia mendapati Hinata asyik memperhatikan tingkah konyol Naruto, namun dia lebih tertarik dengan gadis di sebelahnya. Kepala si gulali sedang tertelungkup di atas meja dengan buku menutupi wajahnya.
“Oi, Jidat Lebat!” panggil Sasuke sontak menarik atensi hampir seluruh teman sekelasnya.
“Apa kau tuli? Telingamu masih berfungsi, kan?”
Sasuke menjadi jengkel sendiri, begini rasanya tidak dipedulikan. Dia segera merobek selembar kertas dari buku Naruto yang kebetulan ada di meja, lalu menggumpal dan melemparkannya pada Sakura. Dia sudah menyuruh Hinata untuk menjaga jarak, jadi lemparannya bisa tepat mengenai telinga gadis merah jambu itu.
Sakura spontan mengusap telinganya yang memanas, “Apa sih?”
“Bangun! Sekolah untuk belajar, bukan jadi tempat molor.”
“Sok peduli sekali,” gerutu Sakura masih mengantuk, “Mentang-mentang, dia anak pemilik sekolah ini.”
Sasuke melempar satu gumpalan kertas lagi, “Cuci mukamu sana, penampilanmu sangat jelek kalau ileran.”
“Dia benar-benar sialan!” inner Sakura tambah berang.
“Aku tidak mengutukmu jadi patung.”
“Kau yang kukutuk jadi ayam!” inner Sakura lagi.
“Baik, aku ke toilet sekarang!” gadis tersebut bergegas beranjak keluar dari kelas sebelum si Uchiha menyebalkan tadi berkicau lagi.
Setiba di toilet, Sakura mulai membasuh sembari mengamati wajah lesunya di cermin. Dia bukan kurang tidur, tapi agak kelelahan saja. Dipikir dia bisa istirahat sebentar dengan tenang sebelum bel berbunyi, anehnya dia malah diusik oleh Sasuke. Bukankah pemuda pantat ayam itu mencoba tak acuh padanya kemarin?
“Mungkin dia salah sarapan,” gumam Sakura melangkah kembali menuju kelasnya.
Sakura masih tampak sebal. Dia mendeceh tidak suka ketika melirik Sasuke, beralih ke Naruto yang diam-diam curi pandang padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S C A R
Fanfic[Collaboration with @Kaze_Natsu] Ini bukan tentang si badboy yang bertemu badgirl, juga bukan tentang sadboy bertemu sadgirl. Ini hanyalah sebuah kisah romansa di dunia remaja. Kisah berbagai macam pasangan baru yang tercipta. Meski akhirnya ada pul...