[002] balik?

35 6 0
                                    

"Dunia memang memiliki jutaan wanita, tapi wanitaku hanya kamu, Ana."

Rangga Prasraya

***

Vote and comment :)

Happy reading, guys🌧
.
.

Rangga Prasraya, laki-laki yang mampu menyihir semua kaum hawa dengan parasnya yang luar biasa tampan itu, dia sedang berkumpul dengan teman-temannya disalah satu tempat tongkrongan, dimana lagi kalau bukan 'kantin'.

Saat yang lain asik dengan bermacam-macam topik yang sedang mereka bahas, berbeda dengan Rangga, anak itu asik berperang dengan pikirannya yang amat-teramat kacau.

"Ngga!" Tegur Idham seraya meletakan gelas bekas minumannya di atas meja. Rangga tak merespon, Ia tetap fokus pada pikirannya yang melayang-layang sedari tadi.

"Rangga!" Rangga mendengus kesal, Idham memang selalu merusak mood-nya.

"Ngga, lo boleh sedih. Tapi lo harus ikhlas, dia udah tenang di sana, Ngga" tutur Febil yang tadi juga merasa iba dengan sohibnya ini.

"Terserah lo pada deh, gue cabut duluan," dengan langkah tergesa, Rangga meninggalkan teman-temannya yang menatap kecewa pada dirinya.

Emosi pria itu memang akan lebih mudah terpancing, jika ada orang yang mengatakan bahwa wanita-nya telah tiada.

***

Gadis berambut lurus sebatas bahu menuju ruangan XI IPA 3 terus melangkah sesuai instruksi seorang guru wanita di sampingnya.

Saat gadis itu memasuki ruangan, terlihatlah berbagai tatapan, mulai dari tatapan penasaran hingga Ia menerima beberapa tatapan sinis anak cewek di sepanjang jalan.

"Baiklah, hari ini kalian kedatangan murid baru." Seorang guru wanita yang sedari tadi menuntunnya hingga ke ruangan itu pun, kini bersuara.
"Silakan perkenalkan dirimu" lanjutnya.

"Neysa Elysia, pindahan dari Jogja," ucap gadis itu di dampingi dengan senyum tipis miliknya.

"Ya, silahkan duduk di kursi yang kosong itu, Neysa"

Neysa berjalan lurus, tak peduli dengan tatapan sinis yang seakan membunuhnya. Gadis ini mendudukkan dirinya tepat pada kursi yang telah disediakan.
Neysa menatap gadis disamping nya yang juga sedari tadi menatap dirinya. Tak sungkan, Neysa mengulurkan tangannya sebagai permintaan untuk saling berkenalan.

"Amanda, panggil aja Manda biar akrab," ucap gadis itu sembari menerima uluran tangan Neysa.

Ia membalas dengan anggukan dan tersenyum tipis, setelah itu keduanya kembali fokus pada penjelasan yang diberikan guru di depannya.

triiing triing.

Akhirnya saat-saat yang di tunggu semua siswa pun tiba, mereka yang sedari tadi tidak memperhatikan seseorang yg berada didepan papan tulis itu, kini dapat membuang napas lega.
Selang beberapa menit pelajaran di bubarkan, seluruh siswa berhamburan meninggalkan kelas.

"Nes, pulang bareng kuy. Tapi lo temenin gue dulu ke ruang OSIS, yayaya?" pinta Manda.

Belum mendapatkan jawaban, Manda langsung menarik lengan Neysa untuk ikut dengannya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai diruang OSIS, hanya menuruni satu lantai yang berada di gedung dua, Manda dan Nesya sekarang sudah berada di depan pintu ruang OSIS.

"Man, gue nunggu disini aja ya"

"Lo ikut gue masuk aja kedalem, panas tau disini," ucap Manda yang berujung mendapat penolakan dari Neysa.

"Hm, gue disini aja, Man. Noh disana lebih teduh," balas Neysa seraya menunjuk kearah kursi yang berada dibawah pohon Ketapang besar.

"Ya deh, gue masuk bentar ya! Lo harus tungguin, gue bentar aja kok," tanpa menunggu balasan Manda langsung masuk kedalam ruang OSIS.

Neysa berjalan kearah kursi yang tadi dikatakannya pada Manda, gadis itu duduk sambil memandang kedepan, kearah lapangan basket yang sedang dipakai latihan oleh pemain-pemain basket disekolahnya.

"Ana?" ucap seseorang dari arah samping.

.
.
.
.
S

egini dulu ya, teman.
🌧🌧

-salam hangat^^

Petrichor (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang