Di sebuah pegunungan bersalju seorang gadis remaja bertubuh mungil berjalan seorang diri. Pakaiannya lusuh dan compang-camping, dipunggungnya dia membawa seikat potongan kayu bakar. Gadis itu baru saja kembali dari desa, mehabiskan seharian disana untuk menjual kayu-kayu bakar tersebut namun sayangnya tidak ada warga desa yang mau membeli kayu bakarnya itu. Tiba-tiba dia berhenti berjalan, tubuhnya bergetar, terlihat air mata mulai mengalir dari mata lelahnya. Dia melemparkan kayu bakar dari puggungnya tersebut hingga berserakan di sekitarnya.
Kemudian dia terduduk lesu, air matanya berjatuhan ke salju. Tangannya mengepal erat.
"Aku menyerah..." tuturnya begitu nanar," aku sudah tidak kuat lagi, biarkan aku mati saja." ungkapnya dengan isak tangis.
Selama ini dia hidup sebatang kara, dari kecil dia sudah menjadi yatim-piatu, bertahan hidup dengan menumpang di tempat-tempat orang dan menjual kayu-kayu bakar, jika tidak bisa menjual dia tidak akan mendapat makan bahkan disiksa oleh tuannya. Selama dia hidup, dia sudah sering menerima hinaan, cacian, dan ludahan orang-orang sekitar. Dia hanyalah si gadis yang bahkan orang-orang lupakan namanya karena tidak ada yang benar-benar peduli padanya.
Meski dia adalah seorang manusia, selama ini dia merasa tidak pernah diperlakukan layaknya seorang manusia. Bahkan hewan diperlakukan lebih baik darinya. Dia bersimpuh menangis dan terus menangis meratapi nasibnya yang begitu membuatnya menderita.
Tangisannya terhenti ketika dia mendengar suara langkah kaki. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang mendekat.
Napasnya tercekat begitu dia melihat ada sosok wanita asing tengah mengamatinya, tapi yang paling membuatnya kehabisan kata-kata adalah perawakannya. Seumur hidup gadis itu belum pernah bertemu dengan wanita secantik itu bak seorang dewi rembulan dalam imajinasinya.
Wanita cantik itu memiliki tubuh yang tinggi dan molek, rambut hitam panjang lurusnya bersinar oleh sinar bulan. Pakaiannya terlihat sangat mahal dengan bahan-bahan yang belum pernah gadis itu lihat dipakai oleh orang-orang di desanya. Ketika wanita cantik itu kemudian duduk di hadapannya, jubah hitam yang dikenakannya menjadi seperti kolam kain disekitarnya. Bibirnya yang ranum tersenyum lembut kepadanya, alisnya terukir dengan rapih, kulitnya seputih susu dan sangat mulus, bulu matanya lentik dan lebat, tapi yang paling memukau dari sang wanita misterius itu adalah matanya, merah menyala.
Wanita cantik itu menghapus pelan bekas air matanya kemudian merapikan rambutnya dengan lembut seolah-olah dia makhluk yang berharga. Air mata tiba-tiba kembali mengenang di pelipis matanya, selama ini belum pernah ada yang memperlakukannya selembut ini.
Senyumannya tergantikan dengan tatapan nanar yang diajukan kepadanya. "Kau sudah cukup menderita."
Mata merah sang wanita cantik menatapnya lekat, seolah-olah menariknya mendekat dan dia tidak bisa menghindari kontak mata itu.
Dia belum pernah melihat orang memiliki mata seeksotis itu. Dia ingin bertanya tapi mulutnya diam membisu bahkan ia sudah berhenti menangis. Ketika dia memperhatikan lagi telinga wanita itu lebih runcing dibandingkankan telinga manusia pada umumnya.
Dia seperti bukan manusia. Pikirnya.
Seperti bisa membaca pikirannya. Sang wanita terkekeh kecil.
"Ya, aku memang bukan manusia."
"Bukan manusia?"
Sang wanita tersenyum dan mengangguk.
"Tidak perlu kau pikirkan manis, sekarang penderitaanmu akan segera berakhir," tuturnya tenang. Dia mendekat dan menyentuh lehernya. Kemudian dia bisa melihat gigi taring di balik mulutnya. Gadis itu terperangah, sebelum dia sempat menghindar, gadis itu sudah terlanjur berada di dekapan sang wanita dan gigi taring sang wanita sudah menembus lehernya. Dia berteriak ketika merasakan sakit karena gigitan di lehernya. Selang beberapa detik berikutnya rasa sakit itu mulai menghilang tergantikan dengan rasa nyaman yang tiba-tiba menghampiri tubuhnya. Wanita cantik itu beraromakan mawar, bunga favoritnya, membuatnya merasakan ketenangan yang memabukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arokian: Fall from Grace
Fantasia[In quest of revenge, I shall have no mercy] Zavanna Ambriose adalah wanita bangsawan dari kalangan vampir, namun sebuah insiden di kerajaan vampir mengubah kehidupan terhormatnya menjadi seorang terdakwa. Mencari kebenaran adalah satu-satu jalan ag...