H i r a e t h

2.1K 160 10
                                    

╔═════════════════╗
𝐌𝐚𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐎𝐧𝐬𝐞𝐧
╚═════════════════╝

Pertengahan bulan Maret adalah puncak dimana salju mengunjungi permukaan Negara di Asia Timur sebelum musim dingin tersebut tergantikan oleh musim semi.

Butiran uap air berwarna putih itu menggumpal seperti kapas disepanjang jalanan, disetiap sudut, dan dimana pun yang termasuk daerah cakupan turunnya salju. Tak terkecuali Negara Jepang. Beberapa wilayah terpencil yang juga merupakan wilayah tersembunyi tak luput dari tumpukan salju.

Tidak ada badai yang membawa benda padat itu lagi belakangan ini. Dan itu artinya, musim dingin akan segera berakhir.

Sebagian orang berseru senang, serta melakukan perayaan karena hal ini. Termasuk Oyakata-Sama, pemimpin pasukan Kisatsutai yang memberi hari cuti untuk seluruh anggota-termasuk para Hashira yang memiliki pangkat tertinggi sekalipun.

Perintah petinggi adalah hal yang mutlak, hendak menyangkal pun percuma, sebab beliau telah memberikan hari cuti teruntuk segenap anak-anaknya.

Ketiadaan keamanan dikarenakan cutinya Kisatsutai secara serentak cukup meresahkan Tomioka Giyuu, Mizu no Hashira. Ia termenung sedari tadi, sejak memutuskan untuk memasuki onsen pria. Pikirannya berkemelut membayangkan kemungkinan munculnya iblis dari yang tidak memiliki titel, hingga yang paling kuat sekalipun.

Tidak bisa-Giyuu tidak bisa mengenyahkan stigma buruk yang bercokol di dalam benaknya. Rasa takut kehilangan, rasa gagal untuk melindungi orang-orang yang berarti menghantuinya lagi dan lagi. Giyuu takut akan bayang-bayang dimana kilasan kelam itu menghampiri kembali dan memperparah keadaan.

Tangannya bergetar tanpa bisa ia cegah. Trauma psikis akibat hilangnya orang-orang terdekat membuatnya terkesan berlebihan dalam menyikapi hal ringan yang mengusik.

Dibalik rupa yang datar, tegar dan kaku. Terdapat pula sisi rapuh lagi ringkih. Membuat siapapun yang menyaksikannya akan merasa bersimpati.

Namun Giyuu tetap lah Giyuu. Selama ini ia mampu memasang topeng yang begitu apik, sehingga orang lain takkan menyadarinya. Celah dari pertahanan itu ada, hanya saja begitu tipis hingga orang-orang tidak menyadarinya.

Air hangat yang merendam setengah tubuhnya pun tak dapat membuat tubuhnya menjadi lebih rileks seperti halnya yang dirasakan oleh Hashira lainnya.

Menghela napas pelan, netra safirnya melirik kerumunan rekan-rekannya yang tengah berkumpul ditengah bak air. Mereka sedang bercanda gurau, sesekali menggunakan gayung yang tersedia sebagai alat penyerang untuk mengaktifkan teknik pernapasan yang dimiliki.

Agaknya Giyuu mulai mengerti mengapa onsen ini disewa seharian penuh oleh para Hashira. Jika saja ada pengunjung yang merupakan warga sipil, mereka pasti akan ketakutan hingga tidak sadarkan diri karena menyaksikan cara bergurau rekannya yang ekstrem. Itulah sebabnya Giyuu memilih untuk bersandar di pinggir kolam ketimbang bergabung dengan mereka. Dirinya hanya menginginkan ketenangan, itu saja.

"Kalian tahu? Anak baru yang cukup hebat itu-dia memiliki tubuh yang indah." terkadang juga Giyuu tak habis pikir dengan jalan pikiran Uzui Tengen yang mesum. Setelah ini, pasti pria raksasa itu merencanakan sesuatu yang buruk.

Suara lainnya menimpali dengan nada bergurau, "Lalu? Kau ingin mengintip?" Shinazugawa Sanemi menunjuk ke arah sekat yang memisah antara ruangan laki-laki dan perempuan sambil mendengus.

Tepat setelah pria bersurai putih itu berkata, suara pekikan gadis-gadis di ruangan sebelah terdengar. Ketika mendengarkannya saja telinga Giyuu memerah. Pembahasan wanita ternyata seperti itu? Sedikit terkejut, tentu saja.

𝐒𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐀𝐍𝐂𝐈𝐍𝐆 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐀𝐑𝐊 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang