Chapter 4

1.6K 18 0
                                    

🔞
🔞
🔞
🔥🔥🔥🔥
.
.
Astaga— demi apa?!

Mimpi apa aku semalam? Noah mengajakku ngobrol saat Theo mengenalkanku kepadanya. Aku sangat senang sekali.

Noah tersenyum manis saat berbicara kepadaku. Astaga—aku merasa seluruh galaxy ada dihadapanku, memamerkan keindahannya dengan warna-warni yang indah. Bicara apa aku ini? Pokoknya aku senang. Bahagia sekali.

Kenapa tidak dari dulu saja dikenalkannya, Theo? Tapi tak apa, aku sangat senang. Senang sekali.

Sepertinya ini adalah bertanda baik bagi ku dan bagi Theo. Kami akan segerah mengakhiri hubungan 'Toxic' ini.

"Senang sekali yah....?" Tanya Theo padaku.

Saat ini kami berada di Apartement miliknya. Saling berhadapan dan menyantap jjajangmyeon yang kami pesan.

"Ho—oh....." ucapku sambil mengangguk-angguk. Melayangkan senyuman manis dengan mulut yang penuh dengan mie.

"Dia bahkan meminta nomorku...." Teriakku sambil menggoyang-goyangkan kakiku.

Theo hanya menggeleng-geleng melihatku. Ia ikut tersenyum saat aku berdiri dan memutar-mutarkan tubuhku, menggoyangkan badanku. Menaritak jelas, karna sangkin senangnya diriku.

Aku mendekatkan diriku kepada Theo. Mendongkak dan menahan tubuhku dengan kedua tanganku diatas meja.

"Terimakasih..." ucapku setelah mencium bibir Theo sekilas.

Ia terkejut akan hal itu. Membelalakkan matanya dan terdiam sembentar. Mulutnya masih penuh dengan mie hitam saat aku menciumnya....

Ia mengunyah mie yang ada di mulutnya. Menjilat bibirnya sekilas. Menjilat bekas ciuman yang ku berikan.

"hei..."panggilkku. Pasalnya ia tertunduk setelah itu. Aku melihat pipinya memerah sampai ke kuping.

"Kau membuatku malu...." Lirihnya

"Habis aku senang sekali, sih—" ujarku dengan bangga.

"Jangan seperti itu lagi—" ucapnya sambil melanjutkan makan. Menyeruput jjajjangmyeon miliknya hingga menghasilkan suara.

"Itu caraku berterima kasih" jelasku santai "Bukankah kau suka? Lagian kitakan ber-pacaran kan teman?" tambahku dengan nada yang sangat santai.

"Aku melihat Taera ganti baju, memamerkan kulitnya yang putih" tutur Theo. Masih sibuk dengan makanannya.

"Aku juga melihat Noah membuka bajunya. Kau tau, badannya sangat indah. Kulitnya putih bagai susu, dan lagi ototnya.... Astaga—apa yang aku pikirkan. Jam olaraga sepertinya sangat menguntungkan bagi kita" Jelasku kepada Theo.

"Theo—" panggilku "Haruskah...?" Tanyaku sambil menatap lekat dirinya. Dia sudah tau apa yang aku maksud.

"Lebih baik tidak." Jawabnya santai

"Tapi aku ingin...."

Astaga apa yang aku lakukan. Aku memohon dengan wajah yang memelas. Sambil menatap Theo dan aku yakin hal itu membuatnya tak nyaman.

.

Disinilah kami berakhir. Ranjang Theo. Aku masih tidak percaya apa yang kami lakukan. Tapi disaat-saat seperti ini aku merasa melakukan dosa itu sangat menyenangkan.

"Theo..."

lenguh ku saat Theo menciumi leherku. Menjilat dan sedikit mengemutnya. Basah dan hangat. Ada rasa getir saat ia melakukan itu. Berdesir, pilu dan sedikit ngilu.

Sialan!

Mengapa aku mendesahkan namanya? Bego memang.

"Kenapa namaku , bukannya Noah yah??" Tanya nya retorik. Sambil menjelajahi tubuhku. Menyibak rok dan seragam yang kupakai. Sepertinya dia sedikit kesal dan menjadi lebih bergairah karna aku mendesahkan namanya.

.

"Ahh...ahnnnn hen.. hentikan" Ucapku saat aku merasakan ada benda tumpul yang mencoba memasukkiku.

"theo... hentikan" Melengguh dengan kuat "Sa..sakit..." tolakku dan menutupi kemaluanku dengan tangan. Percuma saja, salah satu kakiku menggantung di pundakknya dan itu memberikan akses bebas untunnya. Jelas itu sakit, ini pertamaku.

"Stop!"

Teriakku kepada Theo. Melemparkan bantal ke kepalanya.Dia berhenti, dan menatapiku dengan keringat yang masih setia di tubuhku.

"Tadi, kau yang meminta...." Lirihnya.

"Aku tak tau akan sesakit ini." Ucapku dengan wajah memelas dan dengan nada yang imut. Melihat ke samping menghindari tatapannya. Aku sedikit malu.

.

Syukur kepada Tuhan. Walaupun aku ragu Tuhan itu ada. Yang penting aku ingin berterimahkasih kepadanya.

Karna Theo berhenti. Aku heran, ia masih bisa mengotrol emosi dan hormonnya saat bersamaku. Alhasil dia menuntaskannya sendiri di kamar mandi. Menyuruhku untuk memakai bajuku dan menunggunya.

Aku mengajukan diri untuk melakukan Blow Job. Tapi dia menolak, 'takut bertindak lebih jauh' katanya. Demi apa? Mengapa Theo jadi begini? Biasanya dia yang meminta. Dan kali ini aku yang meminta tapi ia menahan dirinya. Mungkin, karna dia tak ingin menyakitiku.

Manis sekali.

.

Aku memotret Theo diam-diam pada saat makan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memotret Theo diam-diam pada saat makan tadi. Dia sangat lucu.
.
.
.

Seseorang menandai foto,  di media sosial Noah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang menandai foto,  di media sosial Noah. Dia sangat Lucu sekali saat tertidur.
Aku diam-diam menyimpan foto ini di ponselku.
.

Untuk alur cerita, memang ini lebih cepat daripada cerita yang lainnya. Karna ini merupakan Short Story dan aku buatnya dalam 2 hari.

Well...
Ini Dark Story...
Vote tidak diwajibkan disini.
Dan lagi,, lebih baik tidak baca,, karena aku takut kalian tidak suka dengan jalan dan ending dari cerita ini.


TOXIC FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang