Orang itu tertawa kecil sebentar, berbicara sendiri, mengakui kesalahannya mengenai ketidak sopanannya yang tidak langsung memperkenalkan diri. Ia menaruh lengan kanannya di dada kiri, tepat di tempat jantungnya berada dan menundukkan tatapannya sedikit lebih dalam kearahku.
"Namaku Theressa Heaven, maafkan atas kelancanganku untuk kejadian tadi. Dan juga, aku seorang malaikat maut."
"Ma-malaikat?!"
Aku begitu terkejut dengan ucapan terakhir Theressa, ucapan tentang pengakuan bahwa dia adalah seorang malaikat. Terlebih dia bukanlah sembarang malaikat, melainkan seorang malaikat yang bertugas di bagian sebuah nyawa manusia.
Nyawa!!
"Apa kau bertanya-tanya mengapa seorang malaikat sepertiku datang kepadamu, hm?"
"!!?"
Aku merasa sedikit aneh saat Theressa dengan mudahnya membaca ekspresi wajahku dan bahkan dapat menebak apa yang tengah aku pikirkan. Untuk ukuran seorang malaikat maut, Theressa adalah orang yang sedikit menyebalkan, dia juga dapat dengan mudah menebak isi pikiranku. Ah, aku benci type orang seperti dia.
Meski dia bukan orang sih.
"Yah, untuk sekedar informasi, kedatanganku kesini adalah untuk memperbaiki dirimu." Lebih tepatnya jiwamu.
Keningku mengkerut tanda kebingungan dan tak mengerti dengan apa yang Theressa bicarakan. Apa maksudnya itu? Dia pikir aku ini barang rusak apa sampai harus diperbaiki segala.
"Memperbaiki? Apa yang kau katakan?"
Tiba-tiba saja tatapan mata Theressa langsung berubah menatapku datar dan tajam membuatku sedikit terintimidasi dengan tatapannya hingga tanpa sadar kedua kakiku sudah bergetar ketakutan.
Tak lama kemudian Theressa menghela nafas panjang, berjalan menghampiri tubuh [Gilda]ku di dunia pertama aku hidup yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Theressa mengangkat tangan tubuhku, meraih kepala atau lebih tepatnya rambutku kemudian mengangkat beberapa helai rambut hitam tubuh [Gilda] ku itu dan menciumnya sambil menatap hangat wajah tubuhku yang pucat.
"Gilda Filbertha ..., keberadaanmu di sana hanyalah sebuah bentuk lain dari kesalahan."
Theressa berucap dengan nada datar namun menusuk, menatap helaian rambut tubuh [Gilda] ku membuatku langsung merinding.
Kesalahan? Jadi maksudnya keberadaanku disana hanya sebuah kesalahan semata? Sebuah kecerobohan? Sesuatu yang memang seharusnya tak ada dan tak pernah terjadi? Jadi maksudnya aku bereinkarnasi menjadi seorang Charlotte Albrecht di dalam sebuah game itu adalah hanya sebuah kesalahan semata?
Tidak mungkin!!
"A-apa maksudmu?"
Theressa melirikku sesaat sebelum menjatuhkan kembali helaian rambut tubuh [Gilda] keatas ranjang dan berjalan memutari ranjang tempat gadis itu terbaring menuju kedua pasangan yang tengah duduk disebrang dirinya yang tentunya tidak sadar akan keberadaan kami berdua sama sekali.
"Karna aku adalah malaikat maut yang baik hati, aku akan mengakui hal ini. Karna kesalahanku, jiwamu yang seharusnya menuju kesisi tuhan itu malah tersesat ke dimensi lain dan berakhir merasuki tubuh baru yang bukan milikmu."
Theressa menatap sebentar ke arah kedua pasangan itu sebelum berjalan kearahku dan berdiri tepat di depanku dengan jarak yang terbilang sangat dekat. Theressa diam sesaat, mulutku seolah terkunci dan diperintahkan untuk tidak berbicara sama sekali meskipun ingin membuatku hanya bisa diam membisu dengan kedua mata terpaku kearah Theressa sebelum telapak tangan kanan Theressa bergerak dan berhenti tepat menempel di dada kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was Reincarnated Into A Game.
Novela JuvenilAku bereinkarnasi menjadi putri dari seorang Adipati dalam sebuah otome game dan berperan menjadi gadis figuran yang dibunuh adik tiriku sendiri dengan racun. Aku tidak mau berakhir mati dengan cara menyedihkan seperti itu! Bagaimanapun caranya aku...