"Jadi, selama ini, kamu tidak serius menjalani hubungan jarak jauh dengan aku, Ram?" dengan berat hati Naya memberanikan diri untuk bertanya kepastian hubungan mereka yang sudah berjalan dua tahun sampai hari ini.
"Aku, serius kok, Nay. Kalau nggak, ngapain aku minta kamu percaya sama aku untuk menunggu aku." ucap lelaki di balik telepon seluler berusaha meyakinkan ucapannya pada Naya, gadis ia tunggu selama ini.
Sejak tadi Naya mematung dan diam tanpa kata. Ia terus mencoba mengumpulkan kekuatan untuk memulai episode baru kehidupannya. Akhirnya ia mengeluarkan suara setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Rama, lelaki yang ia harapkan untuk jadi pendamping hidupnya kelak.
Pembicaraan dengan Rama berakhir dengan senyuman yang kembali terukir di wajah gadis intelek itu. Ia seperti merasakan desiran menggetarkan dalam dadanya. Mencoba lagi menaruh lebih dari kata percaya untuk Rama.
Semilirnya angin malam menerobos celah jendela kamar Naya, seakan ikut menyejukkan jiwanya yang tengah merindukan seseorang berada di sampingnya. Tak terasa mata gadis itu menutup bdengan sendirinya. Naya tertidur lelap dalam lamunannya.
Esok harinya, sebuah mobil telah berada di depan rumah Naya. Tampak seorang wanita cantik dengan pakaian kerja mendekati rumah. Nisa datang menjemput Naya pagi ini. Kemudian, Naya keluar dalam keadaan rapi dan hari ini penampilannya sedikit berbeda dari biasanya. Mungkin hal itu berhubungan dengan suasana hatinya yang sedang berbunga.
"Yuk, berangkat!" ucap Nisa seraya merangkul tubuh Naya mengajaknya ke kantor bersama. Kemudian mobil itu melesat dengan cepat membelah ibu kota. Kebetulan hari ini Nisa membawa mobil sendiri tanpa ada supir Papanya yang biasa mengantar.
"Nay, kok, muka kamu berseri banget hari ini? ucap Nisa menggoda sahabatnya.
"Ah, masa sih, Nis. Perasaan, hari ini biasa aja sama dengan hari biasanya." jawab Naya mencoba menghindar. Ia tidak mau Nisa tahu mengenai rasa rindu yang terus hinggap di hatinya.
"Oia, gimana sekarang hubungan kamu dan Rama, baik-baik aja, kan, Nay?" lanjut Nisa bertanya soal Rama. Sebab masih penasaran dengan kelanjutan hubungan mereka.
"Iya, baik, kok, Nis." tukas Naya dengan yakin. Kemudian suasana dalam mobil hening. Senyuman indah telah terukir di bibir mungil dua orang sahabat yang saling menyayangi.
Pagi ini ada meeting di kantor. Ada hal penting yang harus dibahas mengenai sebuah proyek naskah yang ditangani oleh tim Naya. Sebuah tim yang diisikan oleh orang-orang yang kompeten di dalamnya.
Naya bertugas untuk menyeleksi isi dari naskah yang masuk, sedangkan Nisa bertugas untuk memilih model desain cover untuk naskah yang akan diterbitkan. Tim mereka saling melengkapi satu sama lain.
"Nay, udah siap belum bahan untuk presentasi di meeting nanti?" ucap Nisa sembari mengambil beberapa file di atas meja.
"Iya, Nis. Sebentar lagi juga siap, kok, Nis." jawab Naya dengan serius karena matanya masih menatap layar komputer.
Sebagai sahabat, Nisa sangat peduli dan perhatian terhadap Naya. Selalu mengingatkan dan menjadi pendengar yang baik adalah hal Nisa utamakan untuk Naya, orang terdekat dengannya.
Tak terasa waktu meeting pun tiba. Semua karyawan kantor sudah berada di sebuah ruangan yang ukurannya hanya bisa memuat beberapa karyawan saja. Naya dan Nisa juga sudah siap serta mengikuti.
"Baiklah, meeting hari ini kita mulai saja! seru seorang lelaki setengah tua yang merupakan kepala bagian divisi kantor.
"Sudah sampai kemana penanganan proyek naskah yang dikerjakan, saudari Naya? ucap kepala bagian divisi sambil menatap ke arah gadis intelek itu.
"Iya, pak, sudah hampir selesai semua kami kerjakan." jawab Naya dengan yakin tanpa ada keraguan sedikit pun.
Suasana meeting sangat tenang dan tertip. Semua karyawan mendengarkan dengan baik. Naya sangat serius menyimak penyampaian materi baru proyek naskah yang lagi mereka garap. Sesekali gadis itu mencatat poin yang dianggap penting agar tidak lupa waktu ia memerlukannya.
Lagi-lagi episode baru kehidupannya terus berjalan. Naya menjalani hari-hari dengan penuh semangat. Harapan untuk bertemu dengan seorang Rama kini ia pasrahkan kepada Allah saja. Keyakinan yang membuat dirinya bisa terus bertahan dalam hal apapun.
Tak terasa waktu mereka meeting selesai. Naya, Nisa serta karyawan yang lain ikut meninggalkan ruang meeting. Kemudian mereka melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Naya juga melakukan hal yang sama.
Meski sibuk, Naya menyempatkan diri untuk melakukan ibadah salat di kantor. Ia tidak pernah meninggalkan kegiatan keagamaan dan aturan di dalamnya. Gadis berparas ayu itu selalu menyematkan nama Rama, pujaan hatinya di setiap isi munajat sehabis melakukan salat.Bersambung...
Hai guys... Terima kasih udah membaca kelanjutan kisah Naya. Semoga selalu suka ya. Jangan lupa vote serta coment di setiap chapter.
Supaya author bisa lebih semangat update lagi.🤗Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Naya
Любовные романыThe Story of Naya Blurb Blackberry Massenger. Semua rasa itu bermuara melalui sosial media yang lagi trend di masa itu. Dua hati mulai merasakan desir-desir yang menggetarkan jiwa. Perlahan tapi pasti perasaan itu semakin kuat. "Dan segala sesuatu...