Chapter 2

35 6 0
                                    

Acha bangun pagi pagi sekali untuk bersiap sekolah. Ia tidak sabar menemui Vian, dan ketiga sahabatnya. "Mamaaaa, Acha berangkat dulu yaa!" Teriak Acha dari luar rumah. Sesampainya Acha di depan gerbang sekolah, Acha bertemu Vian, "Viaannn!" Panggil Acha, Vian yang mengenali suara Acha langsung buru buru lari, Mr. Aden ternyata melihat hal tersebut dan tertawa, "dasar bocah, kerjaannya cinta cintaan doang." Acha menatap tajam Mr. Aden dan langsung masuk kelas. Sesampainya di kelas, Acha langsung duduk ditempatnya dan dikerumuni teman laki-laki sekelasnya.

"Acha kenapaaa? kok sedih gitu? cerita sini."

"Achaaa jangan sedih, senyum dongg."

"CHA LU KENAPA SIH, CEMBERUT MULU." Tanya Zefa, sambil mengusir semua laki-laki yang mengerumuni Acha. Acha berkata ia tidak apa apa, lalu ia pindah ke samping Vian. Vian sibuk membaca komiknya sambil mendengarkan musik. Acha memanggil-manggil Vian, bahkan menarik earphone Vian. Vian menatap kesal Acha, "CHA PLIS JANGAN GANGGU GW, BIARIN GW TENANG SEBENTAR AJA." Vian pun kembali memakai earphone-nya. Acha pun menurut, Ia hanya menatap Vian saja tanpa berkata apa-apa.

Bel berbunyi, mereka semua kembali ke tempat masing-masing. Pagi ini dibuka dengan kelas fisika selama 2 jam berturut turut, dan kimia 2 jam berturut turut. Acha tentu saja seperti biasa, sangat bersemangat, karena ia menyukai belajar, kecuali belajar bahasa. Acha terus terusan menjawab setiap pertanyaan dari guru, tetapi murid lain hampir tertidur, dan Aris yang paling membenci kimia, sudah tertidur pulas.

Akhirnya pelajaran pun selesai, Acha pergi mengecek lokernya dahulu, setelah selesai menyimpan buku, ia berbalik dan Vian langsung ada di hadapannya, Acha tersentak kaget, "Vi, lu kenapa ngagetin si?"
Vian menatap tajam Acha, lalu mendekatkan wajahnya pada Acha, Acha mengira Vian akan memberinya ciuman sehingga Ia menutup matanya, Vian terkikik melihat Acha dan berkata, "Acha, gw kasih tau ya sama lu, jangan banyak berharap sama gw, mending menjauh aja."
Acha yang mendengar hal tersebut keluar dari mulut Vian membuatnya sedikit kecewa, tetapi hati Acha tetap teguh untuk tidak berpaling, "Acha tau Vian ngak suka sama Acha, tapi Acha yakin suatu saat lu sadar bahwa Acha penting di hidup seorang Vian." Lalu Acha mendorong Vian, dan pergi mencari sahabat sahabatnya. Vian yang menatap kepergian Acha, tertawa karena rasa percaya diri Acha yang berlebihan.

  "Cha! Sini!" Panggil Zefa pada Acha yang mencari mereka. "Kenapa tadi lama banget sih? Biasanya ngak nyampe 5 menit." Tanya Aris. Acha juga seperti biasa, ia hanya menjawab dengan ngapapa. Mereka mengambil makan lalu duduk bersama untuk berbincang-bincang. "Cha, lu ngak ada pikiran buat nyerah ngejar Vian? 2 tahun lu usaha loh." Tanya Zefa yang dijawab dengan anggukan teman temannya yang lain. "Ngak sih, gw selalu berpegang teguh pada kalimat 'usaha tidak akan mengkhianati hasil' jadi gw akan tetep usaha, gw yakin pasti gw bisa dapetin Vian." Jawab Acha. Zefa menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa syok dengan jawaban Acha. "Vian tuh apa spesialnya sih? Sampe lu ngejar dia setengah mati?" Tanya Yoon Ji dengan suara halusnya.
Acha terdiam lalu menjawab Yoon Ji dengan senyuman, "cinta tidak butuh alasankan?"
Setelah itu keadaan menjadi hening.

Bel kembali berdering, waktunya kembali ke kelas. Kelas seni dimulai, guru memberitahu bahwa mereka akan segera melakukan pentas seni. Setiap anak akan mengambil kertas berisi tokoh yang akan mereka mainkan. Acha mendapat peran sebagai seorang putri dan Vian sebagai pangeran. Acha tentu sangat bahagia saat mengetahui ia akan memainkan peran bersama Vian. Pentas seni akan dilakukan 3 bulan lagi dan mereka akan mempersiapkannya selama 3 bulan penuh juga.

   Mereka mulai berkumpul untuk membuat script. "Eh, gimana kalau ceritanya gabungan dari cerita cerita disney aja, biar uwu uwu gitu." Kata Acha sambil membayangkan dirinya bersama Vian. Vian menolak, "ngak, gimana kalau kita bikin ceritanya anti-mainstream, kita bikin jadi sad ending aja, jadi putrinya ngak bisa bersatu sama pangeran."
Acha dan Vian pun saling beradu argumen, sampai teman teman yang lain terpaksa menutup telinga. Zefa yang kesal langsung membekap mulut Acha dengan tangannya, "BISA DIEM NGAK, LU BEDUA GW SERET KE PELAMINAN YA LAMA LAMA."
Acha langsung membuka bekapan tangan Zefa dan menjawabnya, "PELAMINAN? BOLEH BOLEH, DENGAN SENANG HATI ZE".
Vian yang terbawa emosi memutuskan untuk izin keluar kelas.
Acha menatap kepergian Vian dan berkata dalam hatinya, kapan ya Vian akan menyukainya?

    Hari ini ada pertandingan basket di sekolag Acha, dan Vian tentu saja mengikutinya. Acha mengajak teman temannya untuk ikut menonton Vian.
"GO GO VIAN! GO GO VIAN! GO GO VIAN!" Teriak Acha menyemangati Vian. Zefa,Aris, dan Yoon Ji menjauh dari Acha karena malu. Saat selesai pertandingan, Acha langsung berlari mendatangi Vian, Ia membawakan handuk dan botol air. "Vian tadi lu keren banget sumpah." Kata Acha memuja muja Vian. Vian hanya memutar bola matanya, Ia sangat kesal karena teriakan Acha sedari tadi Ia berlomba. Ia mengambil air yang Acha berikan, Acha sangat senang karena Vian mau menerima pemberiannya, tetapi saat Vian membuka botolnya, air tersebut langsung ditumpahkan diatas kepala Acha, dan botolnya dilempar sembarangan. Acha hanya diam, dan Vian hanya menertawakan Acha. anak anak lain menatap mereka, Zefa yang juga melihat kejadian tersebut langsung mendatangi mereka, "VIAN, SELAMA INI GW SELALU SABAR SAMA LU, SEKARANG GW UDAH NGAK BISA TINGGAL DIEM YA." Teriak Zefa dari area penonton. Vian memberi smirk dan tertawa, "HARUSNYA TEMEN LO YANG SADAR DIRI NGAK USAH DEKET DEKET GW, GW JIJIK TAHU NGAK?! UDAH BAWA AJA INI TEMEN LO PERGI, GW GA MAU LAGI NGELIAT MUKA DIA." Jawab Vian pada Zefa. Zefa yang semakin tersulut emosi menarik kerah baju Vian lalu menamparnya, "Sekali lagi lu apa-apain Acha, lu ngak akan muncul lagi di sekolah ini."
"Halah emang ya, kekuatan orang dalem tuh beda, selalu pake aceman." Jawab Vian.
Ayah Zefania memang kepala sekolah disitu, sehingga tidak ada yang berani melawan Zefa, baru pertama kali ada orang yang berani padanya.

   Yoon Ji berusaha menenangkan Zefa yang masih emosi pada Vian dan Aris mendatangi Acha yang masih berdiri tanpa suara. "Cha, lu ngapapa?" Tanya Aris dengan ragu. Acha diam lalu menatap Aris. Ia tiba tiba tersenyum, Aris yang melihat senyum Acha, bukannya senang malah serasa ingin menangis, mengapa Acha masih bisa sabar menghadapi Vian. "Gw ngapapa Ris, kenapa lu yang mau nangis? Udah ayo pulang." Jawab Acha masih dengan senyumannya. Dalam hati Acha, ia ingin sekali menangis, tetapi Ia tidak mau teman temannya khawatir.

EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang