Satu Keinginan Rama

17 6 0
                                    

"Kali ini, kamu harus berani ngasih Naya kepastian, ya, Ram? Aku gak mau liat sahabatku sedih dan murung seharian gara-gara mikirin gimana sebenarnya perasaan kamu sama Naya."

Terdengar suara tegas Nisa, sahabat Rama juga Naya yang ingin memastikan bagaimana kelanjutan hubungan jarak jauh yang dilalui mereka selama ini.

"Siap, Nis. Aku ngerti gimana perasaan bingung Naya saat ini. Pikirannya pasti menerawang jauh, mungkin dalam hatinya ia berpikir kalau aku hanya mainin perasaan dia aja. Juju, aku mu menjalani hubungan serius sama Naya."

"Oke deh, kalau gitu keputusan kamu, Ram. Aku sekarang jadi paham. Pokoknya kamu gak boleh sampai ngecewain sahabat terbaikku, ya, Ram! seru Nisa di balik ponselnya, sekaligus mengakhiri pembicaraan.

Jawaban yang keluar dari mulut Rama membuat Nisa memahami apa yang dimaksud dengan kebingungan yang dialami Naya beberapa minggu lalu.


Satu tahun berlalu dengan indah. Sosok Rama telah mampu mencuri seluruh jiwa Naya yang sekian lama sudah kosong. Kini kembali terisi dengan lafaz cinta yang penuh warna.

Naya berharap suatu saat bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Rasa rindu dari hari ke hari terus bertambah. Bahagia terpancar di wajahnya.

***

Pagi ini cuaca sangat cerah, secerah hati Naya saat ini. Gadis itu terlihat sangat semangat dalam bekerja. Terlihat dari setiap gerakan jemarinya di atas keyboard komputer meja kerjanya. Ia membuka beberapa file naskah yang akan diedit. Tiba-tiba datang seorang lelaki berdiri di hadapannya.

"Serius amat nih, Nay." ucap Rendra sambil mengagetkan Naya yang sedang serius menatap layar.

"Oh, kamu, Ren. Ada apa, kok ngagetin aku?" jawab gadis berparas ayu itu seraya membalikkan tubuhnya.

"Iya, Nay. Dari tadi aku perhatiin kamu, kok serius banget kerjanya. Makanya aku usil gangguin kamu, he..he.." lanjut Rendra terkekeh.

Tik … tok …
Naya melirik jam dinding di dalam ruangan tempat ia kerja. Menandakan sudah waktunya pulang. Segera Naya bergegas menyelesaikan seluruh kerajaan yang belum di simpan ke dalam lemari arsip. Kemudian ia mendengar ada notifikasi BBM yang masuk. Kemudian ia meraih ponselnya di dalam laci meja kerjanya. Sontak, ia dikejutkan olah apa yang tertera di layar gawai. Tertulis di sana nama Rama. Lelaki itu mengirimkan pesan untuknya.

"Assalamualaikum, Nay. Gimana udah pulang kerja?"

"Oia nanti malam, kamu sibuk, gak? Aku mau ngomongin sesuatu sama kamu, Nay."

Naya
tanpa berpikir lama, langsung membalasnya. Jantungnya berdegup kencang. Senyuman indah terukir di wajahnya.

Naya merasakan desiran kuat dalam hatinya. Seperti pintu harapan terbuka kembali untuknya. Sungguh tiada kuasa ia menahan gejolak rindu yang bersemayam dalam dada. Perlahan ia menarik napas lalu mengeluarkannya.

"E- emangnya kamu mau ngomongin, apa, Ram?" tanya gadis mata indah itu dengan suara terbata yang sesekali merapikan berkas file yang berserakan di meja kerjanya.

"I- iya, Aku mau kita bahas tentang hubungan, kita, Nay." jawab lelaki bertubuh tinggi itu seakan ingin memastikan sesuatu dengan Naya.

"Boleh, Ram. Kebetulan aku nanti malam gak ada kesibukan." lanjut Naya dengan mengukir seutas senyuman.

"Oke deh, Aku kabari nanti malam, ya, Nay. Kamu pulangnya, hati-hati, ya?" balas Rama, lalu mengakhiri pembicaraan.

Seusai merapikan semua file, kemudian Naya meraih tasnya dengan cepat ia melangkah menuju pintu keluar.

Matahari hampir tenggelam dari peraduannya. Gadis berparas ayu itu tidak lama kemudian berlalu naik bis. Benda besar beroda itu melesat membelah jalan ibu kota.

Begitu ia sampai di rumah, kemudian Naya bertemu Ibu dan Ayahnya. Mereka sedang santai duduk di teras. Kedua adiknya juga ikut menunggu Naya pulang kerja.

"Kok, hampir magrib gini, pulangnya, kak? tanya Puput yang terlihat duduk bermanja-manja dengan sang Ibu.

"Iya nih, Kakak hari ini banyak banget kerjaannya, Put." jawab Naya seraya meraih gagang pintu lalu masuk melangkah menuju kamarnya.

Tidak berapa lama terdengar suara Muazin mengumandangkan azan magrib. Setelah mandi, Naya pun melaksanakan ibadah magrib. Seorang Naya adalah sosok yang sangat peduli dengan aturan agamanya. Ia banyak belajar agama dari Ayahnya. Kebetulan sang Ayah beberapa tahun lalu adalah orang yang mengajarkan petuah agama di kawasan perumahan mereka tinggal.

Usai salat, Naya meraih Al-Quran untuk mengaji beberapa ayat. Dalam keluarga mereka selalu ada suara orang tadarus. Melafalkan setiap ayat yang ada dalam kitab suci agama Islam.

Dari ruang depan, sayup terdengar suara Ibu memanggil. Menandakan waktu untuk makan malam. Sang Ibu telah menyiapkan semua makanan di atas meja. Lalu Naya keluar dari kamar menuju meja makan.

Saat makan, tiba-tiba sekelebat bayangan Rama terlintas dalam benaknya. "Jangan-jangan Rama mau ajak aku nikah." batinnya.

Saking seriusnya membayangkan apa yang akan dikatakan lelaki pujaan hatinya, Naya hampir saja tersedak sedang makan.

" Nay, kok, sampai bisa tersedak kamu, Nak?" ucap Ibunya seraya meraih segelas air putih memberikan untuk Naya minum.

"Iya, gak apa-apa, Bu." Lirih Naya pada sang Ibu. Ya udah, Naya udahan dulu ya, makannya. Naya mau ke kamar aja." ujar gadis berparas ayu itu sambil berlalu.

Tiba di kamar. Degup jantung semakin kencang yang ia rasakan. Naya sengaja masuk ke kamar lebih dulu karena ia tidak mau melewatkan panggilan telepon dari Rama.

Naya segera meraih ponselnya dan membuka pola kunci ponsel. Ia mencari kontak nama pujaan hatinya yang sudah dinanti sedari tadi.
Tiba-tiba layar pun berkedip tanda panggilan masuk. Ia mematung sejenak ketika melihat nama lelaki itu terpampang nyata di layar.

"Halo, Assalamualaikum, Nay. Lagi ngapain, nih?" ucap Rama di balik telepon.

"Waalaikumsalam, Ram. Baru siap makan malam aja nih, sama keluarga." jawab Naya yang siap mendengarkan penuh semangat.

"Sebenarnya, Aku mau bilang sama kamu, kalau Aku gak mampu janjiin apa-apa buat kamu. Satu inginku bisa berjodoh dengan kamu, Nay." terang Rama seakan tidak ada keraguan dalam dirinya.

"Maksudnya, kamu, gak bisa ngasih aku kepastian, gitu? Kok, kamu tega mainin perasaan aku, Ram! pekik Naya yang tiba-tiba wajahnya berubah amarah.

Seketika, seluruh harapan itu hilang bagai ada yang menelan jauh. Curam. Naya merasakan perih mengiris hatinya.

Bersambung...

Halo guys, chapter terbaru kisah Naya udah update lagi nih. Terima kasih karena sudah setia menunggu. Jangan lupa vote coment terus ya agar author tetap semangat lanjut...😊😊

























Story of NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang