Chapter 7

1.1K 7 0
                                    

Aku benci saat dibohongi dan dimanfaatkan.

Theo harus menerima hukumannya.

Keesokan harinya aku meminta maaf kepada Theo saat kami berada di sekolah. Ia memaafkanku atas apa yang telah kulakukan.

Pria yang baik.

Pikirku.

Ia mengajakku ke apartemenya. Sekedar untuk mengobrol katanya. Walaupun aku tau apa maksudnya.

Aku terima-terima saja. Setelah pulang sekolah dan membawa peralatanku. Aku datang ke sana. Hari sudah malam, karna hari ini kelas selesai sampai sore hari. Dan aku sampai di Apartemen Theo sekitaran jam 8 malam.

.

Setelah memberinya obat tidur, di minumannya. Aku mengikatnya di kursi dan menelanjangi tubuhnya. Aku kembali diuntungkan karna Apartement Theo yang kedap suara. Sepertinya rencanakku akan berhasil.

Dan aku kembali bersyukur, karna ayahku perna memperaktekkan bagaimana mengikat orang di kursi dengan benar. Aku yakin, Theo tidak akan bisa melepaskan dirinya.

Dia kembali tersadar dan melihatku dengan tatapan yang menyedihkan.

"Wah.... Sudah bangun" Tanyaku sambil memegang pisau buah dan memotong apel kesukaanku dengan santai.

"Lepaskan aku" Dia memohon untuk aku lepas. Menyedihkan. Tentu aku tidak mau, dia harus menerima ganjarannya.

"Bodoh—"

Aku berjalan mendekatinya. Mengiris lengannya dengan pisau buah yang ada di genggamanku

"Arggghhhhh....hentikan!" Ia mengerang kesakitan. Itu sangat lucu membuat aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Aku ingin melakukannya lagi.

Menyiksanya terlebih dahulu sepertinya lebih menyenangkan dari pada menghabisinya langsung.

Mengapa ia berteriak? Padahal itu hanyalah irisan yang kecil. Dan darahnya juga tidak terlalu banyak kok. Menetes beberapakali saja.

Aku kembali dengan pisauku dan menusukkannya di ujung kemaluan Theo. Dia kembali mengerang kesakitan

Apa salahnya, dia juga perna menusuk-nusuukan miliknya ke kemaluanku. Benda yang saling menusuk harusnya bisa bertarung, kan? Aku hanya membuat mereka mengalami pertempuran. Hanya itu saja kok, gak lebih.

Ia berteriak kesakitan. Aku merasakan kepuasan tersendiri saat melihat dirinya seperti itu. Tak berdaya dan mengeluarkan banyak darah. Mengapa tidak dari dulu saja seperti ini?

Aku belum ingin membunuhnya. Bersenang-senang sedikit bersama teman tidak masalah, kan?

Aku mengukir kan lagi pisau buah di wajahnya. Dan—astaga aku ternyata seorang seniman yang hebat. Itu sangat indah sekali. Darah yang mengucur dari kening dan pipinya sangat indah.

"Maafkan aku" Aku mencium bibir Theo. Ia sangat lemah setelah aku kembali melukis di punggungnya dengan pisau yang kupanaskan.

Aku tak mengerti mengapa, aku sangat menikmati bagaimana dia tersiksa dan menangis. Itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku.

"Maafkan aku Alexa. Aku mengenalmu, bagaimana dirimu dan orang-orangmu. Tak bisahkah kau memaafkanku?" Lirihnya dengan nada yang lemah "Aku akui aku memang bodoh dan mencoba melenceng dari kesepakatan yang telah kita jalin. Maafkan aku"

Sangat menyedihkan.

Meminta maaf dengan cara yang memuakkan. Kasihan.

"Tidak theo, bukankah kita sudah sepakat, untuk tidak meleceng dari kotrak yang kita buat? Tapi kau malah melanggarnya, dan sekarang aku yang meminta maaf. Karna, kau harus menerima hukumanmu"

"Tapi aku mencintai mu—ahkkkk"

Cinta.

Lagi-lagi omong kosong itu. Tak bisakah kau tidak membahasnya? Kalau saja kau tidak mengatakan hal itu, masih bisa ku pastikan kita masih bisa ngobrol sebentar. Tapi kau mengucapkan kata-kata itu.

Jadinya seperti ini, kan. Kepalamu pecah dengan otak yang berserakkan di lantai.

Theo yang malang.

.

.

Aku ingin Noah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin Noah!
.

Maaf kalau ceritanya gak Feeling dan gaje.

Maaf kalo ceritanya gak sesuai dengan ekspetasi kalian. Aku harap kalian suka dengan cerita yang aku buat. Kalau tidak suka lebih baik tinggalkan daripada kalian kecewa.

Well...
Ini Dark Story...
Vote tidak diwajibkan disini.
Dan lagi,, lebih baik tidak baca,, karena aku takut kalian tidak suka dengan jalan dan ending dari cerita ini.

TOXIC FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang