3. Yakult

3.1K 706 163
                                    

"Lagi nulis apa?" tanya Adika sambil ngacak rambut adeknya singkat.

"Ngisi data, ada pertanyaan jumlah saudara terus ditulis namanya."

"Oh."

Lima menit kemudian,

"Ngerjain apa?" tanya Biru yang kebetulan lewat abis ngambil Yakult dari kulkas.

"Data jumlah saudara."

"Oh, semangat."

"Ih mau Yakult. Buat aku lah Aa ngambil lagi."

"Eh~ nanti lagi, kerjain dulu." kata Biru yang kemudian berlalu.

Gak lama,

"Ea,"

"Hm,"

"Tugas?" tanya Dea yang baru keluar kamar sambil mendekati adiknya.

"Bukan."

"Mau dibantuin gak?"

Yang ditanya cuma geleng kepala. Gak lama, dateng lagi kakaknya yang paling terakhir.

"Gi aps?" tanya Yassine yang baru dari luar sambil lihat adiknya lagi nulis apa.

Yang ditanya kesel berasa diganggu, mana harus ngejawab empat kali.

"Emang gak bisa liat gue lagi ngerjain apa?"

"Dih kok lu sewot? Biasa aja kali gue 'kan cuma nanya!"

"Yassine..." suara Adika dari sofa ruang tengah.

Bahaya, udah kedengeran percikan api si bungsu dua.

"Adek lu nih sewot mulu pusing!" pekik Yassine.

"Lo gak usah nanya!" bales Andrea gak kalah kenceng.

"Biasa aja kali!"

"Bubar, bubar," lerai Dea yang nyamperin lagi.

"Sok gelut, gelut," sulut Biru sambil lewat mau ngambil Yakult lagi.

Pusing bacanya? Sama. Kakak banyak itu, P U S I N G.

"Aw! Lo gak usah jambak gue!"

"AGH! LO JUGAㅡA DIKA!!!"

"HEH HEH HEH!!!"

"WOI!"

"MA! MAMA!"

"HEH! HEH! APA SIH?!" Wendy dateng sambil misahin dua anak bungsunya.

"Kamu gak usah iseng..."

"Idan cuma nanya. Ea tiba-tiba marah!"

"Ea kenapa marah-marah?" tanya Wendy setelah mendapati jawaban Yassine.

Tapi Andrea cuma diem gak jawab. Sebenernya dia kesel sama Yassine gara-gara tempo hari makanan jatah Andrea dihabisin. Meskipun sepele, masalahnya itu kejadiannya bukan sekali dua kali, udah sering banget. Makanya Andrea sering sensi sama Yassine.

"Andrea?" panggil Wendy memastikan.

Tapi Andrea cuma nggeleng.

"Tuh 'kan?" kata Yassine.

"Ea tinggal ngejawab bisa 'kan? Atau ngerjain PRnya bisa di kamar biar gak diganggu?" saran Wendy.

Tapi si anak bungsunya malah langsung berdiri dan jalan cepet-cepet naik tangga ke kamarnya.

"Pelan-pelan, jatoh!" kata Adika.

"Tuh, Mama liat yang mulai ngajak berantem siapa? Bukan Idan!" kekeuh Yassine yang kemudian berlalu.

Dilihat dari cara gimana Wendy ngomong ke Yassine atau Andrea, kadang Dea juga pengen berantem biar diajak ngobrol begitu. Tapi kalau dipikir lagi, mana bisa Dea berantem. Dari kecil Dea udah biasa jadi pribadi yang apa-apa lebih milih gak dikeluarin. Alih-alih ada yang nyoba buat bikin Dea lebih terbuka, anggota keluarganya ternyata lebih baik-baik aja kalau Dea tetep jadi Dea. Dea pikir selama Dea ada berarti di mata keluarganya Dea baik-baik aja.

Dea ngerasa gak bisa kalau ngerengek-rengek kayak Andrea atau Yassine, apalagi jadi pribadi yang menyenangkan dan bikin nyaman kayak Biru, dan buat jadi sosok contoh kayak Adika apalagi. Dari dulu Dea udah biasa ngalah buat dua adiknya, kadang-kadang ngalah buat Biru juga. Rasanya kayak Dea selalu berdiri diantara hitam dan putih anggota keluarganya. Ditambah Dea orangnya selalu mikir dulu jadi begitu mau ngobrol ringan, Dea sering gak sadar mikir itu gak penting dan akhirnya gak punya sesuatu yang harus diobrolin.

Meski begitu, setiap kepikiran hal-hal kayak gitu langsung Dea buang jauh-jauh. Dea neken dirinya sendiri buat mikir bahwa dengan ada Mama Papa dan Adik Kakak aja harusnya Dea sangat bersyukur.

Setelah keadaan rumah balik normal, Dea ngambil Yakult. Jadi pengen liat Biru minum Yakult. Abis itu Dea naik ke atas.

"Ea?"

Gak ada jawaban.

"Jangan dikunci." masih kata Dea.

"Mau apa?" sahut Andrea.

"Buka dulu."

"Mau apa sih?!"

"Buka." kata Dea.

Begitu buka pintu, Dea bawa dua Yakult. Andrea lihat satunya udah diminum dikit.

"Jangan ngunci di kamar." kata Dea sambil geser pintu kamar Andrea biar kebuka lebar. "Kalo pingsan gak ketauan gimana? Hoyah." kata Dea sambil nyelonong masuk.

"Lo mau ngapain?" tanya Andrea.

Dea naro satu Yakult di meja kamar Andrea. Bikin adiknya jadi gak terlalu larut di keselnya tadi.

"Dah." kata Dea sambil keluar lagi ngelewatin Andrea yang masih berdiri di pintu.

"Aa!" panggil Andrea.

Dea agak seneng kalau dipanggil Aa, masalahnya Andrea manggilnya kadang-kadang, kalau Yassine gak pernah. Eh kalau dipikir lagi, sama aja sih kayak dia ke Biru.

Dea balik badan.

"Temenin." kata Andrea.

Dea udah tau, Andrea emang penakut, paling penakut. Ke toilet malem-malem aja teriak manggil-manggil.

Dea ngangguk, "Tungguin. Aa bawa gitar dulu."

Andrea ngangguk. Buat Andrea, diantara semua Kakaknya, Dea adalah yang paling menyenangkan. Sayang, Dea gak tau.









































note, waktu di chapter ini mundur ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note, waktu di chapter ini mundur ya. jd kalo diurutin dr awal kaya 1-3-2 gitu. jangan pusing

Pumped Up KicksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang