"Hubungan dengan mantan kamu yang sudah lama itu gimana, Nay?" ucap Nisa sembari meraih menu yang mau dipesan, karena dua orang sahabat itu sedang berada di sebuah restoran. Lokasinya tidak jauh dari kantor tempat mereka bekerja sekarang.
"Oh, lelaki mata keranjang itu? Sudah lama aku tidak berbau mendengar kabar dan bertemu dengannya lagi," jawab Naya sambil menyerahkan menu kepada pelayan restoran setelah ia memesan dua nasi goreng bistik pedas dan dua gelas air mineral.
Naya tidak mau mengingat masa lalu yang jelas-jelas telah dikubur lama. Lelaki itu membalas cinta tulusnya dengan kelukaan mendalam di hatinya.
"Silahkan dinikmati, Mba."
Kedatangan sang pelayan tiba-tiba membuyarkan lamunan gadis itu.
Aroma menu istimewa itu menguar. membuat dua orang sahabat itu tidak sabar untuk mencicipi rasa khas nasi goreng bistik yang ditaburi bawang goreng di atasnya. Mendadak suasana hening. Hanya terdengar suara denting sendok dan garpu yang sesekali berada dengan piring.
"Nay, aku ingin mengenalkan kamu dengan seseorang yang punyaku sifat baik dan bijaksana, sama juga dengan kamu. Aku kira kalian akan cocok kalo bersama," ujar Nisa yang sedang asyik menikmati makanannya.
"Kok, kamu tidak pernah cerita padaku, Nis. Siapa sih dia yang tiba-tiba bisa buat kamu semangat seperti ini?" Jawab Naya yang sesekali memainkan sendok dan garpu itu.
"Iya, aku baru ingat kalau aku punya teman pada saat masih tinggal di rumah lamaku, sewaktu kami sekeluarga masih tinggal di sana. Rama namanya, ia tetanggaku yang pertama menyapaku."
Naya sedikit tertarik dengan namanya. Siapa ya kira-kira sosok yang punya nama indah itu?” batinnya. Ia tak dapat petunjuk apapun tentang lelaki yang baru terdengar namanya itu, selain nomor pin 'blackberry' yang di berikan Nisa, sahabat baiknya. Sesampai di rumah, Naya masih saja merasa penasaran dengan nomor pin itu. Namun, ia tidak ingin tergopoh dengan perasaan bingung yang menyelimuti dirinya.
Ia lebih memilih istirahat dan mengabaikan sejenak tentang sosok Rama, teman Nisa, sahabatnya.
Langit perlahan berubah warna menjadi jingga. Namun, gadis ayu itu masih menggeliat manja di kasur empuknya. Sebab hari ini ada setitik perasaan bahagia sejak mendengar nama sang lelaki berperawakan hampir sama dengannya, ditambah lagi ia memiliki nama yang sangat indah yang di sematkan orang tua untuknya. Seolah Naya dapat membayangi wajah Rama dalam ingatannya. Ah, jodoh itu atas izin Allah. Bila dikehendaki bertemu, maka akan bersama. Gadis intelek itu bergumam dalam benaknya.
Allahu akbar ... Allahu akbar ...
Adzan berkumandang di seluruh komplek perumahan.
"Nak, bangun salat magrib dulu!" sayup terdengar seruan Ibu Naya dari arah ruang tamu, mengingatkan putri sulung agar segera mengerjakan kewajibannya sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada kaum muslim.
"Iya, Bu! Ini mau salat, kok," sahut Naya dengan suara sedikit lebih tinggi supaya Ibunya bisa mendengar di luar, sebab ia sedang di kamar sekarang.
Setelah shalat, tiba terdengar suara ponsel, karena sedari tadi Naya masih belum menggunakan gawainya itu. Ia segera melepas mukena mencampakkan tanpa melipatnya. Gadis bijak itu membuka tas dan meraih benda pipih yang menyala itu.
Tertera dilayar "blackberry messenger" sebuah pesan dari seseorang. Sontak Naya terkejut, ia mendapati di sana seorang Rama mengirim pesan.
["Assalamu'alaikum, apa betul ini yang namanya, Naya?"] ucap lelaki berkulit putih dalam sebuah pesan. Hendak memastikan bahwa orang yang dikirimi pesan itu adalah Naya, teman dari Nisa yang juga sahabatnya.
["Wa'alaikumsalam, iya betul, Aku adalah Naya. Kamu teman Nisa juga, kan?"] jawab Nisa jelas tanpa basa-basi.
Akhirnya, dua orang yang baru saja berkenalan itu menjadi teman dekat yang saling berbagi satu sama lain. Bahkan, saat Naya sibuk kerja di kantor, Rama sempat-sempatnya memerhatikan Naya untuk jangan terlalu gila kerja dan tetap jaga kesehatan agar tidak mudah penyakit menyerang.
Kini, hari-hari terlewatkan dengan senyum yang selalu menghiasi wajah Naya. Ia selalu tersenyum saat bertemu dengan orang. Begitulah seorang Naya, gadis yang punya masa kelam dulu dan kini berubah menjadi gadis yang siap merajut masa-masa indah tercipta bersama dengan seorang Rama, lelaki yang selalu mampu membuat dirinya tersenyum di setiap waktu.
***
"Sepagi ini mau berangkat, Nak?" Sang Ibu tiba-tiba dikejutkan putri sulungnya yang keluar mendekatinya.
"Iya, Bu. Kebetulan hari ini ada acara di kantor, pihak perusahaan mengadakan hari jadinya kantor. Naya harus cepat sampai ke sana di awal pagi." terang Naya yang terlihat buru-buru mau segera berangkat.
"Nggak sarapan dulu, Nak?” Perempuan tua itu masih saja mencemaskan anaknya.
"Maaf, Bu. Naya sarapan di kantor saja," lanjut Naya seraya meraih punggung tangan ringkih ibunya dan mencium untuk berucap salam.
Dengan cepat Naya bergerak menuju jalan depan ke arah halte bis. Hanya beberapa menit saja benda berjalan itu datang. Perasaan Naya terus gugup takut ia terlambat sampai kantor.
Akhirnya, bis itu berhenti tepat di jalan terdekat dengan gedung tempat Naya bekerja. Terlihat semua karyawan sedang sibuk, ada yang sedang menata meja, kursi, dan seluruh dekorasi di ruangan persegi panjang itu. Di sana Nisa juga terlihat tengah menyusun beberapa rangkaian bunga. Tanpa berpikir panjang, Naya juga melakukan hal yang sama. Ia ikut membereskan segala keperluan lainnya.
Beberapa menit kemudian, para tamu undangan datang menghadiri acara ulang tahun perusahaan media yang sudah punya nama luar biasa di Kota Bandung.
Acara berlangsung dengan sangat khidmat dan meriah sekali. Setelah mendengar kata sambutan penting dari direktur perusahaan, kemudian tiba di acara pemotongan kue menyambut hari jadinya perusahaan yang sudah berusia sepuluh tahun berdirinya gedung megah lima lantai itu.
Usai acara, semua tamu undangan meninggalkan ruangan luas itu. Semua karyawan bisa menikmati waktu untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya. Naya, Nisa dan Rendra juga terlihat sedang duduk di salah satu meja tamu. Mereka saling berbicara selakyaknya orang berteman.
Kebetulan Nisa, sahabat Naya sudah mengenal Rendra beberapa bulan yang lalu saat awal mereka mulai bekerja. Nisa baru tahu kalau Rendra juga kuliah di universitas yang sama dengan mereka.
Ketika orang itu sangat kompak dalam hal bekerja. Rendra merupakan lelaki yang punya sifat pemalu kalau ada orang yang coba bertanya tentang masalah pribadinya. Tiba-tiba saja perasaan malunya muncul ketika Nisa bertanya soal wanita padanya. Baginya lebih baik berbicara biasa saja dari pada sibuk ingin mengetahui urusan pribadi orang lain.Bersambung ...
Halo guys... akhirnya chapter selanjutnya update juga.
Semoga suka ya dan jangan lupa vote coment cerita Naya terus agar author bisa semangat update lagi.hihiTerima kasih, happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Naya
Любовные романыThe Story of Naya Blurb Blackberry Massenger. Semua rasa itu bermuara melalui sosial media yang lagi trend di masa itu. Dua hati mulai merasakan desir-desir yang menggetarkan jiwa. Perlahan tapi pasti perasaan itu semakin kuat. "Dan segala sesuatu...