11

373 37 0
                                    

Jantungku terasa berhenti berdetak selama beberapa saat. Kedua mataku membulat sempurna melihat kobaran api yang membakar lembaran kertas hingga berterbangan memenuhi ruangan.

Nafasku langsung terhenti saat melihat sebuah kertas setengah terbakar melayang dengan cepat kearahku. Tubuhku jadi merinding saat kembali mengingat sihir api Lucius waktu itu.

Aku tidak bisa menggerakkan tubuh untuk menghindar dari kertas itu. Tubuhku kaku, tidak mau mendengarkan perintah kepala agar bergerak demi menghindari kertas yang terbakar.

Kertas itu melayang lebih cepat dari kedipan mata. Dia melintas tepat ke samping wajahku. Meski beberapa lembar helaian rambut terbakar sebagai korban, aku cukup bersyukur kertas itu tidak mengenai wajahku yang cukup berharga bagi para gadis bangsawan umumnya.

Namun rasa takut ini masih tak kunjung hilang, jantungku malah berpacu semakin cepat dengan nafas yang semakin tak terkontrol. Kedua kaki dan tanganku bergetar dengan sendirinya. Apa ini? Apa yang terjadi dengan tubuhku?

"Callie!"

Jauh di depan sana, Carlson yang tengah duduk di kursi paling ujung terkejut saat baru menyadari kehadiranku. Sontak ia berteriak memanggil namaku, berdiri dan langsung berlari dengan cepat untuk menghampiriku.

Hal itu menimbulkan perhatian para petinggi lain yang tengah duduk kebosanan di atas meja. Tak terkecuali dengan salah satu orang yang tengah berdiri, pelaku utama dari banyaknya kertas melayang dan terbakar.

Lutut Carlson langsung menempel ke lantai agar bisa menyamai tinggiku. Dia memegangi kedua bahuku sambil meneliti wajahku yang sudah pucat sepenuhnya. Aku tidak bisa berkata apapun, lidahku kelu meski untuk mengatakan sepatah kata sekalipun.

"Viscount Hantri, apa yang sudah kau lakukan pada putriku?!" Tanya Carlson menoleh ke belakang, menatap Hantri yang menjadi pelaku utama tubuhku tidak bisa bergerak.

Hantri yang dituduh secara tiba-tiba seketika panik. "Apa!? Kenapa kau menyalahkanku? Aku tidak tau apa apa! aku bahkan tidak tau kalau putrimu ada disana!!" Teriaknya memberi pembelaan.

"Lalu kenapa putriku bisa jadi seperti ini?!"

"Ya mana aku tau?!"

"Sepertinya tadi dia melihat Viscount Hantri yang sedang marah marah," Keten, pria tampan bersurai putih panjang yang sejak tadi diam memperhatikan langsung angkat bicara, "Mungkin dia ketakutan saat melihat sihir api miliknya." Lanjutnya menoleh pada Hantri dan memberinya tatapan menusuk.

"Ah, kau sih kerjaanya marah-marah mulu! Putrinya Carlson kan jadi takut~" tambah Arian, pria muda berambut coklat yang duduk di sebelah Keten ikut mengompori.

Hantri yang mendengar refleks berteriak tidak terima. "Kenapa kalian semua malah jadi menyalahkan ku?! Salah dia sendiri yang datang tiba tiba tanpa mengetuk lebih dulu!!"

"Jadi kau menyalahkan putriku?"

Carlson kembali angkat bicara membuat mereka bertiga langsung menoleh kearahnya secara bersamaan.

Aku terkejut saat Carlson tiba tiba mendekap dan menggendongku. Membawaku ke pelukan nyamannya. Dapat kurasakan tangan besarnya yang mengusap puncuk kepalaku terasa hangat.

Ah, kapan ya terakhir kali aku di gendong seperti ini?

"Memang nya siapa lagi kalau bukan dia? Jelas jelas itu salah-

"Waah~, apa kau baru saja menyalahkan anak kecil, bung? Viscount Hantri, kau kekanak-kanakkan sekali melemparkan kesalahanmu pada anak sekecil itu!" Potong Arian memanas-manasi.

"Aku tidak bermaksud untuk-

"Dasar kejam." Tanpa di duga, Keten yang tidak memiliki ekspresi wajah dan selalu terlihat seperti tidak peduli dengan sekitarnya itu malah ikut ikutan memanasi.

I Was Reincarnated Into A Game.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang