Chapter 1

98 10 2
                                    

"Unjiii! Arisss! Zefaaa!" Teriakan melengking terdengar dari ujung koridor, orang itu mendatangi ketiga temannya. "Acha, ih jangan bikin malu ah." Kata salah satu temannya, dan dijawab dengan cengiran manis Acha.

Alisha Van Diers, Biasa dipanggil Acha. Perempuan cantik keturunan IndoBelanda ini merupakan siswi SMA swasta yang terkenal di kotanya. Sekolah yang berisi anak anak dari mancanegara. Acha merupakan anak emas di sekolahnya, Ia pintar,supel,cantik, dan baik hatinya. Manusia satu ini mempunyai tiga sahabat yang sudah berteman dengannya sejak mereka di bangku SD, Yoon Ji Rae,Damaris Arella, dan Zefania Adeline, 3 sosok yang selalu mendukung Acha.

"RIINGGGGG", suara bel yang memekakan telinga kembali berbunyi untuk penanda jam istirahat. Guru baru saja keluar dari kelas, Zefania langsung berteriak kencang, "YEAH! FINALLY JEM ISTIRAHAT. MAKANAN, I'M COMING!", Zefania menarik tangan teman-temannya agar bergegas ke kantin. Mereka mengambil makanan lalu mencari tempat duduk, mata Acha mengamati kantin tersebut dan menemukan kursi kosong disamping Vian. Acha langsung bergegas kesana sebelum ada yang menempatinya. "Eh Acha, mau kemana hey! Nah kan ngebucin lagi." Kata Aris sambil mengamati kepergian Acha, Zefa memutar bola matanya saat melihat Acha yang berjalan ketempat Vian duduk, "Itu anak udah ditolak kenapa kekeuh banget sih mau sama Vian? Cowo yang suka dia segudang tapi yang dikejar yang ngak di gudang." Yoon Ji berusaha menenangkan Zefa yang emosi.

Acha berdiri sambil tersenyum lebar di depan Vian yang sibuk menikmati makanannya. Vian melirik Acha, lalu membuang mukanya, Acha duduk disamping Vian, dan Vian menjauh. Acha bingung, dan ikut bergesar, lebih dekat dengan Vian. "Alisha Van Diers. Berhenti. Deket-deket. Gw. Titik ngak pake koma." Acha tertawa mendengar kata kata Vian, Vian yang melihatnya tertawa semakin emosi menggebrak meja, lalu marah marah pada Acha. Semua orang di kantin menatap mereka berdua. Acha menatap kepergian Vian lalu berpikir, mengapa Vian tidak menyukainya, tapi Acha akan tetap berusaha dekat dengan Vian, Ia yakin Vian pasti akan menyukainya. Zefa mendatangi Acha dan langsung menjewernya, "ACHA, LU NGAPAIN SIH MASIH DEKET-DEKET DIA, NGAK CUKUP APA HARGA DIRI LU DI INJEK INJEK GINI?!" kata Zefa dengan emosi yang menggebu-gebu. Acha pun menjawab Zefa dengan memuja-muja Vian, memang Vian itu tinggi, berparas elok bak pangeran berkuda putih, dan ia adalah kapten basket sekolah. Siapapun yang baru pernah bertemu pasti akan jatuh cinta dengan orang seperti Vian. Sayangnya Vian tidak membuka hatinya untuk siapapun, bahkan Vian sering merendahkan perempuan, bahkan Vian terlihat sangat jauh dengan orang tuanya sendiri.

Bel berbunyi, mereka harus segera kembali ke kelas. Di dalam perjalanan mereka ke kelas mereka membicarakan tentang guru Bahasa Belanda mereka yang baru. Rumornya, guru itu orangnya sangat tegas dan perfeksionis. "Ihhhh gw paling males sama guru yang kayak gitu, ngak bisa diajak becanda banget." Kata Acha dengan bayangan guru Bahasa Belanda barunya. Mereka sudah di dalam kelas, bersiap untuk mengikuti pelajaran Bahasa Belanda. Pak Sam, wali kelas mereka, mengetuk pintu kelas dan mengantarkan guru baru mereka. Guru itu berjalan dengan penuh wibawa, dan ia berdiri di depan kelas untuk menyapa muridnya. "goedemiddag, nama saya Aden Gabriel, kalian bisa memanggil saya Mr. Aden." Lalu ia memberi senyuman yang dapat membuat semua perempuan di bumi jatuh hati.

Mr. Aden mulai mengabsen sambil menanyakan nama panggilan mereka. Tiba saatnya giliran Acha, Acha benar benar ingin sedikit iseng pada guru ini, Ia tidak kuasa menahan rasa bosan karena kelas yang sedari tadi diam. "Alisha Van Diers." Panggil Mr. Aden. Acha mengangkat tangannya. "Oh keturunan Belanda? Nama panggilan untuk kamu?" Tanya Mr. Aden. "Nama panggilan saya, sayang." Jawab Acha pada pertanyaan Mr. Aden, Acha tertawa cekikikan, dan yang lain berusaha menahan karena suasana mencekam kelas. Mr. Aden menatap tajam Acha, Acha hanya memberi cengiran isengnya. Mr. Aden yang awalnya menatap tajam, ikut memberi smirk, "Baik sayang."
Acha yang mendengar perkataan tersebut tersentak kaget, Aris, Yoon Ji, dan Zefa langsung memelototi Acha, dan bertanya dengan tatapan. Acha tidak bisa menjawab mereka dan langsung salah tingkah.
Acha sedari tadi mengamati Mr. Aden, Bahasa Belanda-nya begitu fasih, ya kalau ngak fasih gimana jadi guru.

Kelas selesai, ternyata Mr. Aden tidak seburuk yang mereka kira, ia tidak menyeramkan sama sekali, bahkan bisa dibilang seru, pikir Acha pada awalnya. "Kalian semua boleh pulang, kecuali yang namanya sayang."
Acha yang mendengar hal tersebut langsung panik. Saat semua murid sudah keluar, Acha bertanya pada Mr. Aden. Aden menyuruh Acha membersihkan kelas sendiri, Acha menggerutu kesal, ia menarik kembali kata katanya tadi, Mr. Aden bukan orang yang seru. Acha tidak bisa kabur karena Mr. Aden terus menjaganya sambil mengurus berkas berkas ntah apa, Acha tidak peduli sama sekali. "AKHIRNYA SELESAI", kata Acha senang. "Sudah, kamu boleh pulang SAYANG, makanya jangan aneh aneh." Kata Mr. Aden. Acha kesal sekali mendengarnya, Ia mengambil tasnya dan keluar, tetapi sebelum keluar ia bilang, nama dia Acha bukan sayang lalu langsung pergi.

   Sesampainya di rumah, Acha langsung mengambil handphone-nya dan membuka chat groupnya dengan sahabat sahabatnya. Sudah ada beberapa pesan dari teman-temannya yang bertanya apa yang dilakukan oleh Mr. Aden. Acha menjawab, Acha diminta membersihkan kelas sendiri, yang lain hanya bisa menertawakan Acha karena dia yang memang tidak tahu malu. Setelah itu Acha menelpon Vian, Ia sangat tidak sabar menunggu jawaban Vian. 2 kali ia menelfon, Vian tidak menjawab, tetapi Acha tetap bersikeras menelfon Vian. Vian akhirnya menjawab telepon Acha.
"Halloo Viaannn!! Lu lagi apa?" Tanya Acha senang.

"Lu tahu ngak sih, gw benci banget sama lu, tiap hari di call, ganggu tau ngak." Jawab Vian ketus.

"Yaa jangan marah, kan Acha cuma mau nanya kabar doang."

Vian langsung mematikan call tersebut. Acha kaget karena Vian yang langsung mematikan callnya, Acha pun mengirim pesan ke Vian, tetapi Vian tidak membacanya sama sekali.

Acha membarikan dirinya terlentang di kasur, memikirkan mengapa perjuangannya selama 2 tahun penuh mengejar Vian selalu sia sia. Terdengar wangi harum masakan mama Acha. Acha langsung kembali ceria dan berlari ke ruang makan. "Mama masak apaaa??"
"Makanan kesukaan kamu sama papa donggg." Jawab mama Acha.
Mereka sekeluarga duduk bersama di meja makan. Papa bertanya pada Acha bagaimana sekolahnya hari ini, Acha menjawab tadi Ia diminta membersihkan kelas karena iseng pada guru barunya. Mama dan papa Acha tertawa mendengar ceritanya. Meja makan itu akan selalu menjadi tempat Acha untuk bercerita. "Acha, papa mau kamu fokus belajar Bahasa Belanda ya. Papa mau kamu melanjutkan bisnis papa yang di Belanda." Kata papa.
Acha hanya mengangguk menyetujui kata papanya.

EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang