T h r e e

1.6K 180 4
                                    

═════════════════
𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐬𝐭𝐫𝐮𝐠𝐠𝐥𝐞
═════════════════


Kala itu untuk pertama kalinya, setelah sekian lama menjadi anggota inti Kisatsutai, Yuzuriha (Y/n) merasa ketakutan akan kematian. Rasa ketakutan itu semakin bergejolak tatkala melihat simbolis dari malaikat kematian seniornya yang gugur pada saat itu.

Dua atas.

Iblis yang memiliki Kekkijutsu es yang mematikan. Bahkan dengan menghirup udaranya saja mampu membuat paru-paru membeku.

(Y/n) masih sangat mengingat sosok yang telah merenggut nyawa seniornya yang ia hormati. Alasan mengapa dirinya masih hidup hingga saat ini berkat pengorbanan Kochou Kanae.

Ia takkan melupakannya. Takkan pernah.

Rasa sakit yang timbul akibat luka yang ia terima ditubuhnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit yang mendera hatinya akibat kehilangan orang terdekatnya.

Napasnya menggebu, rematan pada gagang pedangnya mengerat hingga urat-urat menonjol dengan sangat jelas. Kedua mata yang memancarkan kemarahan yang pekat itu kian membola, alisnya menukik. Ingatannya kembali menampilkan kilasan—tentang tubuh Kanae semakin dingin setiap detiknya. Bagaimana senyuman rupawan adalah hal akhir yang terlukis sebelum dewa menuntun Kanae menuju dunia yang kekal.

"Douma! Douma!" (Y/n) berteriak dengan penuh amarah. Ia menebas kepingan es yang tersisa secara brutal.

Kanan, kiri, menyilang, berputar. Ia terus melakukannya hingga bongkahan tersebut hancur, meninggalkan ukuran yang sangat kecil. Hampir mustahil untuk kembali melekat dengan serpihan yang lain.

Pergerakannya yang sangat cepat hampir membuatnya lupa, sebab masih adanya bongkahan es yang tertinggal. Bongkahan es yang masih berbentuk tangan itu bergerak, menepis ujung pedang yang hendak menghancurkannya. Padahal disana hanya tersisa tiga jari saja, siapa sangka jemari itu membentuk simbol tangan dan melakukan regenerasi penuh atas wujudnya—beserta dengan senjata berupa sepasang kipas yang tajam.

Kala itu, waktu seolah terhenti. Hawa dingin memotong seperti pisau berbilah banyak. Sangat menusuk hingga ke tulang sekalipun. Tubuhnya menggigil, menggigil karena hawa yang melingkupi, dan menggigil karena keberadaan seorang selain dirinya.

Gelapnya malam membuatnya terlambat menyadari keberadaan seseorang yang amat (Y/n) kutuk di setiap kali ia memanjatkan do'a di kuil.

Suara gelak tawa menghiasi senyapnya malam, terdengar sangat menyeramkan terlebih jika kau terperangkap seorang diri. “Yo~ lama tak berjumpa. Gadisku yang berhasil lolos.” dia melangkahkan kakinya guna mendekati (Y/n). Wanita bersurai peach itu langsung siaga ditempat.

Ia menodongkan pedangnya, dan kali ini leher iblis itu berada dalam lengkungan pedangnya. (Y/n) menekankan bagian yang tajam hingga berhasil menorehkan luka pada tengkuk leher iblis itu.

“Pergerakanmu semakin lincah, kau selalu saja berhasil membuatku takjub, Yuzu-chan.”

Douma, pendiri kultus aliran sesat—menurut (Y/n), menatapnya dengan raut wajah yang gembira. Hidung pria itu bergerak-gerak seperti sedang mengendus, sangking antusiasnya hidungnya kembang kempis. Sebelah tangan (Y/n) refleks menutupi perutnya.

“Iblis busuk sepertimu tidak layak untuk memberikan panggilan untukku. Camkan itu.” Desis (Y/n), Douma tergelak ringan.

“Aroma tubuhmu berbeda, tidak seperti saat itu. Kau menjadi lebih manis, mungkin seperti buah persik?” pria dengan surai pirang yang dihiasi bercak darah dipuncak kepalanya itu tertawa. “Ya ampun, bicara apa aku ini? Bahkan aku telah melupakan rasa asli dari buah itu sejak ratusan tahun yang lalu.” ia menepuk pelan dahinya. Berlagak seperti halnya manusia normal yang melupakan sesuatu.

𝐒𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐀𝐍𝐂𝐈𝐍𝐆 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐀𝐑𝐊 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang