[10*] Divenire

863 57 4
                                    

[Divenire - 1000 words]
!! Some discussions are purely an opinion. Tidak bermaksud hal lain

Enjoy~
._____________________________________.

Minho adalah siswa dengan pribadi tertutup. Ia sering terlihat sebagai siswa yang menyendiri. Ia sendiri tidak terlalu pintar, namun termasuk jajaran siswa dengan title 'siswa teladan'.

Pribadi yang tertutup bukanlah karena suatu masa lalu yang membuatnya trauma, melainkan ia merasa tidak nyaman jika ada seseorang yang masuk ke kehidupannya melebihi batas tanpa seijinnya.

Ia rajin dan teladan. Seperti ia akan akan datang pagi sekali, tak pernah melanggar aturan dan selalu langsung mengerjakan tugas yang diberikan setelahnya.

Tetapi ada yang beda hari ini, Minho lupa tidak mengerjakan tugas yang deadlinenya hari itu. Bahkan anak-anak sekelasnya tampak takjub melihat kejadian itu.

Akibatnya Minho mau tidak mau mengikuti hukuman berupa kelas diskusi yang dipimpin oleh guru sastranya, guru Kang, dan juga salah satu adik kelasnya yang urakan dan penggila debat, Han Jisung.

Minho hanya duduk sambil menerawang buku dihadapannya. Ia sudah menyelesaikan buku bacaannya itu hampir untuk ketiga kalinya, tetapi Jisung yang ada disampingnya masih setia berceloteh tentang topik yang diangkat guru Kang.

"-saya masih berada di pendirian saya. Jika kenakalan remaja ini semua terjadi karena terpengaruh dengan sekitarnya. Seperti yang diketahui, tumbuh kembang anak tergantung oleh lingkungan sekitarnya."

"Seperti kamu? Lingkungan sekitar yang mempengaruhimu?"

Guru Kang yang berada di kursi seberangnya dan Jisung, mengajukan pertanyaannya.

Jisung hanya berdecak dan memalingkan kepalanya.

"Bocah ini selalu."

Guru Kang menggelengkan kepalanya heran. Lalu menoleh ke Minho yang sekarang juga menatapnya.

"Bagaimana dengan pendapatmu, Minho? Bapak tahu kamu sering membaca, mungkin literasimu bisa membantu pendapatmu. Lagipula pembahasan ini sangat umum dibicarakan."

Minho mengedipkan kedua matanya pelan, sebelum melirik ke arah Jisung. Jisung tampak sibuk dengan dunianya, merasa pendapat yang akan dilontarkan Minho tidak menarik. Ia tampak mencoret-coret tidak jelas di buku bindernya.

Minho menghela nafas sebelum berucap.

"Kenakalan remaja bisa disebabkan oleh bagaimana cara orang tua mendidik dan mengawasi anaknya."

Jisung yang menulis tadi terhenti yang sedikit menarik perhatian Minho.

"Menurut saya, ada tiga tipe orang tua dalam mendidik anaknya. Pertama, orang tua yang sangat mengawasi dan mendidik secara benar-benar. Kedua, orang tua yang masih mengawasi dan mendidik anaknya namun membiarkan anaknya bereksplorasi. Ketiga, orang tua yang lepas dari tanggung jawab mereka dalam mendidik anak sehingga anak itu tidak mendapatkan arahan yang benar."

"Namun itu tidak menutupi anak yang dibawah semua tipe cara orang tua mendidiknya untuk menjadi nakal. Seperti yang dikatakan Jisung-ssi, tumbuh dan kembang anak terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Misalkan anak itu masih dalam pengawasan orangtuanya tetapi lingkungan sekitar rumahnya berisikan orang-orang yang tidak benar, itu pun masih bisa membuat anak itu terpengaruh dan menjadi nakal."

Minho berhenti, merasa canggung karena atensi adik kelas dan gurunya sekarang terpaku padanya. Ia sedikit merasa tak nyaman, karena memang ia jarang seperti ini.

"Remaja yang nakal bukan hanya dari anak yang tidak maupun yang mendapatkan pengawasan dan didikan orang tua. Mungkin ada beberapa namun rata-rata mereka memiliki alasan tersendiri, seperti mencari perhatian dari orang tuanya atau sudah bosan karena terlalu terkekang. Faktor terjadi kenakalan remaja sendiri sebenarnya banyak tetapi dominan dengan masalah orang tua, lingkungan sekitar, maupun diri remaja itu sendiri"

Hening sejenak sebelum Minho mencicit.

"Itu pendapat saya."

Guru Kang lalu tersenyum hangat dan bertepuk tangan kecil.

"Bravo. Benar apa yang semua kalian katakan. Memang banyak faktor namun dominan dari lingkungan sekitar, orang tua atau keluarga serta remaja itu."

"Yang saya inginkan hanyalah untuk tidak mulu melihat dari kacamata kiri, cobalah melihat kacamata kanan. Jika sudah melihat masing-masing sisi, lihat dua sisi secara bersamaan dan kalian akan menemukan titik terang yang lebih luas dari sisi sempit itu." tambah guru Kang.

"Baiklah mari kita akhiri diskusi hari ini. Saya sungguh senang dengan kelas diskusi-"

Perkataan guru Kang terasa menguap dari pendengaran. Karena fokus Minho kini jatuh pada Jisung yang duduk tak nyaman dengan tangan yang saling meremas satu sama lain. Sorot matanya menyiratkan rasa luka lama yang terbuka kembali.

Tunggu. Apa?

..

Disinilah ia berdiri. Berdiri dengan senandung yang dikeluarkan sosok yang berdiri di sampingnya.

Sosok adik kelas urakan yang nyatanya penuh dengan luka dan tangis.

Sikap urakan dan nakalnya hanya dibuat untuk menutupi kedoknya sebagai seorang anak dari keluarga broken home yang melepas tanggung jawabnya dalam mendidik anak.

Minho hanya bisa diam ketika Jisung, adik kelasnya, datang kepadanya tanpa diminta dan bercerita tentang lika-liku kisah keluarganya.

Bolehkan Minho merasa bersalah? Merasa ini semua tidak benar? Bahwa seorang Jisung, manusia lain yang ia kenal urakan namun hatinya suci seperti malaikat harus tersakiti, mencicipi pahitnya kehidupan hanya karena kedua orang tuanya.

Yang ia lakukannya hanya memeluk Jisung dengan erat. Tanpa usapan. Tanpa kalimat penenang yang terucap. Hanya pelukan erat yang diartikan Jisung sebagai pelukan hangat yang memberinya kekuatan.

Keduanya kini sudah mengenal lebih dari lima tahun. Keduanya sekarang sudah bekerja.

Tak Minho sangka. Semenjak Jisung hadir. Hidupnya kini lebih indah dan berwarna dari sebelumnya.

Karena Jisung pula, hatinya terketuk untuk menjadi pribadi yang terbuka dan sosok pekerja keras yang selalu diibaratkan Jisung sebagai rumahnya.

Jisung sendiri yang Minho kenal penuh luka dan tangis dulu, kini berubah menjadi sosok yang kuat dan tegar.

Siapa yang mengira keduanya bisa seperti ini? Berdiri berdampingan dengan tangan saling bertautan. Saling melontarkan rasa sayang dari tatapan. Saling menumpu untuk hari esok.

"Hei, Jisung."

Jisung menghentikan senandungannya dan menoleh ke arah Minho, sang pujaan hati.

Minho balik menatap paras cantik itu dengan tatapan lembut dan senyuman hangatnya.

"Mau menikah denganku?"

Jeda diantara mereka tidak membuat Minho gugup menunggu jawaban Jisung. Angin berhembus menerpa tubuh keduanya dengan deburan ombak menjadi latar suara diantara mereka justru membuat Minho merasa tenang.

Minho tidak mendapatkan jawabannya saat itu.

Namun dua hari setelahnya Jisung datang kepadanya dengan sebuah pelukan dan tangis bahagia.

"Aku mau. Aku mau menjadi milikmu. Bahagia bersamamu sampai maut datang memisahkan kita."

Ucapan itu membuatnya ikut bahagia. Hidup Minho terasa lengkap. Ketika jari manisnya dan jari manis milik Jisung telah tersematkan cincin tanda ikatan kuat diantara mereka.

Semua bermula dari kelas diskusi dan Minho bersyukur tentang hal itu. Ia bisa menemukan Jisung yang kini akan mendampinginya setiap langkahnya. Membuka lembaran baru dan siap untuk menjalani tantangan baru bersama.

"Aku janji untuk buatmu bahagia."

FIN

._____________________________________.
.Am.

Halo, semuanya. Chapter ini memiliki bintang karena merupakan kado dari Am untuk kalian semua, sekaligus kado untuk Am sendiri. Hari ini adalah hari dimana Am bertambah usia a.k.a ulang tahun.

Segitu saja dulu. Sampai jumpa di chapter oneshot lainnya. Jangan lupa untuk stay healthy dan stay safe.

нєυ! | minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang